ANALISIS IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA KUALITAS DESAIN PRODUK KURSI UKIR DENGAN MENGGUNAKAN HOUSE OF QUALITY

(1)

commit to user

ANALISIS IMPLEMENTASI QUALITYFUNCTIONDEPLOYMENT PADA KUALITAS DESAIN PRODUK KURSI UKIR DENGAN MENGGUNAKAN

HOUSEOFQUALITY

(Studi Pada Perusahaan Mebel Kursi Ukir Mulyo Furniture Kabupaten Klaten)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas- tugas

dan memenuhi syarat- syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

APRILIA R. HARJANINGRUM F 0205039

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul :

ANALISIS IMPLEMENTASI QUALITYFUNCTION DEPLOYMENT PADA KUALITAS DESAIN PRODUK KURSI UKIR DENGAN MENGGUNAKAN

HOUSEOFQUALITY

(Studi Pada Perusahaan Mebel Kursi Ukir Mulyo Furniture Kabupaten Klaten)

Surakarta, 05 Juli 2010

Disetujui dan dan diterima oleh dosen pembimbing,

Drs. Susanto Tirtoprojo, MM NIP.19571106 198503 1 001


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

guna melengkapi tugas- tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Surakarta, Agustus 2010 Tim Penguji Skripsi

1. Dra. Anastasia Riani S, M.Si Sebagai Ketua (____________) NIP. 19590330 198601 2 001

2. Drs. Susanto Tirtoprojo, MM Sebagai Pembimbing (____________) NIP. 19571106 198503 1 001

3. Drs. Atmadji, MM Sebagai Anggota (____________)


(4)

commit to user

MOTTO

Anugerah kita yang sesungguhnya sering kita alami dalam bentuk penderitaan, kehilangan, dan kekecewaan. Tapi marilah kita bersabar, maka kita akan

segera melihatnya dalam bentuk yang indah. (Joseph Addison)

Hidup adalah perjuangan, perjuangan untuk masa depan,

masa depan dunia, masa depan akherat


(5)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisan ini kepada:

 Bapak- ibu atas segala dukungan dan cintanya

 Suami dan anakku

 Adik - adikku


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Tiada pernah terputus untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kesempatan dan kasihNya bagi kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Quality Function Deployment Pada Kualitas Desain Produk Kursi Ukir Dengan Menggunakan House Of Quality (Studi Pada Perusahaan Mebel Kursi Ukir Mulyo Furniture Kabupaten Klaten)”.

Penyusunan skripsi ini bukanlah karena penulis seorang. Begitu banyak doa dipanjatkan, bantuan dalam berbagai bentuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas skripsi ini, khususnya kepada:

1. Prof. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universias Sebelas Maret Surakarta

2. Ketua Jurusan Manajemen FE UNS, Ibu Dra. Endang Suhari, M.Si

3. Bapak Drs. Susanto Tirtoprojo, MM, Selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas segala dukungan, baik untuk jurnal, segala informasi, bimbingan, kesabaran juga atas motivasi untuk tidak pernah menyerah

4. Ahmad Ikhwan Setiawan, SE MT, terimakasih atas segala dukungan baik jurnal maupun informasi juga motivasi kepada penulis.

5. Kepada perusahaan Mulyo Furniture atas segala bentuk bantuan untuk penyebaran kuesioner dan wawancaranya dengan tim produksi.

6. Segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga bermanfaat bagi semuanya dan bernilai ibadah.


(7)

commit to user

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik yang membangun, sekaligus membangun harapan semoga skripsi ini memberikan wacana baru dan referensi bagi penelitian berikutnya.

Surakarta, 05 Agustus 2010


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTACT... ii

HALAMAN ABSTRAK. ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TELAAH PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Kualitas ... 9


(9)

commit to user

C. Total Quality Management ... 11

D. Quality Function Deployment ... 12

E. House of Quality ... 13

F. Penelitian Terdahulu ... 15

G. Kerangka Pemikiran ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Desain Penelitian ... 19

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 20

C. Teknik Pengukuran Variabel Dan Definisi Operasional ... 21

D. Sumber Data ... 25

E. Metode Pengumpulan Data ... 25

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 26

G. Metode Analisis Data ... 27

BAB IV. ANALISIS DATA ... 36

A. Profil Perusahaan Mulyo Furniture ……….... 36

B. Proses Produksi Kursi Ukir ... 39

C. Gambaran Umum Responden ... 41

D. Pengujian Instrument Penelitian ... 42

1. Uji Validitas ... 43

2. Uji Reliabilitas ... 45

E. Analisis House Of Quality ... 46

1. Voice of Customer... 46


(10)

commit to user

3. Analisis Tingkat Kinerja ... ... 50

4. Analisis Tingkat Perbaikan ... 52

5. Analisis Sales Point ... 54

Analisis Customer Requirement Score ... 56

7. Analisis Technical Requirement ... 58

8. Analisis Hubungan antara CR dan TR ... 59

9. Analisis Penentuan Ukuran Standar TR ... 63

10. Analisis Tingkat Kesulitan (Degree of Difficulty) ……….. 64

11. Analisis Total Requirement Score (TRS) ………... 66

12. Analisis Sinergi atau Konflik dalam TR ... 67

BAB V. PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran- saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

DAFTAR TABEL Tabel

IV.1 Distribusi Kuesioner ... 42

IV.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kepentingan... 43

IV.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kinerja ... 44

IV.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kepentingan ... 45

IV.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kinerja ... 46

IV.6 Customer Requirements... 47

IV.7 Tingkat Kepentingan Customer Requirements ... 49

IV.8 Rata- Rata Tingkat Kepentingan Dimensi Kualitas Desain Produk... 50

IV.9 Tingkat Kinerja... 51

IV.10 Rata- Rata Tingkat Kinerja Dimensi Kualitas Desain Produk ... 52

IV.11 Tingkat Perbaikan... 53

IV. 12 Sales Point dari Customer Requirement ... 55

IV.13 Tingkat Kepentingan, Sales Point dan Customer Requirement Score dalam Persentase ... 57

IV.14 Technical Requirement ... 58

IV. 15 Technical Requirement dan Technical Measure ... 64

IV. 16 Degree of Difficulty Penerapan Technical Requirement ... 65


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 1. Ukiran pada sandaran dan sandaran kursi kayu…………... 24 Gambar 2. Kerangka ukiran ... 24 Gambar 3. Kerangka House of Quality ... 29 Gambar 4. Matrik House of Quality ...


(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian ………

Lampiran 2. Kuesioner ………

Lampiran 3. Input Data ……… Lampiran 4. Mean dan Modus ………. Lampiran 5. Faktor Analisis Tingkat Kinerja ………. Lampiran 6. Faktor Analisis Tingkat Kepentingan ………


(14)

commit to user

ANALYSIS THE IMPLEMENTATION OF QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ON PRODUCT DESIGN QUALITY CARVE CHAIR

BY USING HOUSE OF QUALITY

(Study Furniture Company Chairs Furniture Carve Mulyo Klaten Regency)

By:

APRILIA R. HARJANINGRUM F 0205039

Competitive in today's gain customer loyalty causing all companies must improve their product quality to customer satisfaction can be met. The tools used to identify customer needs and the importance of communicating with both internal and external customers one of them with Quality Function Deployment (QFD). Commonly used tool of QFD is a matrix describes the shape of a house called the House Of Quality (HoQ). Industry can also apply Quality Function Deployment one of them is carved furniture industry. Mulyo Furniture is one furniture company in the town of Klaten, which

produces carved chair as the primary mainstay.

This study aims to determine the attributes that are considered important by consumers, how to sequence the interests of consumer needs and corporate strategy must be implemented in order to improve the quality of product design carved chairs. This research was limited to companies Mulyo Furniture Furniture Klaten district, using the five dimensions of quality products that are functional or usability, ergonomics, aesthetics, aesthetics, and finishing, the respondent is a local buyer and does not do benchmarking. This study uses a survey to determine consumer perceptions, and conducted observation and in-depth interviews with internal parties, especially in the production. The sample selection using a non probability sampling and purposive sampling technique of uptake. The number of samples analyzed were 84. Validity test using Pearson Correlate test equipment and test reliability coefficient using Cronbach's Alpha with the aid of SPSS 11.5 software for Windows. The analysis used two kinds of descriptive analysis and analysis of Quality Function Deployment House of Quality. Results showed that all the items dimensions valid and reliable quality of products both for the level of interest and level of performance. HoQ analysis are: 1) Voice of Customer, 2) analysis of interest rate, 3) analysis of performance levels, 4) improving the level of analysis, 5) analysis of sales points, 6) Customer Requirements Analysis Score (CRS), 7) Analysis of Technical Requirements ( TR), 8) Analysis of the relationship between CR and TR, 9) Standard Size Determination Analysis of TR, 10) Analysis of Difficulty (Degree of Difficulty), 11) analysis Total Requirement Score (TRS), 12) Analysis of Synergy or Conflict in the TR.

The result of calculating the mean is known that the highest level of importance is the dimension of finishing with the mean value of 4.17. And who has the lowest value is the dimension of functionality or usability with a mean value of 3.01. While for the performance, finishing a performance dimension rated highest by respondents (4.20), and the function is judged to have the lowest performance by the respondent amounted to 3.34. Level of improvement that is worth one already owned by the five attributes, the value of 1.25 is owned by 12 TP attributes, and there are three attributes with TP 1.67. From a sales point in mind that there are nine attributes of value 1.2 and the 11 attributes


(15)

commit to user

of value 1.5. Normalization results are known CRS 7 percentage value that is 2.72%, 3.27%, 4.09%, 4.36%, 5.45% and 6.81%. Attributes that received the highest score (6.81%) is interesting motif carvings, carved chair has a smooth texture, easy in maintenance, the thickness of the paint evenly and clearly carved reliefs. From the analysis of synergies or conflicts TR obtained some relations with as many as 6 +9 value relationships, and worth as much as 4 +3 relationship. There is one attribute that is not considered important (TP) with a score of 2, considered important enough at all (CP) on the three attributes with a value of 3, is considered important (P) on 11 attributes with a value of 4, and 5 attributes that are considered very important (SP) with the value 5. this means that all the attributes at the level of interest at the level of 2 to 5 which means that does not matter (TP) to very important (SP). TR CR relationship with someone who filled it still has not answered optimally. It was indicated there are still some correlation with the value 3 which means that TR is still limited to support the CR so CR has not been fully answered. There are 28 links that already meet the CR TR and TR have 36 relationships that support the CR. Results from the analysis of technical requirements score (TRS) earned the highest percentage owned by the TR attribute standards body for 11.84%. This indicates that the attributes of a standard size body's most important role in producing quality product design carved chairs. TR while the lowest is less than 1% contained in the framework of maintaining the quality attributes (0.56), accuracy carver (0.94). Results from analysis of synergies or conflicts among the TR, there are three types of relationships. Ie strong positive relationship (score of +9) at six relationships, and positive (score +3) in the three relationships.

From the data analysis and previous conclusions, the author provides several suggestions to the company's furniture carved chairs from the analysis that the interest rate is known that the dimensions of the finishing is the most important dimension. Dimensions finishing can be improved through a smooth texture, easy maintenance, resistance to mold, the thickness of the paint evenly, relief carvings that clear and not easily weathered. From the analysis of performance levels, dimensions that are still considered low-dimensional performance is a function or usefulness. Companies need to make efforts to trying to further performance improvement to meet customer requirements, particularly the dimension function or usefulness.


(16)

commit to user

ANALISIS IMPLEMENTASI QUALITYFUNCTIONDEPLOYMENT PADA KUALITAS DESAIN PRODUK KURSI UKIR DENGAN MENGGUNAKAN

HOUSEOFQUALITY

(Studi Pada Perusahaan Mebel Kursi Ukir Mulyo Furniture Kabupaten Klaten)

Oleh :

APRILIA R. HARJANINGRUM F 0205039

Ketatnya persaingan dalam mendapatkan loyalitas pelanggan dewasa ini menyebabkan semua perusahaan harus meningkatkan kualitas produk mereka agar kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pentingnya berkomunikasi dengan pelanggan baik internal maupun eksternal salah satunya dengan Quality Function Deployment (QFD). Alat yang biasa digunakan menggambarkan QFD adalah suatu matriks berbentuk rumah disebut dengan House Of Quality (HOQ). Industri yang bisa juga menerapkan Quality Function Deployment salah satunya adalah industri mebel ukir. Mulyo Furniture merupakan salah satu perusahaan mebel di kota Klaten yang menghasilkan produk kursi ukir sebagai andalan utamanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut yang dianggap penting oleh konsumen, bagaimana urutan kepentingan kebutuhan konsumen dan strategi yang harus dilaksanakan perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas desain produk kursi ukir. Penelitian ini terbatas pada perusahaan Mebel Mulyo Furniture Kabupaten Klaten, menggunakan 5 dimensi kualitas produk yaitu fungsi atau kegunaan, ergonomi, keindahan, estetika, dan finishing, responden merupakan pembeli lokal dan tidak dilakukan benchmarking. Penelitian ini menggunakan metode survey untuk mengetahui persepsi konsumen, serta dilakukan observasi dan in-depth interview dengan pihak internal perusahaan terutama di bagian produksi. Pemilihan sampel dengan menggunakan metode non probability sampling dan pengambilannya dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 84. Uji validitas menggunakan alat uji Pearson Correlate Coefficient dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS 11,5 for Windows. Analisis yang digunakan ada dua macam yaitu analisis deskriptif dan analisis Quality Function Deployment dengan House of Quality. Hasil menunjukkan bahwa seluruh item dimensi kualitas produk valid dan reliabel baik untuk tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Analisis HOQ meliputi; 1) Voice of Customer,2) analisis tingkat kepentingan, 3) analisis tingkat kinerja, 4) analisis tingkat perbaikan, 5) analisis sales point, 6) Analisis Customer Requirement Score (CRS), 7) Analisis Technical Requirement (TR), 8)Analisis Hubungan antara CR dan TR, 9) Analisis Penentuan Ukuran Standar TR, 10) Analisis Tingkat Kesulitan (Degree of Difficulty), 11) analisis Total Requirement Score (TRS), 12) Analisis Sinergi atau Konflik dalam TR.

Hasil penghitungan mean diketahui bahwa tingkat kepentingan tertinggi adalah dimensi finishing dengan nilai mean 4,17. Dan yang memiliki nilai terendah adalah dimensi fungsi atau kegunaan dengan nilai mean 3,01. Sedangkan untuk kinerja, finishing


(17)

commit to user

merupakan dimensi yang kinerjanya dinilai tertinggi oleh responden (4,20), dan fungsi dinilai memiliki kinerja paling rendah oleh responden sebesar 3,34. Tingkat perbaikan yang bernilai 1 telah dimiliki oleh 5 atribut, nilai TP 1,25 dimiliki oleh 12 atribut, dan terdapat 3 atribut dengan TP 1,67. Dari sales point diketahui bahwa terdapat 9 atribut yang bernilai 1,2 dan 11 atribut yang bernilai 1,5. Hasil normalisasi CRS diketahui terdapat 7 nilai persentase yaitu 2,72%; 3,27%; 4,09%; 4,36%; 5,45%; dan 6,81%. Atribut- atribut yang mendapat nilai tertinggi (6,81%) adalah motif ukiran menarik, kursi ukir memiliki tekstur yang halus, mudah dalam perawatannya, ketebalan cat merata dan relief ukiran jelas. Dari hasil analisis sinergi atau konflik TR didapatkan beberapa hubungan dengan nilai +9 sebanyak 6 hubungan, dan bernilai +3 sebanyak 4 hubungan. Terdapat 1 atribut yang dianggap tidak penting (TP) dengan skor 2, dianggap cukup penting sekali (CP) pada 3 atribut dengan nilai 3, dianggap penting (P) pada 11 atribut dengan nilai 4, dan 5 atribut yang dianggap sangat penting (SP) dengan nilai 5. hal ini berarti bahwa seluruh atribut pada tingkat kepentingan berada pada level 2 hingga 5 yang berarti tidak penting (TP) hingga sangat penting (SP). Hubungan CR dengan TR yang memenuhinya masih ada yang belum menjawab secara maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada beberapa hubungan dengan nilai 3 yang berarti TR masih sebatas mendukung CR sehingga belum sepenuhnya menjawab CR. Terdapat 28 hubungan TR yang sudah memenuhi CR dan terdapat 36 hubungan TR yang mendukung CR. Hasil dari analisis technical requirement score (TRS) didapatkan persentase tertinggi dimiliki oleh atribut TR ukuran standar badan sebesar 11,84%. Hal ini menunjukkan bahwa atribut ukuran standar badan memegang peranan paling penting dalam menghasilkan kualitas desain produk kursi ukir. Sedangkan TR terendah kurang dari 1% terdapat pada atribut menjaga kualitas rangka (0,56), ketelitian pengukir (0,94). Hasil dari analisa sinergi atau konflik antar TR terdapat tiga jenis hubungan. Yaitu hubungan strong positive (skor +9) pada 6 hubungan, dan positive (skor +3) pada 3 hubungan.

Dari hasil analisa data dan kesimpulan sebelumnya, penulis memberikan beberapa saran kepada perusahaan mebel kursi ukir bahwa dari analisis tingkat kepentingan diketahui bahwa dimensi finishing merupakan dimensi yang paling penting. Dimensi finishing dapat ditingkatkan melalui tekstur yang halus, mudah dalam perawatannya, ketahanan akan jamur, ketebalan cat merata, relief ukiran yang jelas dan tidak mudah lapuk. Dari hasil analisa tingkat kinerja, dimensi yang masih dianggap rendah kinerjanya adalah dimensi fungsi atau kegunaan. Perusahaan perlu melakukan upaya- upaya perbaikan kinerja dengan berusaha lebih untuk memenuhi persyaratan konsumen, khususnya dimensi fungsi atau kegunaan.


(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Semakin ketatnya persaingan dalam mendapatkan loyalitas pelanggan dewasa ini menyebabkan semua perusahaan harus meningkatkan kualitas produk mereka agar kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Kualitas yang diberikan akan mempengaruhi sejauh mana konsumen loyal terhadap produk yang bersangkutan. Untuk itu perusahaan perlu melakukan perbaikan kualitas guna memenuhi keinginan pelanggan, sehingga mereka cenderung loyal serta perusahaan dapat terus bertahan.

Dalam menghadapi persaingan industri mebel, produsen harus menciptakan nilai tambah dan mengkonsentrasikan diri tidak lagi pada segmen pasar yang peka harga melainkan pada segmen pasar yang lebih tinggi kelasnya dan membuat lebih banyak perabot dengan rancangan khusus (Suratman, 2008). Segmen pasar yang lebih tinggi kelasnya lebih mengutamakan kualitas dari pada harga dari sebuah produk.

Salah satu konsep yang dapat digunakan dalam merancang ulang sistem organisasi mengenai kualitas adalah Total Quality Managemen (TQM). Sistem TQM diarahkan oleh pengidentifikasian dan pemuasan kebutuhan pelanggan (Render dan Heizer 2001 : 253) yang bertujuan untuk menyediakanproduk berkualitas bagi konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya (David 2007).

Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pentingnya berkomunikasi dengan pelanggan baik internal maupun eksternal salah satunya dengan Quality Function Deployment (QFD). Konsep QFD ditujukan guna memberi jaminan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar memenuhi dan


(19)

commit to user

memuaskan kebutuhan para pelanggan dengan menghasilkan kualitas yang diinginkan pelanggan dan kesesuaian dalam pengembangan produk.

QFD merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan perusahaan memuaskan kebutuhan pelanggan melampaui harapannya. QFD akan memberikan gambaran mengenai apa saja yang dibutuhkan pelanggan untuk segera dihasilkan oleh perusahaan. QFD memungkinkan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dan memperbaiki proses sehingga tercapai efektifitas maksimal (Tjiptono, 1998).

QFD memberikan manfaat bagi perusahaan yang meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktivitas secara berkesinambungan antara lain fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi (Haryanto, 2004)

Alat yang biasa digunakan menggambarkan QFD adalah suatu matriks berbentuk rumah disebut dengan House Of Quality (HOQ). HOQ akan mempertemukan informasi mengenai apa yang diinginkan pihak konsumen dengan hal-hal yang mampu dilakukan oleh pihak produsen, sehingga tercapai sasaran desain dan operasi kemudian digunakan sebagai pedoman operasi guna menghasilkan produk yang berorientasi pada keinginan konsumen yang spesifik.

Quality Function Deployment pernah diterapkan pada beberapa penelitian sebelumnya yang mengambil obyek serta produk yang berbeda. Penelitian dengan judul Analisis Kualitas Layanan dengan Menggunakan House Of Quality Study Kasus Pada PT Angkasa Pura I Cabang Adi Sutjipto Yogyakarta yang dilakukan oleh David pada tahun 2007 menggunakan alat analisis yang sama namun dengan dimensi yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada produk barang. Lima dimensi seperti tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty diolah dengan alat yang sama akan dihasilkan suatu sinergi yang positif maupun negatif. Pada penelitian yang


(20)

commit to user

dilakukan oleh Sabihaini dan Yulianto (2003) dalam bentuk jurnal dengan judul Analisis Quality Function Deployment (QFD) : The Voice Of Customer untuk Menghasilkan Kualitas Jasa Studi Kasus pada PT Kereta Api Indonesia menekankan betapa pentingnya persepsi konsumen mengenai kualitas guna mengetahui atribut-atribut apa yang belum mereka peroleh serta kepuasan yang mereka peroleh di perusahaan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Suratman (2008) dengan judul Analisis Penerapan Quality Function Deployment terhadap Kualitas Desain Produk Kursi Rotan Indoor Berorientasi Ekspor Pasar Eropa pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo menggabungkan lima dimensi kualitas desain produk dari konsumen yaitu function, ergonomics, artistic, aesthetic dan finishing dengan kualitas produk menurut manajemen perusahaan diolah dengan menerapkan QFD menggunakan alat analisis HOQ akan diketahui kualitas yang diharapkan oleh konsumen. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

Industri yang bisa juga menerapkan Quality Function Deployment salah satunya adalah industri mebel ukir. Persaingan di industri mebel ukir yang semakin ketat membuat para pengusaha maupun pengrajin berpikir ekstra keras untuk lebih meningkatkan inovasi dan kreativitas produk mereka. Krisis keuangan dunia yang melanda Amerika dan Eropa mengakibatkan para pengrajin mengalami penurunan akan permintaan hasil produksi kursi ukir untuk luar negeri. Para pengrajin kemudian berfokus pada pemenuhan permintaan barang untuk area lokal dan kemudian lebih mengembangkan pangsa pasarnya di Indonesia.

Mulyo Furniture merupakan salah satu perusahaan mebel di kota Klaten yang menghasilkan produk kursi ukir sebagai andalan utamanya. Produk yang dihasilkan sangat bermacam-macam, tergantung permintaan konsumen, antara lain meja, kursi,


(21)

commit to user

almari, dipan tempat tidur, buffet, dan perabotan rumah tangga (in door furniture) yang bersifat kolonial dan antik.

Desain yang ditawarkan sangat beragam, inovasi dan kreatifitas yang dinamis dan responsive disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Perusahaan lebih berkonsentrasi untuk pemenuhan permintaan pasar lokal, karena pasar internasional mengalami penurunan tajam sejak krisis terjadi, oleh karena itu perusahaan lebih mengembangkan lagi pasar lokal di seluruh Indonesia. Pembuatan desain produk mengutamakan teknik yang berkualitas guna memenuhi harapan pelanggan.

Setelah memperhitungkan manfaat yang diperoleh dari analisis tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana implementasi quality function deployment dengan menggunakan House Of Quality mengukur function, ergonomics, artistic, aesthetics dan finishing yang diterapkan pada industri mebel kursi ukir Mulyo Furniture di Kabupaten Klaten itu penulis mengambil judul penelitian ANALISIS IMPLEMENTASI QUALITY

FUNCTION DEPLOYMENT PADA KUALITAS DESAIN PRODUK KURSI

UKIR DENGAN MENGGUNAKAN HOUSE OF QUALITY (Studi Pada Perusahaan Mulyo Furniture Kabupaten Klaten).

B. RUMUSAN MASALAH

Produk mebel kursi ukir selain berfungsi sebagi tempat duduk, juga memiliki nilai lebih dibandingkan produk kursi lainnya terutama dari segi keindahan, estetika dan finishing pada ukirannya. Konsumen merupakan individu atau sekelompok individu yang memiliki beberapa pertimbangan, cara pandang, harapan dan selera yang berbeda- beda akan suatu produk atau jasa.


(22)

commit to user

Perusahaan dituntut untuk terus menghasilkan desain produk yang berkualitas dan inovatif, salah satunya dengan mempertimbangkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.Apa sajakah atribut dalam dimensi kualitas yaitu Fungsi, Ergonomi, Keindahan, Estetika, dan Finishing yang dianggap penting oleh konsumen produk mebel kursi ukir Mulyo Furniture Klaten ?

2.Bagaimana urutan kepentingan kebutuhan konsumen produk mebel kursi ukir Mulyo Furniture Klaten?

3.Apa sajakah strategi yang harus dilaksanakan perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas desain produk Kursi Ukir Mulyo Furniture?

C. BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu memberi batasan permasalahan sebagai berikut :

1.Penelitian ini merupakan penelitian survei tentang kualitas desain produk kursi ukir yang terdapat pada perusahaan Mebel Mulyo Furniture Kabupaten Klaten.

2.Dalam produk kursi ukir terdapat 5 dimensi kualitas produk yang diteliti yaitu fungsi atau kegunaan, ergonomi, keindahan, estetika, dan finishing.

3.Penelitian melibatkan responden yang terdiri dari beberapa pembeli lokal yang menjadi konsumen produk kursi ukir Mulyo Furniture Kabupaten Klaten.

4.Dalam penelitian ini tidak dilakukan benchmarking dengan perusahaan sejenis lainnya atau di daerah sentra mebel ukir semisal di Rembang karena penelitian ini terbatas dalam hal biaya dan waktu.


(23)

commit to user

D. TUJUAN PENELITIAN

Searah dengan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui apa saja atribut dalam dimensi kualitas yaitu Fungsi, Ergonomi, Keindahan, Estetika, dan Finishing yang dianggap penting oleh Konsumen Mulyo Furniture Klaten.

2.Untuk mengetahui bagaimana urutan kepentingan kebutuhan konsumen produk mebel kursi ukir Mulyo Furniture Klaten.

3.Untuk mengetahui apa sajakah strategi yang harus dilaksanakan perusahaan untuk dalam meningkatkan kualitas desain produk kursi ukir Mulyo Furniture.

E. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat khususnya bagi perusahaan mebel ukir Mulyo Furniture dan para akademisi terkait dengan pengembangan kualitas desain produk. Berikut adalah manfaat penelitian :

1.Bagi perusahaan :

a. Mengetahui atribut-atribut desain kualitas produk kursi ukir yang diharapkan konsumen sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan kualitas produk.

b.Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi operasi perusahaan dan menentukan kebijakan pengambilan keputusan.

2.Bagi peneliti :

Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna sebagai media untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan dan jurnal yang ada


(24)

commit to user

serta memberikan pemahaman terhadap teori dan realita yang sesungguhnya. Peneliti juga ingin memberikan kontribusi kepada perusahaan agar bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas perusahaan.


(25)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KUALITAS

Kualitas atau mutu merupakan totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi (Johnson & Winchel dalam Render & Heizer, 2001 : 92). Kualitas sangat penting bagi perusahaan karena mempengaruhi dalam 4 cara : (1) biaya dan pangsa pasar, (2) reputasi perusahaan, (3) pertanggung jawaban produk, dan (4) implikasi internasional.

Menurut Kottler (1997), pengertian kualitas lebih terfokus pada pelanggan. Kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk dan jasa yang mendukung kemampuan untuk memuaskan kebutuhan.

Peningkatan kualitas menjadi salah satu upaya perusahaan untuk memperoleh konsumen dan menjadikannya sebagai pelanggan tetap. Sedangkan dalam dunia furnitur yang masih berbasiskan home industry, kualitas desain produk merupakan kunci sukses dan ujung tombak usaha dalam persaingan pasar (Sutrisno, 2007).

B. DESAIN PRODUK

Desain merupakan bagian dari produksi dan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu produk baik untuk pasar domestik maupun internasional. Desain produk memadukan beragam fungsi sehingga selain produk bisa digunakan juga memiliki nilai lebih yang terkandung di dalamnya. Desain produk menggabungkan 3 fungsi yaitu estetis, material dan fungsional serta ergonomic sehingga disukai oleh konsumen. Tidak semua visi dipenuhi dalam sebuah desain, ada yang menonjol


(26)

commit to user

estetisnya dan yang lain menonjolkan fungsionalnya (Gondosubrata dalam Trust, 2004).

Perancangan produk merupakan kegiatan berbagai fungsi. Aktivitas ini harus mempertimbangkan pandangan dari berbagai aspek. Pendekatan yang digunakan dari eksternal perusahaan adalah dari pihak konsumen, stakeholder, supplier, pemerintah dan pihak yang berkepentingan lainnya. Terdapat pula pendekatan internal perusahaan meliputi pemasaran, keuangan, persediaan bahan baku, rekayasa produk dan quality control.

Kegiatan seleksi, pencarian manfaat, dan desain produk terjadi secara terus menerus karena adanya peluang hadirnya produk baru, dan faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : perubahan ekonomi, perubahan sosiologi dan demografi, perubahan teknologi, perubahan politik, dan perubahan-perubahan lain yang bisa timbul dari dinamika pasar, standar profesi, pemasok dan penyalur. Perusahaan harus merespon dengan cepat segala faktor-faktor tersebut sehingga tercapai desain produk yang sesuai dengan harapan pelanggan (Render & Heizer, 2001).

C. TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Total Quality Manangement menggambarkan kualitas yang melekat pada seluruh organisasi perusahaan. Terdapat 5 langkah yang diperlukan untuk penerapan perbaikan mutu perusahaan :

1. Perbaikan terus menerus

Konsep perbaikan terus menerus terbentuk berdasarkan urutan langkah-langkah kegiatan yang berhubungan dengan menghasilkan output barang dan jasa. Perbaikan terus menerus ini difokuskan pada perubahan proses kerja yang


(27)

commit to user

lebih baik untuk meningkatkan keseragaman output dan memperbaiki keandalan.

2. Pemberdayaan karyawan

Perusahaan memerlukan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan. Pemberian reward dan insentif memberikan motivasi kepada karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan memacu karyawan yang lain. 3. Benchmarking atau pembandingan kinerja

Dalam mengimbangi kualitas pesaing perusahaan perlu melakukan pembandingan kinerja dengan perusahaan lain yang sejenis. Benchmarking dilakukan guna mengetahui sisi kelebihan dan kekurangan atas kualitas yang diberikan perusahaan untuk selanjutnya dilakukan perbaikan.

4. Just in time atau penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya

Menganut sistem ini perusahaan harus dengan cepat memenuhi kebutuhan pelanggan. Penyediaan kebutuhan yang tepat pada waktunya akan membantu perusahaan merespon cepat kebutuhan pelanggan.

5. Pengetahuan mengenai peralatan

Peruasahaan mengadakan perbaikan teknologi dalam aktivitasnya. Perubahan ini dimulai dengan menambah pengetahuan dan mengajarkan kepada seluruh elemen perusahaan mengenai pengoperasian peralatan baru yang mendukung perbaikan kualitas output.

D. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

Definisi Quality Function Deployment ( QFD ) menurut Besterfield (1999) adalah :


(28)

commit to user

“Quality Function Deployment is a planning tool used to fulfill cost expectations. It is a disciplined approach to product design, engineering and production, and provides in depth evaluation of product.”

QFD merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan pentingnya berkomunikasi baik secara internal maupun eksternal. QFD akan menterjemahkan apa yang menjadi persyaratan atau keinginan konsumen trehadap suatu produk. Dengan penerapan QFD diharapkan perusahaan akan terhindar dari perbedaan persepsi mengenai apa yang diberikan perusahaan dengan apa yang menjadi persyaratan konsumen. QFD mampu mengidentifikasikan keinginan konsumen yang sesungguhnya dan mengimplementasikan serangkaian informasi yang sejalan dengan setiap tahapan dalam perputaran produk dari konsep desain komponen, proses dan manufaktur sampai pada pemakaian produk.

Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan, ketiga tahapan tersebut adalah (Cohen, 1995) :

1. Tahap pengumpulan Voice of Customer.

2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality). 3. Tahap analisa dan implementasi.

E. HOUSE Of QUALITY

Pengertian House Of Quality (Render & Heizer) adalah:

“House Of Quality is a technique for defining the relationship between customer desire and product ( or services ) attributes.”

House Of Quality merupakan alat dari penerapan Quality Function Deployment (QFD) yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara keinginan konsumen


(29)

commit to user

terhadap suatu produk dengan pihak produsen, sehingga dapat dicapai sasaran desain dan operasi yang digunakan sebagai landasan guna memenuhi keinginan konsumen.

House of quality menunjukkan produk yang ditawarkan perusahaan terkait dengan kualitas dan apa yang diharapkan konsumen sejalan dengan apa yang dihasilkan produsen. Matrik HOQ menyerupai sebuah bangunan rumah yang terdiri dari 6 komponen pokok yaitu pondasi, dinding, 2 buah tiang, langit-langit dan atap. HOQ tersebut mempertemukan informasi mengenai keinginan konsumen dengan persyaratan rekayasa perusahaan produsen yang akan memudahkan tim kerja dalam menerjemahkan keinginan pihak yang bersangkutan menjadi sasaran operasi dan rekayasa konkrit. Yang menjadi perhatian dasar dari HOQ adalah produk yang dihasilkan harus dirancang sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Oleh karena itu bagian pemasaran, produksi dan manufaktur harus bekerja sama sejak pertama kali produk dikonsepkan.

Perhatian dasar dari HOQ adalah bahwa produk yang dihasilkan harus dirancang sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Oleh karena itu bagian pemasaran, operasi dan manufaktur harus bekerja sama sejak pertama kali produk dikonsepkan. Untuk membangun House of Quality, ada 6 langkah dasar yang harus dilakukan menurut Render (2001) :

1. Menentukan keinginan konsumen 2. Mengidentifikasi atribut barang/jasa

3. Membuat hubungan antara keinginan konsumen dengan cara barang/jasa memenuhinya

4. Mengevaluasi produk saingan

5. Mengembangkan spesifikasi kinerja atas cara barang / jasa memenuhi keinginan konsumen tersebut


(30)

commit to user

6. Menerapkan cara-cara tersebut pada tahap perubahan input menjadi output secara tepat.

F. PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian sebelumnya yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan Sabihaini dan Yulianto (2003) dalam bentuk jurnal yang berjudul Analisis Quality Function Deployment (QFD) : The Voice Of Customer untuk menghasilkan kualitas jasa studi kasus pada PT Kereta Api Indonesia. Dimensi kualitas yang digunakan berbeda antara jasa dengan produk, yaitu jasa menggunakan dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty namun alur pengolahanya sama dan menghasilkan hasil yang sama yaitu kualitas yang diharapkan oleh konsumen. Hasil yang diperoleh : pada tingkat kepentingan yang menempati skala tertinggi adalah assurance dan terendah adalah emphaty dan responsiveness. Untuk itu perusahaan perlu meningkatkan pelatihan dan pengembangan serta kemampuan karyawan untuk kualitas yang diinginkan.

2. Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan David (2007) dengan judul Analisis Kualitas Layanan Dengan Menggunakan House Of Quality Studi Kasus pada PT Angkasa Pura I Cabang Adi Sutjipto Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan pada obyek jasa angkutan memperoleh hasil : pada tingkat kepentingan yang menduduki skala tertinggi adalah emphaty, yang terendah adalah tangible. Terdapat 16 atribut yang dianggap sangat penting. Tingkat kinerja pada perusahaan tersebut terdapat 27 atribut yang dianggap baik oleh responden. Skala tertinggi adalah responsiveness sedangkan yang terendah adalah reliability dan tangible, dalam TR terdapat 17 sinergi yang menunjukan strong positif. Akan sama hasilnya apabila diterapkan pada kualitas produk, walaupun menggunakan dimensi berbeda yaitu dimensi kualitas produk.


(31)

commit to user

3. Penelitian yang dilakukan oleh Suratman (2008) mengambil judul Analisis Penerapan Quality Function Deployment terhadap Kualitas Desain Produk Kursi Rotan Indoor Berorientasi Ekspor Pasar Eropa pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo memperoleh hasil dari tingkat kepentingan skor yang paling tinggi adalah dimensi finishing, ini merupakan faktor yang dianggap paling penting oleh konsumen sehingga perusahaan harus segera melakukan perbaikan pada finishing produk. Dari tingkat kinerja diperoleh hasil skor tertinggi adalah fungsi dan estetika dan yang terendah adalah dimensi ergonomi yang harus segera diperbaiki.

4. Listiantoro (2009) pada penelitian dengan judul Analisis Kualitas Anyaman Berbahan Enceng Gondok Untuk Mengembangkan Desain Kursi Rotan Berorientasi Ekspor Pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo memperoleh hasil tingkat kepentingan menunjukan dimensi Ketahanan memperoleh nilai tertinggi dengan demikian dimensi tersebut dianggap paling penting atau paling diharapkan oleh buyer,sedangkan nilai terendah adalah dimensi Keindahan. Tingkat Kinerja yang memperoleh nilai tertinggi dari responden adalah dimensi Keindahan dan Finishing sedangkan ketahanan memiliki nilai kinerja terendah yang harus diperbaiki.


(32)

commit to user

G. KERANGKA PEMIKIRAN

(sumber : Listiantoro, 2009 dan Suratman, 2008 yang telah dimodifikasi)

Gambar di atas menjelaskan mengenai alur pemikiran yang ada dalam pemikiran konsumen. Dimulai dari persepsi konsumen mengenai kualitas desain produk kursi ukir terutama dari perusahaan Mulyo Furniture yang mereka inginkan. Kemudian karakteristik kualitas desain produk kursi ukir. Keduanya melakukan spesifikasi persyaratan yang diminta oleh konsumen antara lain: function, ergonomics, artistic, aesthetics dan finishing.

Berdasarkan hasil modus maupun mean dari hasil jawaban responden untuk tingkat kepentingan dan tingkat performance akan diketahui atribut apa saja yang dianggap sangat tidak penting (STS) hingga sangat penting (SP). Juga akan diketahui atribut apa saja yang telah memenuhi atau belum memenuhi harapan

Kualitas desain produk yang diharapkan Dimensi kualitas

desain produk 1. Function 2. Ergonomics 3. Artistic 4. Aesthetics 5. Finishing

Kualitas desain produk menurut Manajemen

Penerapan QFD dengan HOQ Persepsi kualitas

produk menurut


(33)

commit to user

konsumen yang dinyatakan dalam sangat tidak setuju (STS) hingga sangat setuju (SS) pada kinerja manajemen.

Antara dimensi kualitas yang disyaratkan oleh konsumen digabungkan dengan kualitas produk menurut manajemen diterapkan Quality Function Deployment (QFD) menggunakan alat analisis House Of Quality (HOQ) melalui pengukuran: (1) Customer Requirement, (2) Tingkat Kepentingan (customer requirement), (3) Tingkat Performance, (4) Customer Requirement Score, (5) Technology Requirement, (6) Hubungan Customer Requirement Score dan Technology Requirement, (7) Ukuran Standar Technology Requirement, (8) Relative Technology Difficulty, (9) Prioritized Requirement Score, (10) Keterkaitan dalam matriks (technology requirement).

Diharapkan dari informasi customer requirement dan penanganan tecnical requirement akan meningkatkan kualitas desain produk pada proses berikutnya sehingga dihasilkankualitas desain produk yang diharapkan.


(34)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Obyek penelitian ini adalah perusahaan mebel Mulyo Furniture Kabupaten Klaten sebagai perusahaan pembuat produk kursi ukir untuk pasar lokal. Penelitian dilakukan untuk mangetahui kualitas desain produk kursi ukir yang dibuat oleh pengrajin yang kemudian dijual kepada pelanggan mereka.

Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu suatu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden (Jogiyanto, 2004). Survey terhadap konsumen produk kursi ukir bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas desain produk kursi ukir Mulyo Furniture. Penelitian ini juga dilakukan melalui observasi di perusahaan mebel Mulyo Furniture Klaten untuk memperoleh data secara langsung dan jelas. Peneliti juga melakukan in-depth interview dengan pihak internal perusahaan terutama di bagian produksi untuk mengetahui tanggapan perusahaan atas apa yang disyaratkan oleh konsumen, dan cara penanganannya.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

1. Populasi

Penelitian ini menggunakan populasi para pembeli lokal produk kursi ukir Mulyo Furniture. Dari hasil wawancara peneliti dengan manjemen Mulyo furniture mengenai jumlah konsumen produk kursi ukir tidak didapatkan jawaban yang pasti (atau data yang tersimpan). Hanya berdasarkan perkiraan bahwa rata-rata terdapat 4 pembeli.setiap bulannya. Sehingga disimpulkan bahwa dalam satu


(35)

commit to user

tahun terdapat 48 konsumen dari Mulyo Furniture. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan populasi dari konsumen Mulyo Furniture dari dua tahun kebelakang, sehingga berjumlah 96 konsumen.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi, sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Ada beberapa alasan mengapa peneliti menggunakan sampel untuk diteliti. Pertama, dalam praktek peneliti tidak mungkin melakukan pengumpulan dan pengujian terhadap setiap elemen populasi. Kedua, pengumpulan dan pengujian terhadap setiap elemen populasi, akan memerlukan banyak waktu, biaya, dan tenaga yang melaksanakan.

Ketiga, penelitian terhadap sebagian elemen populasi, kadang-kadang memberikan hasil yang lebih dapat dipercaya dan kesalahan dalam pengumpulan data relatif lebih kecil, terutama jika elemen-elemen terdiri atas banyak data. Keempat, pengujian terhadap seluruh elemen populasi, dalam kasus tertentu tidak mungkin dilakukan (Sekaran, 2003).

Besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berdasarkan pertimbangan Singarimbun (1995) yang menyatakan bahwa besarnya sampel penelitian tidak boleh kurang dari 10% dari jumlah populasinya. Dari populasi yaitu para pembeli lokal produk kursi ukir Mulyo Furniture maka dapat diambil sample sebesar 10% dari total populasi.

Pertimbangan lain menurut Ferdinand (2006) poin pertama yang menyatakan bahwa sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah layak bagi kebanyakan penelitian. Dari beberapa pertimbangan maka penulis mengambil sampel keseluruhan dari populasi selama dua tahun kebelakang dengan asumsi untuk mengantisipasi sedikitnya responden yang diperoleh,


(36)

commit to user

meskipun dari pertimbangan di atas lebih besar dari 10% dan lebih besar dari 30 sudah layak untuk diteliti.

C. TEKNIK PENGUKURAN VARIABEL DAN DEFINISI OPERASI

1. Pengukuran Variabel

Penelitian ini mengadopsi instrumen dari peneliti dan pakar desain sebelumnya kemudian dikembangkan melalui atribut- atribut pendukung 5 dimensi kualitas desain produk. Adapun instrumen pengukuran terdiri lima dimensi kualitas desain produk yang dioperasionalisasikan, yaitu: fungsi/ kegunaan, ergonomi, keindahan, estetika ukiran dan finishing.

Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert 5 poin. Skala likert ini digunakan untuk menilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja.

Untuk mengukur tingkat kepentingan sebagai berikut :

- skala 1 mewakili atribut yang dianggap sangat tidak penting (STP) - skala 2 mewakili atribut yang dianggap tidak penting (TP)

- skala 3 mewakili atribut yang dianggap cukup penting (CP) - skala 4 mewakili atribut yang dianggap penting (P)

- skala 5 mewakili atribut yang dianggap sangat penting (SP) Untuk mengukur tingkat kinerja sebagai berikut :

- skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju (STS) - skala 2 menunjukkan tidak setuju (TS)

- skala 3 menunjukkan cukup setuju (CS) - skala 4 menunjukkan setuju (S)


(37)

commit to user 2. Definisi Operasional

a. Fungsi atau kegunaan

Merupakan faktor fungsi atau kegunaan dari produk kursi ukir apakah memiliki nilai guna bagi yang mengkonsumsinya. Fungsi kursi yang paling mudah disebutkan adalah sebagai sarana tempat duduk. Seiring dengan perkembangan interior dan eksterior rumah, kursi ukir memiliki fungsi lainnya. Hal ini juga diiringi dengan perkembangan model dan desain dari kursi ukir sendiri.

b. Ergonomi

Merupakan kesesuaian antara produk yang dihasilkan perusahan dengan bentuk tubuh atau anatomi tubuh. Konsep ergonomi pada kursi ukir pada dasarnya bagaimana menciptakan produk sedemikian rupa sehingga sehingga mampu menopang tubuh seseorang hingga merasa nyaman. Sehingga segala gerak tubuh seperti duduk, berdiskusi, rapat, makan, mengetik dapat terakomodasi secara maksimal. Dalam konsep ergonomi, masalah fungsi sangat diutamakan. Setelah fungsi itu terpenuhi, baru kemudian desain mengikuti fungsi itu.

c. Keindahan

Karakteristik bahan baku kayu ukir yang menampilkan bentuk kursi yang indah serta keindahan ukiran sebagai penghias atau elemen kursi. Desain kursi ukir menjadi sangat variatif. Penggunaan kursi ukir dalam berbagai suasana menjadi tampak etnik dan bernuansa tradisional.


(38)

commit to user

Gambar 1. Ukiran pada sandaran dan sandaran kursi kayu Doc. pribadi

d. Estetika

Estetika merupakan bagaimana cara produk mampu dilihat, dirasakan, diraba, terdengar atau dari bau produk itu sendiri. Sedangkan untuk produk kursi ukir, estetika bisa dilihat dari motif atau relief ukiran yang menghiasi permukaan dari kerangka kursi ukir itu sendiri.

Gambar 2. Kerangka ukiran Doc. Pribadi

e. Finishing

Merupakan pemberian sentuhan akhir dari produk yang memberikan nilai tambah dalam mempercantik produk. Finishing meliputi pengecatan dan pemberian sentuhan akhir dalam proses pembuatan. Penampilan kursi ukir tidak hanya didukung oleh bentuk dan ukirannya. Tetapi juga warna, kehalusan rangka dan tingkat kerumitan ukiran, mudah dalam perawatannya memberikan andil dalam hasil akhir produk.


(39)

commit to user

D. SUMBER DATA

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh pertama kali secara langsung pada sumber data melalui pengisian kuisioner dan wawancara. Pengisian kuesioner dilakukan oleh pembeli atau konsumen produk kursi ukir Mulyo Furniture, sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari tangan kedua seperti literature, buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang menunjang.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner ini disampaikan peneliti kepada responden yang merupakan pembeli kursi ukir. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data maka penyebaran kuesioner dibantu oleh perusahaan Mulyo Furniture yang memiliki akses lebih baik. Perusahaan ini membagikan kuesioner tersebut kepada responden mengingat ini adalah data rahasia. Kuesioner juga diberikan langsung pada saat pelanggan mendatangi langsung di tempat produksi sehingga lebih memudahkan penerimaan kuesioner. Peneliti juga senantiasa melakukan cek ulang di perusahaan Mulyo Furniture terkait responden yang bila terjadi kekurangan atau ketidaklengkapan jawaban kuesioner.

2. Wawancara

Peneliti melakukan komunikasi dan interaksi langsung dengan pihak-pihak terkait. Misalnya bagian produksi, personalia, dan SDM.


(40)

commit to user

F. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN

1. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengertian valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu atau tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Setiawan, 2004).

Untuk memperoleh validitas kuesioner, usaha dititikberatkan pada pencapaian validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan sesungguhnya pada responden yang diteliti. Untuk uji validitas digunakan alat uji Pearson Correlate Coefficient dengan menggunakan bantuan sofware SPSS 11,5 for Windows.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Setiawan, 2004). Reliabilitas merupakan syarat untuk tercapainya validitas suatu kuesioner dengan tujuan tertentu. Hasil dari pengujian reliabilitas ditunjukkan oleh sebuah indeks yang menunjukkan seberapa jauh sebuah alat ukur dapat diandalkan. Untuk menguji reliabilitas digunakan nilai Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS 11,5 for Windows.

G. METODE ANALISIS DATA

1. Analisis Deskriptif

Yaitu analisis yang digunakan untuk mengurai hasil penelitian yang didukung teori, berdasarkan tanggapan responden. Dari tanggapan responden, wawancara dan hasil pengamatan, dibuat kesimpulan dengan memberikan


(41)

commit to user

gambaran apa saja yang diinginkan konsumen dari kursi ukir, bagaimana technical requirement dapat direalisasikan sesuai dengan keinginan konsumen juga menyesuaikan pada kemampuan perusahaan.

2. Analisis Quality Function Deployment dengan House of Quality

Bagian yang paling penting dari QFD yaitu pembentukan house of quality berisikan informasi tentang kebutuhan konsumen, tingkat kepentingan konsumen serta persepsi dan tingkat kepuasan konsumen kursi ukir terhadap produk yang dimiliki perusahaan maupun pesaingnya. Matrik HOQ terdiri dari data-data yang terkumpul diolah melalui tahap-tahap berikut :

1. Kebutuhan konsumen mebel ukir (customer requirements)

Berisikan masukan mengenai apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen terhadap kursi ukir. Dari informasi yang masuk, oleh peneliti ditentukan segala persyaratan bagi pengusaha mebel ukir untuk meningkatkan kualitas desain kursi ukir.

2. Respon secara teknik (technical response)

Merupakan tahap perusahaan menggambarkan produk kursi ukir yang dikembangkan lebih lanjut. Secara umum gambaran ini didukung oleh keinginan dan kebutuhan konsumen dari bagian 1.

3. Keterkaitan dan prioritas (relationship)

Perusahaan berusaha mengkaitkan seberapa besar hubungan antara respon teknik yang dilakukan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Kemudian dikerucutkan dengan lebih memprioritaskan keinginan dan kebutuhan yang harus segera direspon.

5. Korelasi secara teknik (technical correlation)

Bagian ini menganalisa hubungan yang terjadi atau dampak yang ditimbulkan antar karakteristik teknik.


(42)

commit to user 6. Matrix secara teknik (technical matrix)

Pada technical benchmarks [6A] membandingkan kualitas karakteristik teknis perusahaan dengan kondisi pesaing. Technical targets [6B] perusahaan menentukan standar karakteristik tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen kursi ukir dan memenangkan persaingan.

Gambar 3. Kerangka House of Quality

(5) Korelasi secara teknik

(3)

Respon secara teknik

(1) (4) (2)

[4A] Matrik perencanaan Faktor peningkatan Pengaruh antara faktor- faktor strategik Kualitas desain mebel peningkatan

Berdasarkan kebutuhan kualitas desain produk dan kemanfaatan kursi rotan dengan

konsumen kursi rotan karakteristik teknik (2A) (2B)

Importance Performance [4B]

Prioritas respon secara teknik

[6] Matrik secara teknik

[6A] Benchmarking

[6B] Target secara teknik

Sumber: Lou Cohen (1995), How to Make QFD Work for You

Analisis HOQ

a. Analisis Customer Requirement (CR)

Persyaratan pelanggan atau customer requirement (CR) merupakan pendapat pelanggan tentang atribut apa saja yang disyaratkan atau diperhatikan oleh pelanggan dalam pemanfaatan fasilitas yang ada. Analisis ini berisi persyaratan atau masukan pelanggan yang dikelompokkan menjadi lima


(43)

commit to user

dimensi, meliputi function, ergonomics, keindahan, estetika anyaman dan finishing.

Proses pencatatan CR dilakukan melalui wawancara dengan menanyakan hal- hal yang dianggap penting oleh konsumen melalui bagian produksi atau oleh desainer dengan pertimbangan lebih mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu data didapatkan dari referensi penelitian terdahulu. Atribut- atribut CR yang telah didapat, diolah, disusun dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk menentukan bobot kepentingan dari masing- masing atribut yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti. Customer requirement ini akan menempati sisi sebelah kiri dari matrik HOQ.

b. Analisis Tingkat Kepentingan (TKe)

Analisi tingkat kepentingan merupakan tindak lanjut dari CR yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan pelanggan terhadap desain produk yang dihasilkan. Atribut- atribut persyaratan yang telah diolah selanjutnya disusun dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert dengan penilaian sebagai berikut :

- skala 1 mewakili atribut yang dianggap sangat tidak penting (STP) - skala 2 mewakili atribut yang dianggap tidak penting (TP)

- skala 3 mewakili atribut yang diganggap cukup penting (CP) - skala 4 mewakili atribut yang dianggap penting (P)

- skala 5 mewakili atribut yang dianggap sangat penting (SP) c. Analisis Tingkat Kinerja (TKi)

Analisis tingkat kinerja bertujuan untuk mengetahui sejauh mana atribut- atribut yang diinginkan pelanggan dipenuhi oleh manajemen, sehingga dapat diketahui kinerjanya.


(44)

commit to user

Penilaian skala likert tersebut adalah sebagai berikut : - skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju (STS) - skala 2 menunjukkan tidak setuju (TS)

- skala 3 menunjukkan cukup setuju (CS) - skala 4 menunjukkan setuju (S)

- skala 5 menunjukkan sangat setuju (SS) d. Analisis Tingkat Perbaikan

Analisis ini mengevaluasi atribut- atribut sehingga dapat diketahui atribut mana yang belum memenuhi syarat mutu atau kualitas. Hasil analisa ini didapat dari nilai kinerja (performance) yang diharapkan dibagi nilai kinerja dari konsumen.

e. Sales Point

Titik penjualan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar manfaat penjualan yang mungkin didapat. Apabila terjadi perubahan- perubahan terhadap atribut tertentu. Dalam penentuan titik penjualan terhadap atribut- atribut dalam penelitian ditetapkan oleh pihak manajemen. Cara penentuannya dengan menggunakan alat bantu skala penilaian sebagai berikut :

1. Nilai 1,0 adalah status quo, yang berarti perubahan mengenai atribut yang ada tidak memberikan pengaruh tambahan manfaat dan juga tidak mengurangi kualitas desain produk.

2. Nilai 1,2 berarti perubahan mengenai atribut yang ada memberikan pengaruh yang kecil dan perlu perbaikan hanya dari segi teknis.

3. Nilai 1,5 berarti perubahan mengenai atribut yang ada memberikan pengaruh yang besar terhadap penjualan dan akan ditekankan untuk program pemasaran.


(45)

commit to user f. Analisis Customer Requirement Score (CRS)

Penghitungan CRS bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh terhadap tingkat kepentingan relative masing- masing CR, untuk menentukan CR mana yang perlu diperhatikan lebih untuk bisa dimasukkan sebagai atribut- atribut penting dalam perancangan produk. Analisis ini dihitung dengan cara mengkalikan tingkat CR dengan sales point. Kemudian dinormalisasikan dalam bentuk persentase dari CRS setiap atribut dibagi CRS keseluruhan.

g. Analisis Technical Requirement (TR)

Dari atribut- atribut yang diharapkan oleh konsumen sebagai customer requirement (CR), manajemen harus menerjemahkan dalam technical requirement (TR). Tujuan dari TR ini adalah untuk memenuhi persyaratan konsumen. Sehingga perusahaan harus mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu melalui technical measure (TM) yang sesuai dengan technical requirement-nya.

h. Analisis Hubungan CR dan TR

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing- masing penjelasan teknik yang dibuat oleh perusahaan mempunyai hubungan yang mampu menjawab dan memenuhi CR. Ataukah penjelasan teknis tersebut memperbarui terhadap masing- masing persyaratan konsumen. Hubungan yang terjadi dimulai dengan kategori berikut :

a. hubungan bernilai 9 apabila hubungan tersebut kuat, yang berarti TR menjawab CR

b. hubungan bernilai 3 apabila hubungan tersebut sedang, yang berarti TR mendukung CR

c. hubungan bernilai 1 apabila hubungan tersebut lemah, yang berarti TR mempengaruhi CR


(46)

commit to user i. Analisis Penentuan Standar TR

Analisis ini berdasarkan hasil diskusi dengan pihak perusahaan dan melalui pengamatan penelitian secara langsung. Mengenai keadaan produk yang sesungguhnya serta didukung dengan referensi terkait. Hasil dari penelitian ini adalah diperolehnya item- item yang merupakan ukuran dari TR perusahaan (technical measure).

j. Analisis Degree of Difficulty (DoD)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan perusahaan dalam penerapan TR. Terdapat 4 penilaian yang dipergunakan yaitu :

1. nol (0), apabila tidak menemui kesulitan teknis dalam penerapannya. 2. satu (1), apabila agak menemui kesulitan teknis dalam penerapannya. 3. dua (2), apabila mengalami kesulitan teknis dalam penerapannya. 4. tiga (3), apabila sangat sulit dalam penerapannya.

k. Analisis Technical Requirement Score (TRS)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui TR yang paling penting dan perlu lebih banyak perhatian untuk ditindaklanjuti. Analisis ini dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu TRS kemudian dinormalisasi. TRS diperoleh dengan mengkalikan normalized CRS dengan tingkat hubungan CR dan TR (kuat: 9, sedang: 3. lemah: 1). Skor ini dijumlahkan per kolom dan hasilnya dinormalisasi (dalam %) sehingga diketahui TR yang paling penting dan perlu perhatian lebih untuk ditindak lanjuti.

l. Analisis Sinergi atau Konflik dalam TR

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atribut- atribut dalam TR. Hubungan dikatakan sinergi apabila satu atribut dengan atribut yang lain mempunyai hubungan pertentangan dalam pelaksanaannya. Nilai hubuungan ini dibagi 4 :


(47)

commit to user

1. Strong positive (+9) menunjukkan hubungan yang sangat mendukung, hubungan yang mendekati sempurna

2. Positive (+3) menunjukkan hubungan yang mendukung 3. Negative (-3) menunjukkan hubungan yang bertentangan

4. Strong negative (-9) menunjukkan hubungan yang sangat bertentangan, hubungan yang mendekati negatif sempurna.


(48)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan Mulyo Furniture 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

CV Mulyo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur furniture (mebel) dipimpin oleh Ibu Hj. Sumarti yang juga selaku pemilik perusahaan tersebut. Tenaga kerja yang dilibatkan berjumlah 17 tenaga tetap dan 25 orang secara musiman yang diberlakukan apabila mendapatkan pesanan yang banyak pada waktu tertentu. CV Mulyo saat ini dilengkapi dengan alat-alat produksi seperti mesin popil, mesin bubut dan lain-lain.

CV Mulyo yang telah berdirir sejak awal tahun 1990-an, memiliki beberapa tujuan. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah meningkatkan devisa bagi pemerintah dari sektor non migas, mengurangi jumlah pengangguran, memenuhi kebutuhan konsumen dan memanfaatkan potensi alam yang ada. Sedangkan tujuan khususnya bagi perusahaan adalah untuk meningkatkan laba dengan indikasi terjadinya peningkatan pendapatan.

2. Lokasi Perusahaan

CV Mulyo berada di jalan raya Solo-Jogja Km.4 Ketandan Klaten. Lokasi ini memiliki keuntungan karena merupakan jalur strategis yang menghubungkan kota lain seperti Jogjakarta, Solo, Surabaya. Sehingga proses transportasi menjadi lebih mudah.

3. Struktur Organisasi Perusahaan


(49)

commit to user 1. Pimpinan Perusahaan

Berwenang menetapkan kebijakan perusahaan dan melakukan pengawasan terhadap setiap bagian di lingkungan internal, serta seluruh aktivitas terkait produksi. Selain itu berperan dalam perencanaan, koordinasi pelaksanaan, serta membuat perjanjian dengan pihak eksternal (supplier dan atau pembeli). 2. Manajer

Bertugas dalam hal operasional menyeluruh, dan merencanakan dan mengatur kegiatan produksi. Manajer bertanggung jawab atas mutu hasil produksi dan keberhasilan produk

3. Bagian Keuangan

Melaksanakan, mengawasi dan bertanggung jawab terhadap semua pengeluaran dan pemasukan yang terkait dengan aktivitas perusahaan.

4. Bagian Logistik

Melakukan proses pembelian, dimulai dari proses penawaran hingga transaksi bahan baku, mengawasi penerimaan, penyimpanan dan distribusi barang di perusahaan.

5. Bagian Produksi

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas aktivitas produksi meliputi pengerjaan komponen jadi, penyelesaian barang, killin dry (pengeringan), assembling, sandling atau amplas dan packaging.

6. Rumah Tangga

Mempersiapkan konsumsi dalam menyediakan pelayanan konsumsi bagi para staf maupun kunjungan tamu di perusahaan.

7. Keamanan

Bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban di kantor. 8. Transportasi


(50)

commit to user

4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di CV Mulyo dibagi menjadi dua kelompok. Yaitu bagian produksi dan administrasi. Pada bagian produksi terdiri dari mandor atau pengawas, tenaga desain, tukang kayu, tukang amplas, tukang angkat, finishing, dan packaging. Sedangkan bagian administrasi meliputi; pencatatan di bagian produksi, keuangan, personalia dan umum.

5. Hasil Produk

Produk yang dihasilkan sangat bermacam-macam, tergantung permintaan konsumen, antara lain meja, kursi, buffet, perabotan rumah tangga (in door furniture) yang bersifat kolonial dan antik.

CV Mulyo melakukan kegiatan saluran distribusi melalui saluran langsung dan saluran tidak langsung, melalui agen penjualn di dalam negeri terutama di wilayah Jawa Tengah dan di luar Jawa tengah (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Denpasar) dan sempat di luar negeri seperti Perancis dan Brazil.

B. Proses Produksi Kursi Ukir

Proses produksi yang digunakan adalah proses yang mengubah dan memproses bahan baku untuk menghasilkan produk jadi (finished goods product), yaitu memproses bahan baku awak yang berupa belahan kayu papan menjadi produk jadi berupa bermacam mebel dengan bentuk, model dan ukuran. Proses yang berlangsung dilakukan secara berulang atau repetitive process industry.

Motif ukiran yang digunakan mengikuti gaya ukiran dari Jepara (direpro), sebagai berikut :

1. Ukiran Asmat (orang-orang an)


(51)

commit to user 3. Ukiran kaligrafi

4. Legenda rakyat

Bahan baku yang digunakan oleh Mulya Furniture merupakan kayu jati hasil hutan dan kayu jati kampung. Untuk kayu jati hutan untuk pengolahan atau proses berikutnya tidak perlu menggunakan obat (sebagai anti lapuk) karena sudah cukup tua sehingga kayu lebih kuat dan kualitas lebih bagus. Untuk kayu jati kampung guna proses berikutnya perlu menggunakan obat (anti lapuk). Bahan baku didatangkan langsung dari Randu Belitung, Kabupaten Cepu.

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah: 1. Mesin circle

2. Mesin planer 3. Mesin ticneser 4. Mesin single spinder 5. Mesin jointer

6. Mesin hand router 7. Mesin hand planer 8. Mesin bor

Sedangkan peralatan yang mendukung proses produksi antara lain tatah, gergaji dan bor tangan.

Tahap-tahap produksi kursi ukir : 1. Pembelahan

Persiapan bahan baku dari glondongan menjadi beberapa potongan besar. 2. Pengukuran

3. Pemotongan atau penggergajian

Pemotongan sesuai ukuran yang dikehendaki. 4. Pengukiran


(52)

commit to user

Membuat relief ukiran sesuai dengan motif yang dikehendaki. 5. Planer dan Ticneser (perataan)

Meratakan dan membuat siku pada kayu, meratakan kaki-kaki kursi dan dudukan.

6. Pembuatan lubang

Pembuatan lubang U, pemasangan atau perakitan dengan mesin bor. 7. Assembling atau perakitan rangka

Merakit semua komponen menjadi sebuah kursi utuh. 8. Finishing

Meliputi : penghalusan akhir, penambalan lubang, pengamplasan dengan pemberian kapur (penghalusan) dan pengecatan dengan semprot pelitur.

C. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pembeli end user lokal. Yang dimaksud end user dalam penelitian ini adalah pembeli yang langsung mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk secara langsung dan tidak untuk dijual kembali. Responden dipilih menggunakan sistem purposive sampling yaitu pembeli end user, dan telah melakukan pembelian dalam kurun waktu minimal dua tahun terakhir.

Peneliti menyebarkan 100 eksemplar. Dari seluruh kuesioner yang disebarkan, 90 diantaranya direspon dan diterima kembali oleh peneliti dalam jangka waktu 2 bulan. Lamanya waktu pengembalian karena peneliti tidak bisa memantau langsung pengisian kuesioner karena peneliti tidak langsung mendapat akses langsung terhadap pembeli. Sedangkan dari pihak Mulyo Furniture lebih memilih menunggu tamu atau buyer pada saat pembelian berlangsung di lokasi produksi. Dari 90 kuesioner terdapat 6 yang tidak memenuhi syarat (lihat di tabel IV.1).


(53)

commit to user

Tabel IV.1

DISTRIBUSI KUESIONER

Kuesioner yang disebar 100

Kuesioner yang kembali 90

Respon rate 90%

Kuesioner yang tidak kembali 10

Kuesioner yang tidak layak 6

Total kuesioner yang layak 84

Sumber: data primer yang diolah, 2010.

Syarat diterimanya jawaban kuesioner adalah minimal terjawabnya seluruh pertanyaan tertutup karena untuk pertanyaan terbuka atau uraian hanya untuk mengetahui lebih jauh terkait apa yang diinginkan dan pendapat responden terhadap produk kursi ukir Mulyo Furniture.

Jumlah sampel sebanyak 84 tersebut telah layak untuk dianalisis karena menurut Singarimbun (1982) menyatakan bahwa besarnya sampel penelitian tidak boleh kurang dari 10% dari jumlah populasinya.

D. Pengujian Instrument Penelitian

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup terdiri dari 20 item pertanyaan di dalam 5 dimensi kualitas desain produk baik untuk tingkat kinerja (Tki) dan tingkat kepentingan (Tke). Pertanyaan terbuka hanya sebagai pelengkap untuk mengetahui sikap responden terhadap dimensi kualitas. Adapun uji instrumen adalah sebagai berikut : 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation Coefficiend dengan uji signifikansi dua arah (two tailed). Sugiyono dan Azwar (dalam Setiawan, 2004) menyatakan jika korelasi product moment melebihi 0,5 maka butir tersebut dapat dianggap valid.


(54)

commit to user

Tabel IV.2

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER TINGKAT KEPENTINGAN

No Keterangan Koefisien

Korelasi Status A. Fungsi/ Kegunaan

1. Kursi ukir berfungsi sebagai tempat duduk 0,716 Valid 2. Kursi ukir sebagai perlengkapan interior 0,676 Valid 3. Kursi ukir berfungsi sebagai pembatas ruangan 0,626 Valid 4. Kursi ukir dapat diletakan dalam beberapa titik 0,622 Valid

B. Ergonomi

1. Bentuk kursi ukir mengikuti bentuk badan 0.912 Valid 2. Kursi ukir memiliki sandaran sesuai punggung 0,931 Valid 3. Dudukan kursi ukir terdapat bantalan empuk 0,908 Valid 4. Kursi ukir kuat menyangga badan saat duduk 0,900 Valid 5. Kaki menapak lantai saat duduk 0,868 Valid 6. Badan tidak pegal setelah duduk di kursi ukir 0,757 Valid C. Keindahan

1. Desain ukiran unik 0,826 Valid

2. Motif ukiran menarik 0,888 Valid

D. Estetika ukiran

1. Ukiran up to date (selalu ada yang baru) 0,897 Valid 2. Ukiran memiliki bentuk rumit 0,864 Valid E. Finishing

1. Kursi ukir memiliki tekstur yang halus 0,904 Valid 2. Mudah dalam perawatannya 0,513 Valid 3. Kursi kayu ukir tahan terhadap jamur 0,904 Valid

4. Ketebalan cat merata 0,944 Valid

5. Relief ukiran jelas 0,931 Valid

6. Relief ukiran tidak mudah lapuk 0,939 Valid Sumber : data primer yang diolah dengan SPSS, 2010.


(55)

commit to user

Tabel IV.3.

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER TINGKAT KINERJA

No Keterangan Koefisien

Korelasi Status A. Fungsi/ Kegunaan

1. Kursi ukir berfungsi sebagai tempat duduk 0,731 Valid 2. Kursi ukir sebagai perlengkapan interior 0,747 Valid 3. Kursi ukir berfungsi sebagai pembatas ruangan 0,773 Valid 4. Kursi ukir dapat diletakan dalam beberapa titik 0,741 Valid

B. Ergonomi

1. Bentuk kursi ukir mengikuti bentuk badan 0,918 Valid 2. Kursi ukir memiliki sandaran sesuai punggung 0,944 Valid 3. Dudukan kursi ukir terdapat bantalan empuk 0,925 Valid 4. Kursi ukir kuat menyangga badan saat duduk 0,918 Valid 5. Kaki menapak lantai saat duduk 0,872 Valid 6. Badan tidak pegal setelah duduk di kursi ukir 0,770 Valid C. Keindahan

1. Desain ukiran unik 0,856 Valid

2. Motif ukiran menarik 0,898 Valid

D. Estetika ukiran

1. Ukiran up to date (selalu ada yang baru) 0,899 Valid 2. Ukiran memiliki bentuk rumit 0,916 Valid E. Finishing

1. Kursi ukir memiliki tekstur yang halus 0,927 Valid 2. Mudah dalam perawatannya 0,574 Valid 3. Kursi kayu ukir tahan terhadap jamur 0,891 Valid

4. Ketebalan cat merata 0,514 Valid

5. Relief ukiran jelas 0,954 Valid

6. Relief ukiran tidak mudah lapuk 0,930 Valid Sumber : data primer yang diolah dengan SPSS, 2010.

Berdasarkan tabel IV.2 dan tabel IV.3 di atas dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan telah memenuhi kriteria validitas. Koefisien korelasi tingkat kepentingan berkisar antara 0,513– 0,944. Sedangkan koefisien korelasi untuk tingkat kinerja berkisar antara 0,514– 0,954. Sehingga dari 20 item pertanyaan untuk tingkat kepentingan dan 20 item pertanyaan untuk tingkat kinerja, semua item dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliable menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur subyek yang sama. Keputusaan pada atribut yang dapat dianggap reliabel, dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:


(1)

commit to user

dengan yang lain. Sedangkan positive (skor +3) pada 3 hubungan berarti atribut yang berhubungan positif tersebut saling mendukung satu dengan yang lain.

B. Saran

Dari hasil analisa data dan kesimpulan sebelumnya, penulis memberikan beberapa saran kepada perusahaan mebel kursi ukir sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis tingkat kepentingan diketahui bahwa dimensi finishing

merupakan dimensi yang paling penting.

Dimensi finishing meliputi tekstur yang halus, mudah dalam perawatannya, ketahanan akan jamur, ketebalan cat merata, relief ukiran yang jelas dan tidak mudah lapuk.

Untuk pewarnaan kursi ukir memerlukan teknik pengecatan khusus untuk memberikan efek- efek warna yang diinginkan. Selain itu dengan penyemprotan warna dengan kadar campuran yang tepat akan menghasilkan ketebalan cat warna yang sama dan merata sehingga tampak rapi dan senada warnanya. Tekstur rangka dan ukiran yang halus memerlukan tenaga yang ahli baik dari pembuat rangka, ketelitian pengukir dan tenaga pengamplas.

Untuk kemudahan perawatan, minimal dengan memastikan penggunaan produk kursi ukir akan ditempatkan di dalam atau di luar ruangan. Kemudahan perawatan kursi ukir dipengaruhi kualitas bahan baku, baik secara ketahanan kursi menopang badan saat duduk, usaha perbaikan yang mudah dan ukiran pada kursi yang senantiasa harus sering dibersihkan karena banyak sekat atau lekuk-lekuk yang dihasilkan karena adanya ukiran. Pihak produsen sendiri perlu memberikan perlakuan khusus bagi kursi ukir dengan penggunaan obat anti jamur, memastikan kursi dijemur dengan batas minimal sesuai prosedur hingga benar-benar kering. Bagi konsumen perlu diberitahukan cara- cara perawatan


(2)

commit to user

seperti hindarkan dari tumpahan air dan setiap hari atau per minggu perlu dibersihkan seka- seka ukirannya.

2. Dari hasil analisa tingkat kinerja, dimensi yang masih dianggap rendah

kinerjanya adalah dimensi fungsi atau kegunaan.

Perusahaan perlu melakukan upaya- upaya perbaikan kinerja dengan berusaha lebih untuk memenuhi persyaratan konsumen, khususnya dimensi fungsi atau kegunaan. Diantaranya adalah atribut fungsi sebagai tempat duduk, sebagai perlengkapan interior, fungsi sebagai pembatas ruangan dan dapat diletakkan dibeberapa titik.

Bagian produksi perlu memberikan perhatian lebih untuk menjaga kualitas bahan baku, serta melakukan perbaikan desain rangka dengan menyesuaikan dengan standar ukuran badan orang lokal. Sedangkan upaya untuk mengarahkan kursi ukir tidak sekedar sebagai alat duduk namun juga sebagai perlengkapan interior dengan memperbanyak variasi produk dan variasi ukiran agar sesuai dengan penempatan di sudut ruangan tertentu, mengikuti perkembangan mode yang sedang digemari. Untuk kenyaman dalam menduduki kursi ukir juga diperlukan pemahaman tentang antropometri atau ergonomi. Pemahaman ini bertujuan agar suatu produk yang diciptakan dengan mempertimbangkan bentuk dan kondisi tubuh, seperti tingkat kemiringan sandaran baik untuk punggung maupun bahu, dudukan yang dilengkapi cushion atau bantalan dan jarak dudukan hingga pijakan kaki. Hal-hal tersebut dipertimbangkan karena semakin meningkat kenyamanan dalam menduduki kursi ukir akan semakin meningkatkan peran kursi ukir sebagai tempat duduk.


(3)

commit to user

3. Pihak manajemen diharapkan tetap mempertahankan dan meningkatkan

dimensi finishing.

Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa dimensi finishing dianggap paling memenuhi harapan konsumen dalam kinerja kualitas desain produk. Finishing suatu produk lebih dilihat sebagai hasil akhir. Untuk menghasilkan hasil akhir yang baik terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam dimensi fungsi atau kegunaan, ergonomi, keindahan dan estetika ukiran sebagai pendukung finishing.

Dengan tidak melupakan fungsi dasar sebagai tempat duduk, perlengkapan interior ruangan, pembatas ruangan, focus point (pusat perhatian) dan kemampuan untuk diletakkan dalam beberapa ruangan yang berbeda. Untuk mendukung finishing kursi ukir ini dengan didukung hal- hal teknis seperti menjaga kualitas konstruksi, pengadaan bahan baku kursi ukir, permainan warna cat dan teknik pengecatan dan menerima pesanan dengan tepat sesuai keinginan pembeli. Sehingga bisa dihasilkan produk yang benar- benar sesuai pesanan dan kebutuhan konsumen.

Dimensi estetika ukiran meliputi ukiran yang up-to-date dan semakin rumit semakin disukai konsumen. Atribut- atribut ini dapat dipenuhi dengan standarisasi desain, tenaga pengukir yang ahli dan berpengalaman, peningkatan keahlian mengukir dan ketelitian dalam mengukir. Untuk memperbanyak referensi ukiran dan desain agar up to date bisa dilakukan dengan browsing internet atau mendatangi pameran mebel kursi ukir yang diadakan setahun sekali baik lokal maupun nasional. Sehingga pada proses berikutnya produsen kursi ukir tidak hanya bagus dalam pemenuhan pesanan namun juga mampu menghasilkan produk kursi ukir yang berkualitas.


(4)

commit to user

4. Dari analisis TRS (Total Requirement Score) diketahui bahwa teknik

pengecatan memegang peranan penting bagi perusahaan dalam

menciptakan produk yang berkualitas.

Hal ini diketahui bahwa dari seluruh dimensi yang ada, dimensi finishing dianggap sebagai dimensi yang paling penting menurut tingkat kepentingan dan kinerja. Untuk mendukung finishing yang menarik baik secara tampilan maupun kualitas didukung oleh teknik pengecatan. Teknik pengecatan menjadi kegiatan produksi yang rumit mengingat proses pengecatan tidak hanya untuk menutupi permukaan kursi namun juga bagaimana agar proses ini tidak menutupi relief ukiran namun justru mempercantik lekuk-lekuk ukiran yang menghiasi permukaan kursi. Sehingga keahlian dalam mengecat, campuran bahan pewarna yang sesuai dan teknik-teknik pengecatan tertentu harus ditingkatkan oleh perusahaan karena dari penampakan visual kursi ukir sangat mempengaruhi pembeli dalam memilih produk selain dari sisi kualitas produk lainnya.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari. 1990. Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE UGM.

Ariyanto, Hari Nugroho. 2004. Susah Melompat Terlalu Jauh. 28 Juni 2004.

www.majalahtrust.com.

Assauri Sofyan. 1999. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta: BPFE Universitas Indonesia.

Cohen, Lou. 1995. How to Make QFD Work for You. Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

David. 2007. Analisis Kualitas Layanan dengan Menggunakan House Of Quality Studi Kasus Pada PT Angkasa Pura I Cabang Adi Sutjipto Yogyakarta. Fakultas

Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ferdinad, Agusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang : CV Indoprint. Universitas Diponegoro.

Handoko, T. Hani. 1986. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Listiantoro, Novi Satria. 2009. Analisis Kualitas Anyaman Berbahan Enceng Gondok untuk Mengembangkan Kursi Rotan Berorientasi Ekspor pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Render, Barry dan Jay Heizer. 2001. Prinsip- prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Sabihaini dan Andi Yulianto. 2003. Analisis Quality Function Deployment (QFD) : The Voice Of Customer untuk Menghasilkan Kualitas Jasa Studi Kasus pada PT Kereta Api Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen. Vol : 3.


(6)

commit to user

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis , Edisi Empat. Jakarta : Salemba Empat.

Setiawan, Ahmad Ikhwan. 2008. Analisis Penerapan Quality Function Deployment Terhadap Kualitas Desain Produk Kursi Rotan Indoor Berorientasi Eksport Pasar Eropa pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas

Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES.

Suratman, Andriyastuti. 2008. Analisis PenerapanQuality Function Deployment Terhadap Kualitas Desain Produk Kursi Rotan Indoor Berorientasi Ekspor Pasar Eropa pada Sentra Industri Mebel Rotan Di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Ekonomi.

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sutrisno, Budiono. 2007. Peranan Designer Dalam Industri Sebagai Ujung Tombak Keberhasilan Suatu Produk Menghadapi Persaingan Pasar Dunia. GTZ – red dan Asmindo Komda. Surakarta, 14 Februari 2007.


Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd); (Studi Kasus Japanese Mathematics Center Sakamoto Method Cabang Multatuli Medan)

8 152 80

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227