Pendidikan Formal Formal Education

29 13. Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Guru berperan sebagai pengawas dan pengendali serta pembina proses pembelajaran dan administrasinya. 14. Evaluator, yaitu menilai semua aktivitas pembelajaran anak didik, baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar anak didik, sehingga akan dapat memperbaharui dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Peranan guru dalam lingkungan sekolah merupakan aset utama bagi pengembangan pendidikan Islam. 59 Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah disini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. 60

c. Pendidikan non formal Non-Formal Education

Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di lingkungan inilah, ilmu pengetahuannya diamalkan. Jika anak didik mampu mengamalkan ilmu pengetahuan Islam dengan baik dan benar dalam pergaulannya di lingkungan sekolah, hal itu merupakan indikator keberhasilan pendidikan Islam di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. 61 Dalam konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan anak. 62 59 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 118-120. 60 Hasbullah, op. Cit., h. 46. 61 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122. 62 Hasbullah, op. Cit., h. 117. 30 Dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwa yang baru, asing, yang baik dan yang buruk, yang patut ditiru atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan yang tercela. Jelasnya, banyak peristiwa dan karakter kehidupan manusia yang memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kehidupan anak didik ketika berada di lingkungan masyarakat. 63 Lingkungan memiliki dampak besar terhadap perkembangan. Orang tua tidak dapat melepaskan anak begitu saja kepada lingkungan sesuka dia. Pola hidup, budaya, perilaku, serta kondisi sosial anak kita pertaruhkan disini. Oleh sebab itu arahkanlah anak kepada lingkungan yang kondusif terhadap misi pembinaan kita. Perhatikanlah lingkungan anak bermain, lingkungan sekolahnya, dan lingkungan pergaulannya. Bila orang tua ingin pembinaan tetap pada harapannya, maka sebaiknya: 1. Kalau ingin anaknya shaleh, pergaulkan anak kita harus dengan orang yang berakhlak baik. 2. Kalau ingin anaknya pandai, lingkungan pergaulannya harus bersama- sama orang yang padai. 3. Kalau ingin anaknya kaya, ia juga harus memiliki lingkungan orang kaya. Di samping tentunya juga berinteraksi dengan lingkungan yang kurang mampu tempat membaktikan karunia yang dilebihkan Allah padanya. 4. Kalau ingin anaknya sehat, perhatikan kesehatan diri, tempat tinggal dan juga lingkungannya. Salah satu faktor penyebab lingkungan sangat menentukan masa depan anak karena lingkungan adalah gambaran sehari-hari yang terlihat dan tempat berinteraksi. Gambaran itulah yang akan masuk ke alam bawah sadar anak. Hingga bila interaksi tersebut berproses terus menerus, gelombangnya akan menguat dan memacu keinginan serta tekad seseorang untuk mengintimidasi mereka yang sering bersamanya. 64 63 Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, op. Cit., h. 122-123. 64 Buchori Nasution, Anak Shaleh, Pandai, Kaya, Sehat, Jakarta: Reseach Institute For Islamic Curriculum, 2013, h. 105-106. 31

8. Evaluasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter “jujur” atau belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas. Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi evaluasi dalam konteks pendidikan karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar indikator karakter yang ditetapkan oleh guru atau sekolah. Tujuan evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi pendidikan karakter ditujukan untuk: 1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu. 2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru. 3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah. Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami bahwasanya evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah dan di rumah. Fungsi evaluasi pendidikan karakter. Hasil evaluasi tidak akan memiliki dampak yang baik jika tidak difungsikan semestinya. Ada tiga hal penting yang menjadi fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu: 1. Berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran instructional yang didesain oleh guru. 2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah .