Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

16 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 26 Kejujuran adalah sebuah skill. Ia seperti otot, jadi kalau seandainya terus dipakai berkata jujur, berprilaku jujur, ototnya akan senantiasa terlatih. 27 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. 26 Alpiyanto, Hypno-Heart Teaching Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati, Jakarta: PT Tujuh Samudra, 2011, h. 238. 27 Ratna Megawangi, Character Parenting Space: Menjadi Orangtua Cerdas Untuk Membangun Karakter Anak, Bandung: Read Publising House, 2008, h. 150. 17 10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi, terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. 13. BersahabatKomunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain. 18. Tanggung Jawab Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 28 28 Alpiyanto, op. Cit., h. 243. 18

5. Metode Pendidikan Karakter

Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan, tidak terlepas dari peranan metode yang digunakan. Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan bodos. Meta berarti “melalui” dan bodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 29 Menurut Jean Soto yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar Tak Salah Mendidik, Mengatakan Setiap anak memerlukan metode penanganan tersendiri karena setiap individu manusia itu sangat unik. Seluruh karakter manusia itu harus didekati dan dipahami secara spesifik dan maksimal. Sel-sel otak manusia misalnya sangat luar biasa dan memerlukan pengetahuan yang luar biasa pula. Perbedaan manusia itu bukan hanya karena faktor-faktor IQ saja tapi juga faktor lain yaitu karakter yang termasuk juga akhlak, kepribadian dan pembawaannya dan sebagainya. 30 Al- Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain:

a. Mendidik Melalui Metode Keteladanan

Teladan atau uswatun hasanah merupakan metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam menyampaikan ajaran islam kepada manusia. Untuk kebutuhan itu Allah Mengutus Nabi Muhammad saw sebagai hamba dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui firman-Nya ini: ل                   Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat dan yang banyak mengigat Allah.”Al-Ahzab: 21 31 29 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi baru Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, h. 143. 30 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006, h. 237. 31 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, h. 595 19 Aisyah sendiri telah menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah saw, adalah Al- Qur’an. Bagaimana tidak, kepribadian, karakter, perilaku, dan interaksi beliau dengan manusia merupakan pengejawantahan, hakikat Al-Quran. Lebih dari itu, akhlak beliau merupakan perwujudan landasan dan metode pendidikan yang terdapat di dalam Al- Qur’an. Pada dasarnya, manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadikan perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah. Pendidikan Islami merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak didiknya, setiap anak didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan. 32 Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh segala sesuatu yang baik-baik dalam perkatan dan perbuatan. 33

b. Mendidik Dengan Metode Pembiasaan

Menurut John Locke yang dikutip oleh Ibrahim Amini dalam bukunya Agar Tak Salah Mendidik, mengatakan, “Perbuatan-perbuatan baik saja tidak cukup. Seorang pelajar harus terus menerus melakukan perbuatan baik itu secara berulang-ulang sehingga menjadi wataknya. Kebiasaan membuat segala sesuatu menjadi lebih memudahkan daripada kesadaran yang hanya digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu. ” Jadi praktik pembinaan diri itu lebih mudah diciptakan oleh kebiasaan. Dengan pembiasaan kita akan sukses membina seseorang. Dan kalau anak-anak sejak kecil dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka ia akan 32 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 260-262. 33 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, hal.287 20 menyukai perbuatan tersebut dan tidak mungkin lagi meninggalkannya. Anak- anak sejak kecil belum terbiasa melakukan perbuatan apapun, tapi kalau dibiasakan melakukan perbuatan baik maka ia akan terbiasa dengan perbuatan baik itu dan begitu pula sebaliknya karena terus menerus melakukan perbuatan buruk maka akan terbiasa dengan perbuatan buruk tersebut. 34 Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui penbiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging. 35 Anak-anak itu bak kertas putih kosong melayang-layang, siapapun bisa menggenggamnya dan menciptakannya menjadi anak-anak baik atau buruk melalui pembiasaan. Potensi yang ada di dalam dirinya akan aktif dengan pembiasaan. Alam anak-anak adalah alam yang masih bisa dibentuk, kebiasaan baik atau buruk itulah yang akan mencetak kepribadiannya. 36 Cara lain yang digunakan oleh al- Qur’an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negarif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa. Ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, kerena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi, dan kreativitas lainnya. Al- Qur’an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan. 37 34 Ibrahim Amini, op. Cit., h. 300. 35 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 164. 36 Ibrahim Amini, op. Cit, h. 303. 37 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, h. 153.