Pendidikan non formal Non-Formal Education

31

8. Evaluasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter “jujur” atau belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang dilakukan secara terencana, sistematis, sistemik, dan terarah pada tujuan yang jelas. Evaluasi untuk pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau kelompok karakter yang ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, substansi evaluasi dalam konteks pendidikan karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan standar indikator karakter yang ditetapkan oleh guru atau sekolah. Tujuan evaluasi pendidikan karakter. Evaluasi pendidikan karakter ditujukan untuk: 1. Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu. 2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru. 3. Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah. Berdasarkan tujuan pendidikan karakter di atas, dapat dipahami bahwasanya evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman anak di kelas, tetapi juga pengalaman anak di sekolah dan di rumah. Fungsi evaluasi pendidikan karakter. Hasil evaluasi tidak akan memiliki dampak yang baik jika tidak difungsikan semestinya. Ada tiga hal penting yang menjadi fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu: 1. Berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran instructional yang didesain oleh guru. 2. Berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah . 32 3. Berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut remedial, pendalaman, atau perluasan bagi guru kepada peserta didik. Evaluasi terhadap tumbuh kembang suatu karakter pada anak bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini suatu yang mustahil untuk dilakukan oleh guru. Evaluasi karakter merupakan upaya untuk mengidentifikasi perkembangan capaian hirarki perilaku berkarakter dari waktu ke waktu melalui suatu identifikasi dan atau pengamatan terhadap perilaku yang muncul dalam keseharian anak. Bahwa suatu karakter tidak dapat dinilai dalam satu waktu one shot evaluation, tetapi harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun rumah. Karena itu, penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut. Evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya. Evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik itu sendiri, teman-temannya, guru lainnya termasuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, pustakawan, laboran, tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah melibatkan peserta didik, orang tuanya. 65 Evaluasi terhadap berkarakter atau tindakan seorang anak, berkaitan dengan usaha guru mengembangkan keterampilan mengobservasi dan melakukan pertimbangan segi kuantitas dan kualitas perilaku termasuk pekerjaan peserta didik yang melingkupi dan memenuhi tujuan aktivitas belajar peserta didik. 66 Untuk pelaksanaan tugas penilaian tersebut, sejumlah teknik penilaian dapat dipilih oleh guru misalnya memberikan catatan khusus anekdot misalnya dalam buku catatan prilakuakhlakkarakter siswa. Dalam setiap pembelajaran, peserta didik itu unik. Mereka memiliki perbedaaan satu sama lain. Latar belakang sosial dan ekonomi keluarganya, minat, harapan, motivasi, kemampuan, perasaan, kreativitas, dan penampilan dalam kegiatan belajarnya berbeda-beda. Tidaklah mungkin mereka diperlakukan atau dilayani dengan cara disamaratakan. Dalam penilaian pun, peserta didik itu sangat 65 Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 137-141. 66 Ibid, h. 147. 33 memerlukan perlakuan individual. Mereka penting dinilai kegiatan dan hasil belajarnya berdasarkan kemampuan dirinya. 67

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang banyak mengangkat materi tentang karakter. Adapun penelitian yang penulis jadikan perbandingan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”. Dan penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutak in dengan judul “Efektivitas Pembelajaran PAI Dalam Membentuk Karakter Bangsa”. Demikian dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan judul “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang”. Maka dari penelitian tersebut dapat di simpulkan beberapa persamaan dan perbedaannya antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla lebih menekankan kepada Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter, sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin lebih berorientasi kepada Efektivitas Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Bangsa. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan kepada Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Pamulang. 2. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Adilla adalah untuk mengetahui meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sedangkan tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh Anhar Mutakin adalah untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Bangsa pada Siswa SMP Dwi Putra. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk 67 Ibid, h. 147.