tangkap. Tingkat layanan transportasi perikanan tangkap dalam mendukung pengembangan sektor perikanan tangkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
sistem interaksi antar wilayah di dalamluar wilayah yang dikaji. Rencana pengoptimuman layanan transportasi perikanan tangkap di PPN
Ambon didasarkan atas RTRW nasional dan RTRW provinsi serta rencana pengembangan transportasi laut propinsi Maluku yang disesuaikan dengan visi
dan misi PPN Ambon melalui pengkajian aspek yang berhubungan dengan teknologi penangkapan ikan, aspek pengelolaan ikan hasil tangkapan, aspek
distribusi dan pemasaran ikan. Hasil analisis akan merancang sebuah model konseptual yang merupakan gambaran dari hasil kajian kondisi saat ini yang
diharapkan merupakan suatu rumusan sistem layanan transportasi yang dapat digunakan oleh PPN Ambon untuk mencapai layanan transportasi perikanan
tangkap yang optimum. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 pada halaman berikut.
1.7 Kebaruan Penelitian
Layanan transportasi dari perikanan tangkap sangat ditentukan oleh volume produksi yang didaratkan di tambah dengan potensi produksi yang dapat
dihasilkan oleh sumberdaya ikan di wilayah pengelolaan perikanan WPP. Potensi produksi MSY dan TAC biasanya dilakukan melalui perkiraan stok ikan
di perairan tersebut. Berdasarkan alasan tersebut maka penulis melakukan pendekatan yang berbeda yakni melalui Analisis Permintaan dan Penawaran
Demand and Supply Analysis. Metode pendekatan seperti ini belum pernah diaplikasikan dalam studi aspek layanan transportasi perikanan tangkap. Hasil
estimasi permintaan dan suplai diharapkan dapat merupakan pendekatan baru untuk diaplikasikan.
Gambar 1 Kerangka penelitian pengoptimuman layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon
Metoda penelitian: -Pengumpulan data
-Pemetaan perolehan data -Teknik pengumpulan data
-Analisis data
Analisis Kebutuhan layanan TPT PPN Ambon
Model Konseptual
Layanan Transportasi Perikanan Tangkap di PPN Ambon Optimum
Model Sesuai ?
N
Y
Metode Analisis : -AHP
-SWOT -Analisis Statistika
“ Demand dan Supply”
Evaluasi dan Identifikasi permasalahan layanan TPT
pada PPN Ambon
Penentuan variabel-variabel layanan TPT. di PPN Ambon
1. RTRW nasional 2. RTRW propinsi
3. PPN Ambon: - Rencana induk
- Kondisi: SDM,SDI,
WPP,RUTR. PRASARANA
SARANA, Geografis
Perairan Masalah:
Layanan pada jaringan Transportasi Perikanan
Tangkap TPT:
•
Fishing Ground
•
Port
•
Hinterland Pola pikir konsep-konsep:
- Konsep jaringan transportasi perikanan tangkap
- Konsep tingkat layanan transportasi perikanan tangkap
- Konsep pengoptimuman layanan transportasi perikanan tangkap
Desain penelitian Posisi penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem transportasi laut perikanan tangkap tidak lepas dari pengkajian dan keterkaitan dari tiga kawasan dan wilayah, yaitu: Hinterland, Port, dan Fishing
ground yang terintegrasi sebagai satu kesatuan sistem yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
2.1 Hinterland
Pengertian hinterland yaitu ” The areas of a country that are away from the coast, from the banks of large river or from the main cities: The rural
agricultural hinterland ” Oxfod University 2010 dan pengertian lain:
1. The land directly adjacent to and inland from a coast. 2. A region serve by aport city and its facilities.
3. A region remote from urban areas: back country. Jadi yang dimaksud dengan hinterland adalah daerah belakang suatu
pelabuhan, dimana luasnya relatif dan tidak mengenal batas administratif suatu daerah, provinsi atau batas suatu negara tergantung kepada ada atau tidaknya
pelabuhan yang berdekatan dengan daerah tersebut. Di samping itu jaringan lalu lintas perhubungan darat: jalan raya, kereta api, dan lalu lintas sungai memegang
peranan penting pula untuk daerah belakang tersebut. Pertumbuhan sosial dan ekonomi sangat dipengaruhi oleh gerak laju
pertumbuhan sektor ekonomi terutama sektor yang memiliki peranan dominan, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan jumlah penduduk
disertai dengan mobilitasnya yang semakin meningkat, ehingga perkembangan jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan terhadap
hirarki dan fungsi kota-kota. Adanya peningkatan hirarki serta pengembangan fungsi kota-kota memberikan implikasi terhadap kebutuhan prasarana dan sarana
perkotaan untuk mendukungnya. Beberapa fungsi kota sabagai bagian dari hinterland antara lain sebagai
1 Kota utama, yang berperan sebagai pusat-pusat pertumbuhan 2 Kota kedua secondary cities, yang melayani wilayah sub regional
dan menjembatani antara kota-kota utama dan kota-kota kecil.
3 Kota antara, yang fungsinya diarahkan sebagai pusat pelayanan lokal, pusat pemasaran dari wilayah belakang pedesaan menuju kota
kabupaten dan sebaliknya. Di dalam distribusi barang konsumsi non pertanian. Ditinjau dari aspek
mobilitas yang terkait dengan kemudahan untuk melakukan perjalanan, maka untuk memperlancar perjalanan diperlukan adanya sistem jaringan penghubung
yang memadai pada suatu kawasan hinterland atau wilayah distribusi.
2.2 Pelabuhan Port