1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dimana 75 dari luas wilayahnya adalah    perairan  laut.  Luas  keseluruhan  wilayah  Indonesia  mencapai  5.8  juta
kilometer  persegi  dan  memiliki  lebih  dari  17.500  pulau  dengan  panjang  garis pantai sekitar 81.000 km Murdianto 2004.
Wilayah laut yang luas ini berpotensi besar pada peningkatan ekonomi bangsa karena memiliki keunggulan komparatif
ataupun keunggulan kompetitif dengan potensi sumberdaya yang melimpah antara
lain  sumberdaya  ikan  Sondita  dan  Solihin  2006.  Sebagai  negara  kepulauan interaksi antar ruang dan keterkaitan ekonomi antar pulau tentu sangat ditentukan
oleh peran dan penataan sistem transportasi nasional Indonesia.
Semua  kegiatan  seperti  impor  bahan  baku,  memasarkan  hasil  produksi, menyediakan  tenaga  kerja  yang  didatangkan  dari  kawasan  pemukiman  ke
kawasan  industri  dan  sebaliknya  membutuhkan  sistem  pengangkutan  transpor Masing-masing  sektor  kegiatan  transpor  tersebut  mempunyai  sarana,  sistem  dan
pengaturan operasional serta perundang-undangan dan pertanggungan jawab yang berbeda.  Sistem  transpor  yang  baik  dapat  menjamin  keamanan,  keselamatan,
kecepatan dalam kegiatan transportasi. Transportasi  adalah  pengangkutan  barang  oleh  berbagai  jenis  kendaraan
sesuai dengan kemajuan teknologi Depdiknas 1989. Transportasi sebagai bagian dari  sistem  transpor  dapat  menciptakan  suatu  barang  atau  komoditi  berguna
menurut  waktu  dan  tempat  time  utility  and  place  utility  Santoso  1996. Transportasi  berfungsi  sebagai  rantai  chain  of  transportation,  yang
menghubungkan  produsen  dan  konsumen  yang  melibatkan  berbagai  unsur kegiatan  usaha melalui sistem transpor dengan pilihan moda transpor: darat, laut,
dan udara. Wahana atau  alat angkut tertentu   yang digunakan untuk mengangkut barang dinamakan moda transportasi mode of  transportation.
Sistem  transportasi  perikanan  tangkap  tidak  lepas  dari  pengkajian  dan keterkaitan    dari  tiga    kawasan  atau  wilayah,  yaitu:  hinterland,  port  fishing,  dan
foreland atau fishing ground   yang terintegrasi  sebagai satu kesatuan sistem.
Pelabuhan perikanan fishing port adalah tempat yang terdiri dari daratan dan  perairan  di  sekitarnya  dengan  batas-batas  tertentu  sebagai  tempat  kegiatan
pemerintahan  dan  kegiatan  bisnis  perikanan  yang  dipergunakan  sebagai  tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan  fasilitas  keselamatan  pelayaran  dan  penunjang  KKP  2004.  Peran pelabuhan perikanan  adalah sebagai simpul moda transportasi  perikanan tangkap
dalam  menunjang  dan  menggerakkan  perekonomian  utamanya  sebagai  gerbang dari  suatu  wilayah  yang  merupakan  tempat  embarkasi  dan  debarkasi  bagi
komoditi  hasil  laut  laut.  Pelabuhan  perikanan  juga  merupakan  prasarana  yang dapat  mendukung  dalam  meningkatkan  pendapatan  nelayan  dan  sekaligus
mendorong  investasi  di  bidang  perikanan.  Fungsi  pelabuhan  perikanan  adalah sebagai  pusat  pengembangan  masyarakat  nelayan,  tempat  berlabuh  kapal-kapal
perikanan,  tempat  pendaratan  ikan  hasil  tangkapan,  tempat  untuk  memperlancar kegiatan  kapal-kapal  perikanan,  pusat  pemasaran  dan  distribusi  ikan  hasil
tangkapan,  dan  tempat  pelaksanaan  penyuluhan  Diniah  2008.  Pelabuhan perikanan sangat diperlukan untuk menunjang aktifitas perikanan dalam kegiatan
pengelolaan  dan  pemanfaatan  sumberdaya  ikan  yang  mencakup  kegiatan  pra produksi, produki, pengolahan, pemasaran dan pengawasan.
Sasaran  utama  pembangunan  pelabuhan  perikanan  adalah  meningkatkan taraf  hidup  nelayan,  dan  sebagai  pusat  pengembangan  ekonomi  masyarakat
perikanan. Sasaran tersebut menuntut peningkatan produksi dan produktivitas dari setiap jenis usaha perikanan. Menurut  Lubis  et al.
2005, “Kontribusi setiap jenis usaha  perikanan  tersebut  dapat  dibuktikan  oleh  kuatnya  upaya  peningkatan  nilai
tambah  produk  perikanan  laut  di  pasar  dunia  dan  upaya  pemerintah  Indonesia untuk  mengingkatkan  ekspor  ke  negara-negara  maju  dalam  rangka  memperoleh
devisa  yang  lebih  besar  dan  semakin  meningkatnya  kebutuhan  pangan  protein hewani  di  pasar  nasional
”.  Di  sektor  perikanan  laut,  peningkatan  tersebut dilaksanakan  melalui  motorisasi  atau  modernisasi  perahu  layar  dan  kapal
perikanan,  penggunaan  alat  tangkap  yang  lebih  produktif  serta  perluasan  daerah penangkapan  fishing  ground  yang  mengarah  kepada  pemanfaatan  kawasan
nusantara dan zona ekonomi ekslusif ZEE.
Pola  pengembangan  pelabuhan  perikanan  belum  sempurna  baik  secara nasional,  regional,  maupun  lokal,  akibatnya  pelabuhan  perikanan  belum  dapat
berfungsi  secara  optimal  Mahyuddin  2007.  Fungsi  pelabuhan  perikanan  yang diharapkan adalah pelabuhan yang mampu memberikan layanan atau kemudahan
bagi  kelancaran  proses  produksi,  pengolahan  serta  pemasaran  dengan  berbagai aspeknya.  Pelabuhan  perikanan  pada  kawasan  tertentu  sudah  dilengkapi  sarana
dan  prasarana  yang  baik  untuk  mendukung    aktivitas  transportasi  perikanan tangkap,  namun  beberapa  kawasan  masih  dalam  kondisi  sangat  sederhana  dan
belum  dikelola  secara  baik.  Hal  tersebut  memberikan  suatu  gambaran  bahwa pembangunan  perikanan  pada  umumnya,  dan    usaha  penangkapan  ikan  pada
khususnya  masih  ditemui  kendala-kendala  yang  dapat  menghambat  stabilitas transportasi laut perikanan tangkap.
Pemerintah  telah  membangun  dan  mengembangkan  pelabuhan  perikanan di  Indonesia  sebanyak  784  unit  di  mana  data  penyebaran  komposisi  kelas
pelabuhan perikanan pada masing- masing wilayah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1  Penyebaran pelabuhan di Indonesia tahun 2008
Sumber: Ditjen. Perikanan Tangkap 2008
Berdasarkan  klasifikasi  besar-kecil  skala  usahanya  pelabuhan  perikanan dibedakan  dalam  empat  kelas,  yaitu:  Pelabuhan  Perikanan  Samudera  PPS,
Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  PPN,  Pelabuhan  Perikanan  Pantai  PPP,  dan Pangkalan  Pendaratan  Ikan  PPI.  Pengelompokkan  karakteristik  dan  spesifikasi
kelas pelabuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
No Kelas
WIB WITA
WIT Jumlah unit
1 PPS
4 -
1 5  0,64
2 PPN
7 1
4 12  1,53
3 PPP
8 6
3 17  2,17
4 PPI
483 138
129 750 95,66
Jumlah Unit 502
64,04 145
18,49 137
17,47 784
100
Tabel 2  Karakteristik dan spesifikasi kelas pelabuhan PPS, PPN, PPP, dan PPI
No  Kriteria Pelabuhan Perikanan PPS
PPN PPP
PPI
1 Daerah operasional kapal ikan
yang dilayani Wilayah laut
teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif
ZEEI dan perairan internasional
Perairan ZEEI dan laut
teritorial Perairan
pedalaman, perairan
kepulauan, laut teritorial, wilayah
ZEEI Perairan
pedalaman dan perairan
kepulauan
2  Fasilitas tambatlabuh kapal 60 GT
30-60 GT 10-30 GT
3-10 GT 3
Panjang dermaga dan Kedalaman kolam
300 m dan 3 m 150-300 m dan
3 m 100-150 m dan 2
m 50-100 m dan
2 m
4  Kapasitas menampung Kapal 6000 GT ekivalen
dengan 100 buah kapal berukuran 60
GT 2250 GT
ekivalen dengan 75 buah
kapal berukuran 30 GT
300 GT ekivalen dengan
30 buah kapal berukuran 10 GT
60 GT ekivalen
dengan 20 buah kapal berukuran
3 GT
5  Volume ikan yang didaratkan rata-rata 60 tonhari
rata-rata 30 tonhari
- -
6  Ekspor ikan Ya
Ya Tidak
Tidak 7  Luas lahan
30 Ha 15-30 Ha
5-15 Ha 2-5 Ha
8 Fasilitas pembinaan mutu hasil
perikanan Ada
AdaTidak Tidak
Tidak 9
Tata ruang zonasi pengolahanpengembangan
industri perikanan Ada
Ada Ada
Tidak
Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan R.I 2010 http:www.pipp.dkp.go.idpipp2pelabuhan_index.html
Pelabuhan  perikanan  Nusantara  PPN  Ambon  berada  di  kota  Ambon ibukota  Provinsi  Maluku.  Provinsi  Maluku  memiliki  perairan    laut  seluas
666.139,85  km²,  dengan  jumlah  pulau  sebanyak  1.340  buah.  Luas  wilayah provinsi ini
90  terdiri dari laut sehingga laut memegang peranan penting dalam kehidupan  masyarakatnya  Statistik  PPN  Ambon  2008.  Sebagai  wilayah
kepulauan, tentu memiliki berbagai sumber daya alam laut yang cukup besar dan potensial  untuk  dikembangkan.  Potensi  perikanan  tangkap  Indonesia  yang  bisa
dimanfaatkan  26,3  berada  pada  wilayah  perairan  Provinsi  Maluku  dan sekitarnya.  Penyebaran  potensi  tersebut  berada  pada  3  Wilayah  Pengelolaan
Perikanan  WPP  yaitu  WPP  Laut  Banda,  WPP  Laut  Arafura  serta  WPP  Laut Seram dan Teluk Tomini, yang secara kumulatif mengandung potensi sumberdaya
ikan sebesar 1,640 juta tontahun  sementara tingkat pemanfaatannya pada tahun
2006    baru  mencapai  42  Diskanlut  Propinsi  Maluku,  2008  sehingga  masih terbuka peluang yang besar untuk pemanfaatannya. Provinsi Maluku masih sangat
terbatas  dalam  pelabuhan  khusus  perikanan  dinas  PU  Provinsi  Maluku,  2005. Terdapat  dua  Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  PPN  di  provinsi  Maluku  yakni
PPN  Ambon  dan  PPN  Tual;  empat  Pelabuhan  Pendaratan  Ikan  PPI  yakni  PPI Namlea, PPI Haria, PPI Piru, dan PPI Dobo.
PPN  Ambon  memiliki  peranan  strategis  dalam  menunjang  kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Maluku karena kebanyakan kapal-kapal perikanan
yang  beraktifitas  di  laut  Banda,  laut  Seram  dan  terutama  sekali  laut  Arafura berpangkalan  home  base  di  PPN  Ambon.  PPN  Ambon  yang  berada  di  titik
sentral dari 3  tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP tersebut  peranannya harus  lebih  dioptimalkan  melalui  peningkatan  kapasitas  layanan  pelabuhan  agar
dapat  memfasilitasi  perkembangan  usaha  penangkapan  ikanindustri  perikanan pada  ketiga  WPP  tersebut  serta  memberikan  pelayanan  sesuai  dengan  standar
prosedur manajemen operasional good operation and management practice dan dapat menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat perikanan one-stop shopping
fishing port . Di samping itu posisi PPN Ambon di ibukota provinsi memberikan
keuntungan  tersendiri  dalam  menunjang  operasionalnya  karena  didukung infrastruktur  yang  memadai  seperti  jalan,  telekomunikasi,  listrik,  jaringan
transportasi.  PPN  Ambon  sebagian  besar  melayani  kapal  perikanan  skala  besar industri di atas 30 GT sedangkan untuk kapal perikanan skala kecil di bawah 30
GT    kebanyakan  berada  pada  teluk  Ambon  maupun  di  luar  teluk  Ambon  atau mempunyai tangkahan tersendiri.
Perkembangan  armada  kapal  perikanan  yang  berada  di  PPN  Ambon selama  tujuh  tahun  terakhir  menunjukkan  jumlah  yang  terus  meningkat.
Kecenderungan peningkatan ini diprediksi akan terus berlangsung pada masa yang akan  datang,  seiring  dengan  semakin  kondusifnya  kondisi  keamanan  di  Maluku.
Kenaikan harga bahan bakar minyak BBM juga memberikan pengaruh langsung terhadap efisiensi operasional penangkapan ikan, khususnya bagi kapal ukuran di
atas 30 GT  yang beroperasi di perairan laut  Banda, laut Arafura, dan  laut Seram akan mengalihkan pelabuhan pangkalannya ke PPN Ambon. Persoalan lain  yang
mengemuka ketika melakukan survei awal adalah:
1  Jumlah  kunjungan  kapal  mengalami  penurunan  dari  903  kapal  pada tahun 2006 menjadi 491 kapal di tahun 2008.
2  Produksi  ikan  mengalami  penurunan  dari  46.492.326  kg  pada  tahun 2007 menjadi 8.214.500 kg di tahun 2008
3  Pemasaran  regional  antar  pulau  mengalami  penurunan  dari  762.861 kg pada tahun 2007 menjadi 245.460 kg di tahun 2008.
4  Kegiatan ekspor mengalami penurunan dari 48.225.962 kg pada tahun 2007 menjadi 2.756.808 kg di tahun 2008.
5  BBM  yang  disalurkan  ke  kapal  perikanan  mengalami  penurunan  dari 31.575 kl menjadi 19.287 kl di tahun 2008.
6  Volume es yang disalurkan mengalami penurunan dari 884,68 ton pada tahun 2007 menjadi 358 di tahun 2008.
7  Penyaluran  air  bersih  mengalami  penurunan  dari  21.823  ton  pada tahun 2007 menjadi 7.620 ton di tahun 2008.
8  Pemanfaatan lahan kawasan industri mengalami penurunan dari 18.215 m
2
menjadi 17.053 m
2
di tahun 2008. 9  Penerimaan  PNBP  mengalami  penurunan  dari  Rp  432.911.442,-  pada
tahun 2007 menjadi Rp. 365.083.810,- di tahun 2008. Persoalan  yang  mengemuka  di  atas  merupakan  suatu  permasalahan  yang
dipandang  sebagai  bagian  persoalan  dalam  layanan  sistem  transportasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu mengkaji sistem layanan transportasi
di PPN Ambon. Ilmu  yang  terintegrasi  integrated  dari  sains  dan  sosial  serta  teknologi
kelautan  pada  bidang  kelautan  dikenal  sebagai    Ilmu  pengetahuan  dan  teknologi kelautan atau IPTEK-Kelautan. IPTEK-Kelautan bersifat unity dan diversity yang
berupaya menjelaskan setiap fenomena terjadi di  dunia kelautan  Manapa  2009. Teknologi  kelautan  sebagai  salah  satu  rumpun  IPTEK-Kelautan  memiliki
transportasi  sebagai  bagian  dari  sub  rumpunnya  Manapa  dan  Monintja  2011c, sehingga transportasi dipandang sebagai suatu ilmu.
Transportasi sebagai ilmu mempunyai banyak kaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti: keteknikan, manajemen, pemasaran, pembangunan, ekonomi, hukum dan
perundang-undangan. Santoso 1996. Bidang kajian disiplin ilmu yang berkaitan
tersebut berbeda, maka tentu terminologi yang digunakan oleh setiap disiplin ilmu tersebut juga berbeda, namun ada suatu pemikiran yang dapat
“menembus” antar
disiplin  Iptek  kelautan    yang  disebut  tema  umum,  yaitu  :  sistem,  model,
kekekalan,  pola  perubahan,  skala,  evolusi  Manapa  2011b.  Berdasarkan  tema umum tersebut yaitu sistem dan model, akan dilakukan suatu penelitian mengenai
“Pengoptimuman sistem layanan transportasi perikanan tangkap di PPN Ambon”. Sebelum  melakukan  suvei  lanjut  tentu  terlebih  dahulu  mendefenisikan  beberapa
konsep yang berkaitan dengan penelitian, yaitu : 1. Konsep  jaringan transportasi perikanan tangkap, 2. Konsep tingkat pelayanan transportasi perikanan laut, 3.
Konsep  pengoptimuman  layanan  transportasi  perikanan  tangkap  di  PPN  Ambon. Setelah  itu  mencari  tahu  faktor-faktor  atau  variabel-variabel  yang  terkait  dengan
konsep-konsep  yang  telah  ditetapkan.  Selanjutnya  menetapkan  metoda  analisis yang akan digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang tepat, yang dapat
dipilih  sesuai  dengan  permasalahan  yang  dihadapi.  Rencana  pemilihan  model analisis yang akan digunakan berdasarkan teori AHP dari Thomas Saaty, Analisis
SWOT,  Analisis permintaan dan suplai. Studi-studi  yang  telah  dilakukan  yang  berkaitan  dan  relevan  terhadap
pengoptimuman layanan transportasi perikanan tangkap antara lain: 1  Penentuan  arah  pengembangan  pelabuhan,  Penentuan  alternatif
prioritas pengembangan, sensitivitas prioritas pengembangan dan Pola pengembangan dengan konsep triptique portuaire Mahyuddin 2007.
2  Kajian kebijakan perikanan tangkap, Evaluasi kinerja usaha perikanan tangkap, potensi sumberdaya ikan, dan konflik nelayan Kaleka 2006
3  Faktor-faktor  eksternal  yang  memiliki  dampak  penting    terhadap perilaku dari sistem transportasi maritim Mansouri et al. 2010
4  Cara mengidentifikasi tren dari sub kategori yang dapat mempengaruhi kategori  utama  pendorong  perubahan  dalam  sistem  transportasi
Rodrigue 2010.
1.2 Perumusan Masalah