16
Pengertian tersebut
menekankan bahwa
dengan kecerdasan
interpersonal memungkinkan seseorang memiliki keterampilan tinggi dalam membaca kehendak dan keinginan orang lain. Kecerdasan
interpersonal juga dapat membantu seseorang untuk mempunyai
kemampuan dalam memahami dan bekerja dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal juga merupakan
kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan baik terhadap orang lain. Kemampuan
ini melibatkan penggunaan berbagai keterampilan yaitu verbal dan non verbal, kemampuan dalam bekerja sama, manajemen konflik, strategi
membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama
Williams English, 2005: 163. Menurut Amstrong 2002: 21, kecerdasan interpersonal melibatkan
kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, mulai dari kemampuan berempati pada orang lain sampai kemampuan memanipulasi
sekelompok besar orang menuju pencapaian tujuan bersama. Dr. John Elliot, seorang guru besar dari Maryland University menyamakan
kecerdasan interpersonal dengan kecerdasan sosial. Elliot memaparkan secara eksplisit dari ketujuh macam kecerdasan yang dikemukakan oleh
Gardner, ada satu kecerdasan yang disebutnya dengan kecerdasan sosial. Sebagaimana halnya kecerdasan interpersonal, Elliot menjelaskan
kecerdasan sosial merupakan kemampuan dalam diri seseorang: a untuk
17
membaca orang lain dengan akurat, b mampu memprediksi orang lain secara tepat isi hati orang lain, suasana hati, dan keinginan orang lain, c
mampu menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi orang lain, dan memimpin orang lain, d memiliki keahlian dalam meminimalisir
konflik, ketidak harmonisan hubungan, dan pertengkaran dengan orang lain.
Individu yang cerdas secara interpersonal akan mampu menjalani komunikasi efektif dengan orang lain, mampu untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, suasana hati, intense maksud dan keinginan, motivasi, watak, temperamen orang lain, dan menanggapinya secara layak.
Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Semua kemampuan ini akan membuat mereka lebih
berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain. Moss dan Hunt mengungkapkan kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara terus menerus. Ahli berikutnya adalah Vernon, yang menyatakan kecerdasan
interpersonal sebagai kemampuan pribadi yang relatif menetap dalam diri seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kemampuan
diwujudkan dengan suatu teknik sosial guna membangun ketentraman masyarakat dan menjaga keberlangsungan hubungan dengan orang lain.
Suyono Hadi, 2007 : 103
18
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli, disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu dalam pemahaman
sosial, kepekaan sosial, dan keterampilan menjalin komunikasi sosial, guna untuk mempertahankan suatu hubungan antar pribadi sosial yang
sehat dan saling menguntungkan. Semua individu dapat memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi. Siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Adi W. Gunawan 2005:118 menjabarkan karakteristik dari individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, antara lain: 1 membentuk dan
mempertahankan suatu hubungan sosial; 2 mampu berinteraksi dengan orang lain; 3 mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk
berhubungan dengan orang lain; 4 mampu mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain; 5 turut serta dalam upaya bersama dan mengambil
berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi seorang pengikut hingga menjadi seorang pemimpin; 6 mengamati perasaan, pikiran, motivasi,
perilaku, dan gaya hidup orang lain; 7 mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal; 8
mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang
beragam; 9 tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal
19
seperti pengajar, manajemen, dan politik; 10 peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental seseorang.
Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi menurut Safaria 2005: 25-26 yaitu:
a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif
b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga
tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intimmendalampenuh makna
d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain, dengan kata lain sensitif terhadap
perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya. Sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam
situasi. e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya
dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya.
f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan, dan menulis secara efektif. Termasuk pula
didalamnya mampu menampilkan penampilan fisik model busana yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya.
20
Dari berbagai penjelasan ahli disimpulkan bahwa secara umum individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi mempunyai
karakteristik mampu membina relasi dengan orang lain, mampu menjalin komunikasi verbal dan non verbal dengan orang lain, mampu memahami
perasaan orang lain, serta mampu memecahkan permasalahan interpersonal secara efektif.
3. Aspek Kecerdasan Interpersonal
Hatch dan Gardner Goleman 2006:166 mengidentifikasi aspek kecerdasan interpersonal diantaranya:
a. Mengorganisasi kelompok; kemampuan individu dalam memimpin sesuatu yang menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi dalam
menggerakkan orang lain. b. Merundingkan pemecahan masalah; keterampilan memecahkan
konflik, menjadi penengah atau mediator sehingga mencapai suatu kesepakatan.
c. Hubungan pribadi; keterampilan empati dan menjalin hubungan dengan orang lain sehingga mampu masuk kedalam suatu pergaulan
d. Analisis Sosial; kemampuan memahami perasaan orang lain sehingga tercipta suatu kebersamaan.
Anderson T.Safaria, 2005:24 menyatakan kecerdasan sosial atau kecerdasan interpersonal mempunyai tiga aspek utama yaitu:
21
1 Social sensitivity kepekaan sosial yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang
lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Siswa yang memiliki Sensitivitas sosial akan mudah memahami dan
menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi positif maupun reaksi negatif. Sensitivitas sosial meliputi:
a. Sikap empati. Empati adalah sejenis pemahaman perspektif yang mengacu pada “respon emosi yang dianut bersama dan dialami
individu ketika ia mempersepsikan reasi emosi orang lain”. Empati memiliki dua komponen yaitu kognitif dan efektif. Komponen
kognitif itu
pertama adalah
kemampuan individu
untuk mengidentifikasikan dan melabelkan perasaan orang lain. Kedua
kemampuan individu mengasumsikan perspektif orang lain. Komponen afektif adalah kemampuan dalam keresponsifan emosi
fesbech, 1978. b. Sikap prososial. perilaku proposial adalah tindakan moral yang harus
dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan
simpati corey G,1995:23 2 Social insight wawasan sosial yaitu kemampuan siswa untuk
memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial, sehingga masalah tidak menghambat apalagi
22
menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa. Pondasi dasar dari social insight adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara
baik. Kesadaran diri yang berkembang akan membuat siswa mampu memahami dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti
menyadari emosi-emosi yang muncul internal atau menyadari cara berbicara dan intonasi suaranya eksternal. Pemahaman sosial ini
meliputi: a Kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan
menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan
tujuan-tujuannya dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena kesadaran diri memiliki fungsi
monitoring dan fungsi kontrol dalam diri. b Pemahaman situasi sosial dan etika sosial. Untuk sukses dalam
membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami norma-norma moral dan social yang berlaku di
masyarakat T.Safaria, 2005: 65. Didalam norma moral dan sosial terdapat ajaran yang membimbing individu bertingkah laku yang
benar dalam situasi sosial. c Pemecahan masalah efektif. Setiap individu membutuhkan
keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. Apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan konflik interpersonal.
23
Menurut Safaria T 2005:77 “semakin tinggi kemampuan individu dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang
akan didapatkannya dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut”. Sedangkan menurut Azwar S 1997:75, “individu yang
memiliki kecerdasan
interpersonal yang
tinggi memiliki
keterampilan memecahkan masalah konflik antara pribadi yang efektif, dibandingkan individu yang kecerdasan interpersonalnya
rendah”. 3 Social comunication atau keterampilan komunikasi sosial merupakan
kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.
Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, dan keterampilan berbicara dengan orang lain
Anderson, 1999 Ketiga dimensi kecerdasan interpersonal tersebut merupakan satu
kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain. Salah satu dimensi timpang maka akan melemahkan dimensi yang lainnya.
4. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi Dan Rendah
Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah jenis orang yang disukai oleh orang disekitarnya karena secara emosional mereka
24
menyenangkan individu. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal membuat orang lain merasa tentram dan menimbulkan komentar
“menyenangkan sekali bergaul dengannya”. Menurut Mayke S. Tedjasaputra 2005: 3 individu yang memiliki
kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memahami dan berinteraksi dengan orang lain didalam situasi
‘menang-menang’ b. Mampu berkomunikasi secara berkesan dengan memberi respon
lisan dan bukan lisan c. Mendengarkan tanpa membuat penilaian atau judgemen
d. Berupaya memotivasi orang lain e. Percaya pada orang lain
f. Memiliki sikap empati g. Senang berhubungan dengan orang lain
h. Dapat bekerjasama dalam situasi kelompok Yusuf Syamsu Juntika 2006: 235-236 memaparkan mengenai
karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik, di antaranya :
a. Memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya, serta dengan orang yang ada di lingkungannya.
b. Mampu mempengaruhi pendapat dan aktivitas kelompok
25
c. Mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan serta menerima berbagai umpan balik terhadapnya
d. Mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Juntika 2005:76 menyebutkan mengenai ciri yang menonjol dari
individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, sebagai berikut : a. Memiliki kemampuan bernegosiasi yang tinggi
b. Mahir berhubungan dengan orang lain c. Mampu membaca maksud hati orang lain
d. Menikmati berada ditengah-tengah orang banyak e. Memiliki banyak teman
f. Mampu berkomunikasi dengan baik g. Menikmati kegiatan bersama
h. Suka menengahi pertengkaran i. Mampu membaca situasi sosial yang baik.
Gardner 2003, mengemukakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menunjukan empati kepada orang lain b. Dikagumi teman-teman
c. Berhubungan baik dengan teman sebaya begitu juga dengan oran dewasa
d. Menunjukkan berbagai kemampuan dalam kepemimpinan
26
e. Bekerja dengan orang lain f. Bertindak sebagai mediator dan konselor bagi orang lain
g. Memiliki kemampuan dalam memahami orang lain h. Memiliki kemampuan dalam mengatur, berkomunikasi dan kadang-
kadang mempengaruhi orang lain. Sedangkan individu yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal
yang rendah memiliki ciri-ciri sebagi berikut: a. Tidak suka berbaur dengan teman yang lain atau orang lain
b. Lebih suka menyendiri c. Tidak memiliki keterampilan sosial yang baik
d. Berprilaku agresif seperti menendang atau memukul orang lain e. Sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan tidak
suka mendengarkan pendapat orang lain f. Merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang baru
Menurut Goleman 2006:166 individu dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain, baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan teman lama. Dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berfikir dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata yang akan diucapkananya, tidak serta
merta menanggapi perkataan orang lain secara langsung tanpa dicerna walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup meyakinkan.
27
Kebanyakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi pandai mempengaruhi dan tutur kata yang dimiliki lembut baik secara
lisan maupun tulisan.
5. Fungsi Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa, berikut fungsi kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :
a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah
satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung
tidak peka, tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain.
b. Menjadi berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara teknis tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa
kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan siswa yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat
dalam karir mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui dengan tepat dalam memanfaatkanketerampilan kerja sama mereka.
c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik. Setiap siswa memerlukan orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang secara
emosional dan fisik. Tanpa jaringan sosial yang kuat, baik dengan
28
keluarga maupun dengan teman, siswa yang rentan terhadap masalah. Siswa juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi tuntutan
disekitar mereka dan berakhir dengan masalah psikologis. Masih banyak alasan lain mengapa kecerdasan interpersonal perlu
dikembangkan. Kecerdasan interpersonal bukanlah sesuatu yang tidak ada ketika
individu dilahirkan,
melainkan kecerdasan
yang harus
dikembangkan karena kecerdasan ini sangat penting bagi individu dalam menjalankan hidup. Kecerdasan interpersonal ini harus dikembangkan dan
dibina selama tahap pendewasaan, jika dibiarkan tanpa adanya pembinaan yang baik, mungkin individu akan berprilaku dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan norma masyarakat. Jika individu dibiarkan terus menerus tanpa kendali, tidak menutup kemungkinan masalah akan terus berlanjut
dan bahkan bertambah buruk.
6. Upaya Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat. Ada beberapa cara untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal menurut Adi W. Gunawan 2003: 119, diantaranya:
a. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan non verbal
29
b. Mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi, dan perasaan orang lain
c. Bekerja sama dalam suatu kelompok d. Belajar dalam satu kelompok belajar berkolaborasi
e. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik f.
Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap, perilaku, dan cara pandang seseorang
g. Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain h. Menciptakan dan mempertahankan sinergi
i. Simpati terhadap orang lain
j. Empati terhadap orang lain
B. Kajian tentang Keterampilan Interpersonal sebagai Aplikasi dari Kecerdasan Interpersonal
a. Gambaran tentang Macam-macam Keterampilan Interpersonal
Chaplin 2000: 257 memandang interpersonal sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul
sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Seorang individu yang memiliki keterampilan interpersonal menunjukkan
kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung mampu dan mau memahami serta berinteraksi dengan orang lain sehingga
mudah bersosialisasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Keterampilan
30
interpersonal juga sering disebut sebagai keterampilan sosial social skill, selain kemampuan membina hubunganrelasi baik dengan lingkungannya,
juga mencakup kemampuan lain seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati.
Bhurmester 1988: 992 mengemukakan 5 aspek keterampilan interpersonal yaitu 1 kemampuan untuk berinisiatif dalam memulai suatu
hubungan interpersonal; 2 kemampuan untuk membuka diri self disclosure: 3 kemampuan untuk bersikap asertif; 4 kemampuan untuk
memberikan dukungan emosional emotional support kepada individu lain dan: 5 kemampuan mengelola dan mengatasi konflik. Berikut
penjelasan dari kelima aspek tersebut: a. Kemampuan untuk Berinisiatif
Bee Danardono, 1997:
10, memandang inisiatif sebagai kemampuan untuk memulai suatu bentuk kegiatan tertentu. Lebih
lanjut Buhrmester 1988: 993 memberikan definisi inisiatif dalam konteks sosial adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan
hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Bentuk perilaku yang mencerminkan adanya kemampuan
berinisiatif antara lain: 1 Meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk
melakukan aktivitas bersama, misalnya belajar bersama atau pergi bersama.
2 Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan atraktif.
3 Melanjutkan percakapan dengan kenalan baru.
31
4 Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain.
5 Mengenalkan diri pada orang yang ingin kita kenal Kemampuan berinisiatif merupakan kemampuan memulai suatu
bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain dengan cara meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan aktivitas
bersama, menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan atraktif, serta menjadi individu yang menarik dan menyenangkan
ketika berkenalan dengan orang lain. b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka Self Disclosure
Bentuk tingkah laku yang menggambarkan adanya kemampuan untuk bersikap terbuka adalah sebagai berikut:
1 Mengemukakan hal-hal yang bersifat pribadi ketika berbincang- bincang dengan orang yang baru dikenal.
2 Mengatakan pada sahabat tentang hal-hal yang membuat diri merasa malu.
3 Mempercayai seorang kenalan baru dan membiarkannya mengetahui bagian dari diri yang paling sensitif.
4 Memberikan kesempatan pada teman baru untuk mengenal secara mendalam.
5 Melepaskan pertahanan diri untuk mempercayai seorang sahabat.
6 Mengungkapkan secara terbuka apa yang sedang dirasakan. Buhrmester, 1988:994.
Ini berarti kemampuan untuk bersikap terbuka adalah kemampuan untuk terbuka kepada orang lain, menyampaikan informasi yang
bersifat pribadi mengenai dirinya sendiri serta memberikan perhatian
32
kepada orang lain sebagai bentuk penghargaan yang akan memperluas kesempatan terjadinya curah pendapat dan atau diskusi.
c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif Seseorang yang asertif akan menunjukkan perilaku atau sikap
diantaranya: 1 mampu untuk mempertahankan hak-hak pribadi secara tegas; 2 terampil dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan
keyakinan; serta 3 mampu berkomunikasi secara jelas dengan cara yang sesuai Danardono, 1997: 14.
d. Kemampuan untuk Memberikan Dukungan Emosional Shepard Voss Danardono, 1997: 14 mengatakan kemampuan
untuk memberikan
dukungan secara
emosional merupakan
kemampuan untuk memberikan afeksi. Afeksi merupakan suatu bentuk emosi, dan salah satu bentuk ekspresi afektif adalah empati. Empati
merupakan komponen penting dalam membangun hubungan dengan orang lain.
Hoffman Suparno, 2004: 40 menandaskan bahwa empati merupakan kemampuan untuk memahami orang lain dan berusaha
menolong orang lain. Goleman 1996 : 173 menegaskan empati yang penuh membutuhkan pemahaman akan makna dan perasaan dari
pengalaman-pengalaman orang
lain. Lebih
lanjut Goleman
menjelaskan empati merupakan komponen aktif dari perubahan yang memfasilitasi proses kognitif dan pengaturan emosi dari individu. Hal
33
ini berarti wujud dari dukungan emosional adalah dengan empati. Dapat disimpulkan kemampuan untuk memberikan dukungan
emosional yaitu kemampuan untuk memberikan empati dan kemampuan untuk menenangkan serta memberikan rasa nyaman bagi
orang lain. e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik Interpersonal
Konflik senantiasa muncul dalam kehidupan manusia karena berbagai sebab. Oleh karena itu diperlukan suatu kecakapan pada diri
setiap individu untuk mampu mengatasi konflik tersebut. Grasha Danardono, 1997: 15 menyebutkan kemampuan mengatasi konflik
meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah dan
mengembangkan konsep harga diri yang baru. Buhrmester 1988: 995 menambahkan kemampuan mengatasi konflik yang muncul dalam
hubungan interpersonal adalah suatu upaya agar konflik yang muncul tidak semakin memanas.
Berdasarkan pada gambaran di atas dengan mempertimbangkan aspek kecerdasan interpersonal, maka peneliti menggunakan ragam
keterampilan interpersonal menurut teori di atas untuk diaplikasikan dalam mengembangkan kemampuan interpersonal siswa dengan
menggunakan multimedia interaktif yang yang dikembangkan yang meliputi, kemampuan berinisiatif, kemampuan bersikap terbuka,
34
kemampuan bersikap asertif, kemampuan empati, serta kemampuan dalam menghadapi konflik interpersonal.
C. Kajian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa
1. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Bimbingan sebagai salah satu aspek dari program pendidikan, yang diarahkan terutama untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya.
Program bimbingan adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang direncanakan secara sistematik, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan
yang tertentu yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa yang telah teridentifikasi dengan tujuan yang diemban oleh sekolah.
Bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah layanan yang membantu siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, mantap, mandiri, sehat jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi lingkungan
sosialnya secara bertanggung jawab. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian
dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah- masalah siswa. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada
35
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu,
dengan mempertimbangkan nilai value, keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian sosial yang memadai sebagai suatu
keterampilan hidup life skills. Program bimbingan dan konseling pribadi sosial dibutuhkan dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, karena bimbingan konseling merupakan bimbingan yang dapat membantu siswa agar memiliki
pemahaman situasi sosial dan etika sosial, kesadaran diri, sikap empati, dapat memecahkan masalah yang terjadi antarpribadi, memiliki sikap
prososial, dan mampu berkomunikasi dengan baik, Sehingga dapat terjalin suatu hubungan yang sehat dan saling menguntungkan antar siswa.
Bimbingan dan konseling pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan sistem pemahaman diri, serta keterampilan-keterampilan pribadi-sosial yang tepat.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial dilaksanakan dengan cara menciptakan lingkungan
yang kondusif,
interaksi pendidikan
yang akrab,
mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap positif serta keterampilan- keterampilan pribadisosial yang tepat.
36
Tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial menurut ABKIN 2007 : 18, yaitu sebagai berikut.
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
c. Memahami pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu
merespon secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan dan kelemahan baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajiban
37
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial human relationship, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia. j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat
internal maupun eksternal. k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
3. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi Sosial
Muro dan Kottman, Syamsu Yusuf, 2001: 26-31 mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif
diklasifikasikan ke dalam empat komponen layanan, yaitu : a.
Layanan dasar Merupakan pelayanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan
kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa memperoleh perkembangan yang normal, memiliki
mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar dalam hidupnya, dengan kata lain membantu siswa agar dapat mencapai tugas
perkembangan. Strategi layanan dasar adalah bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.
b. Layanan responsif
Merupakan pelayanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan pertolongan
38
segera. Tujuan pelayanan responsif membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah masalah yang
dialami siswa. Pelayanan ini mencakup pendekatan krisis, remedial, serta preventif. Strategi dalam layanan responsif adalah konseling,
referal, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan rumah home visit.
c. Layanan perencanaan individual
Diartikan sebagai pelayanan untuk siswa agar mampu membuat dan merencanakan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan
dan kelemahan dirinya. Tujuan perencanaan individual adalah upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi sosial oleh siswa sendiri.
d. Dukungan sistem
Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli atau penasehat, masyarakat yang lebih
luas; manajemen program penelitian dan pengembangan. Selain empat komponen tersebut, ada hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
suatu program bimbingan seperti jenis program bimbingan, unsur-
39
unsur yang ada dalam program bimbingan serta prinsip-prinsip program bimbingan.
Dari keempat komponen layanan bimbingan pribadi sosial yang telah dijelaskan , dalam penelitian pengembangan ini peneliti menerapkan
layanan responsif
dalam rangka
membantu siswa
memecahkan permasalahannya terkait kecerdasan interpersonal
demi memenuhi kebutuhan siswa.
4. Tahap-Tahap Pengembangan Program
Menurut Gysbers dan Henderson Muro Kottman, 1995: 55-61, terdapat empat tahap pengembangan program bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu : a. Perencanaan planning
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah : a identifikasi target populasi layanan siswa, orang tua, dan guru, b isi
pokok program tujuan dan ruang lingkup program, c organisasi program layanan pengorganisasian layanan bimbingan. Perumusan
perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi tentang kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini
adalah menyangkut penempatan dan pengembangan staf, serta penyediaan dan fasilitas.
40
b. Perancangan designing Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah
menyangkut : 1 kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan, 2 siapa saja yang harus diberi layanan : apakah semua
siswa dengan pendekatan pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan kuartif, 3 keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh
pembimbing : mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan informasi dengan mempertimbangkan prioritas
tertentu, dan 4 bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu
mendukung program pengajaran? c. Penerapan implementing
Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang
sebelumnya sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksan dengan
baik. d. Evaluasi evaluating
Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh
data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di masa yang akan datang. Evaluasi
41
juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Aspek yang dievaluasi baik proses maupun hasil
antara lain meliputi: 1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2. Keterlaksanaan program 3. Hambatan-hambatan yang dijumpai
4. Dalam pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar. Dalam
penelitian ini
peneliti melakukan
beberapa tahap
pengembangan program layanan bimbingan konseling yaitu: 1. Perencanaan. Perencanaan dilakukan setelah mengidentifikasi
permasalahan siswa, sehingga ditemukan apa yang dibutuhkan siswa selanjutnya memikirkan fasilitas apa akan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan siswa tersebut. 2. Perancangan designing. Pada tahap perancangan program layanan
bimbingan peneliti merumuskan tujuan diadakannya layanan, keterampilan yang digunakan dan komponen layanan apa yang
digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
menyangkut penentuan isi materi dan media yang akan digunakan dalam pemberian layanan.
3. Penerapan. Pada tahap penerapan, terkait pertimbangan kesiapan guru dalam hal ini adalah peneliti saat menerapkan program layanan yang
telah dirancang di lapangan.
42
4. Evaluasi. Pada tahap ini melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti saat pelaksanaan penelitian yakni mengevaluasi tentang
kesesuaian program yang dikembangkan dengan pelaksanaan, keefektifan program yang dikembangkan serta hambatan apa saja
yang dijumai saat pelaksanaan.
5. Intervensi Bimbingan
Pribadi Sosial
Untuk Mengembangkan
Kecerdasan Interpersonal Siswa
Kebutuhan untuk dapat diterima oleh lingkungan bagi siswa merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai makhluk sosial. Siswa
akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, salah satunya adalah masalah hubungan antar pribadi. Pembentukan sikap, tingkah laku,
dan perilaku sosial siswa banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial memberikan
peluang terhadap siswa secara fasilitatif, maka siswa akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Siswa dianggap memiliki kematangan
sosial, jika perilaku siswa mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasi sehingga cocok dengan tempat siswa menggabungkan diri dan
diterima sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka siswa memerlukan bimbingan yang lebih berfokus pada
pribadi dan hubungannya dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu disinilah bimbingan dan konseling berperan.
43
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah rupanya disadari maupun tidak memiliki dan memberikan andil yang cukup berarti bagi
siswa untuk membantu mengatasi masalah hubungan antar pribadi. Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan bagi siswa untuk mengatasi
kesulitannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Rochman Natawijawa Syamsu Yusuf, 2009: 38 yang menyatakan
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan supaya siswa dapat
memahami dirnya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Bimbingan juga membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
mahluk sosial. Berdasarkan aspek potensi dan arah perkembangan siswa, bimbingan
yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa adalah bimbingan pribadi sosial. Menurut Syamsu Yusuf 2010: 37-38, bimbingan
pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta
memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. yang tergolong dalam aspek pribadi sosial ini seperti: hubungan dengan sesama teman, dengan guru, staf
sekolah, pemahaman sifat dan pemahaman diri, pengembangan bakat dan
44
minat, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat para siswa tinggal, dan penyelesaian konflik pribadi atau sosial.
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi
siswa, berikut
manfaat bimbingan
pribadi sosial
untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :
a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu
akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung tidak peka, tidak
peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain. b. Agar siswa kelak berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara
teknis tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan siswa
yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat dalam karir mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui dengan tepat dalam
memanfaatkanketerampilan kerja sama mereka. c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik. Setiap siswa memerlukan orang
lain untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang secara emosional dan fisik. Tanpa jaringan sosial yang kuat, baik dengan keluarga maupun
dengan teman, siswa yang rentan terhadap masalah. Siswa juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi tuntutan disekitar mereka dan berakhir
dengan masalah psikologis.
45
Pelayanan bimbingan pribadi sosial akan melibatkan peran teman sebaya memalui strategi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok dan
klasikal agar saat diimplementasikan disekolah mendapat hasil yang optimal. Bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi bimbingan dan
konseling yang memiliki dasar, kegiatan, sasaran, dan tujuan yang berhubungan dengan situasi kelompok dan kelas. Selanjutnya bimbingan
kelompok diartikan sebagai usaha konselor untuk membantu siswa yang berlangsung dalam situasi kelompok. Secara umum bimbingan kelompok
bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang
dalam bimbingan kelompok dapat menjadi media bagi masing-masing siswa memanfaatkan
semua informasi, tanggapan dan berbagi teman-teman untuk kepentingan pemecahan masalah yang dihadapi Sukmadinata, 1983:32, sedangkan
bimbingan klasikal diartikan sebagai usaha konselor untuk membantu siswa yang berlangsung dalam situasi kelas. Secara umum bimbingan klasikal
bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelasjumlah siswa yang relative banyak.
Pelaksanaan bimbingan
pribadi sosial
bagi siswa
untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Metode dan teknik yang digunakan adalah bimbingan pribadi sosial, dengan menggunakan multimedia interaktif.
46
b. Materi yang disajikan dalam layanan bimbingan pribadi sosial berdasarkan hasil tingkat pencapaian kecerdasan interpersonal siswa
c. Langkah kegiatan bimbingan pribadi sosial untuk membantu mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, terdiri dari beberapa
tahap, sebagai berikut: 1 Perencanaan, analisis kebutuhan siswa, penentuan tujuan kegiatan,
metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, persiapan media.
2 Pelaksanaan: pemberian layanan bimbingan, pemberian materi bimbingan, kerja sama dengan pihak lain yang mendukung
kegiatan. d. Evaluasi: penggunaan teknik dan metode, sarana, dan media.
Kegiatan pelayanan bimbingan pribadi sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan sistem pengembangan diri dan sikap-sikap yang positif serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang tepat.
Layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal didasarkan pada setiap aspek kecerdasan interpersonal. Aspek
yang dikembangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yaitu: a Social sensitivity kepekaan sosial yaitu kemampuan siswa untuk
mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.
47
b Social insight wawasan sosial yaitu kemampuan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu
interaksi sosial, sehingga masalah tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa.
c Social comunication atau keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam
menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat Menurut Adi W. Gunawan 2005 kecerdasan yang ada pada setiap
individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonal, yaitu : 1 Mengembangkan kesadaran diri
Siswa yang memiliki kesadaran yang tinggi akan lebih mampu mengenali perubahan emosi-emosinya, sehingga siswa akan lebih mampu
mengendalikan emosi tersebut dengan terlebih dahulu mampu menyadarinya.
2 Mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial Pemahaman norma-norma sosial merupakan kunci sukses dalam
membina dan mempertahankan sebuah hubungan dengan orang lain. Pemahaman situasi sosial mencakup bagaimana aturan-aturan yang
menyangkut dalam etika kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya akan
48
mengerti bagaimana harus menyesuaikan perilakunya dalam setiap situasi sosial.
3 Mengajarkan pemecahan masalah efektif Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi akan memiliki
keterampilan memecahkan konflik antar pribadi yang efektif,
dibandingkan dengan siswa yang kecerdasan interpersonalnya rendah. 4 Mengembangkan sikap empati
Sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses pertemanan agar tercipta hubungan yang bermakna dan saling menguntungkan. Dengan memiliki
sikap empati siswa dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, sehingga akan tercipta rasa saling menghargai antar teman.
5 Mengembangkan sikap prososial Perilaku prososial sangat berperan bagi kesuksesan siswa dalam menjalin
hubungan dengan teman sebayanya. siswa yang disukai oleh teman sebayanya kebanyakan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi.
6 Mengajarkan berkomunikasi secara santun Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Komunikasi merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan di dalam hidupnya.
7 Mengajarkan cara mendengar efektif. Keterampilan mendengarkan ini akan menunjang proses komunikasi
siswa dengan orang lain.
49
D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja 1.
Pengertian Remaja
Remaja atau Adolescentia berasal dari istilah Latin adolescere, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30 tahun. Menurut Stanley Hall
dalam Santrock 2002 usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun. Serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh Monk Knoers 2002: 262,
dikatakan masa remaja yaitu antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun
Batasan usia remaja yang juga umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.
Sementara Monks, dkk 2002: 264 membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12
– 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.
Perkembangan selanjutnya, istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Menurut WHO World Health Organitation dalam Sarlito Wirawan Sarwono 2005: 6, remaja adalah suatu masa ketika: a Individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; b Individu
50
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa; dan c Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh kepada kedaan yang relatif lebih mandiri. Pengertian serupa dikemukakan oleh Salzman. Menurut Salzman
Syamsu Yusuf, 2001: 184, remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung dependence terhadap orang tua ke arah kemandirian
independence, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral, sedangkan menurut Hall
Syamsu Yusuf, 2001: 184 menyatakan, bahwa remaja merupakan masa “Strum Drag”, suatu periode yang berada dalam dua situasi yaitu antara
kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian remaja dan rentang usianya, dapat dikerucutkan bahwa remaja adalah masa
peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun, di mana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik pematangan fisik, emosi, psikologis, perkembangan sikap menuju kemandirian termasuk dalam hal ekonomi, serta
perkembangan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
51
2. Siswa SMP dan Perkembangan Remaja
Secara umum siswa Sekolah Menengah Pertama SMP berada pada rentan usia 12 – 15 tahun, ini berarti mereka termasuk kategori remaja
awal early adolescence. Mappiare 1982: 32 menuturkan bahwa masa remaja awal, merupakan taraf masa pencarian jati diri.
Perkembangan didefinisikan sebagai proses yang berlangsung
sepanjang hidup. Masa remaja adalah bagian dari perjalanan hidup, karena itu bukanlah merupakan perkembangan yang terisolasi, walaupun remaja
memiliki ciri perkembangan yang unik. Segala yang terjadi pada diri remaja saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman pada masa
anak dan dewasa Santrock, 2003: 26. Dalam perkembangannya, masa remaja mempunyai arti yang khusus.
Kedudukan dan status remaja berbeda dari pada anak dan dewasa. Status orang dewasa disebut sebagai status primer artinya status itu diperoleh
berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri, status anak adalah status diperoleh derived, artinya tergantung dari status yang diberikan orang
tua dan masyarakat. Sedangkan status remaja disebut sebagai status interim adalah sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan orang
tua dan sebagian lagi diperoleh melalui usaha sendiri, selanjutnya memberikan prestice tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan
masa peralihan yang timbul sesudah pubertas Monks, 2002: 260.
52
Secara lebih terperinci, karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja akan dipaparkan pada bagian di bawah ini:
a Transisi Biologis
Menurut Hurlock 1997: 186 kriteria yang sering digunakan untuk menentukan timbulnya pubertas dan untuk memastikan tahap
pubertas tertentu yang telah dicapai adalah haid dan mimpi basah. Haid pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual
anak perempuan tetapi ini bukan perubahan fisik yang pertama dan yang terakhir selama masa puber. Bila haid terjadi, organ-organ seks
dan ciri-ciri sekunder semua sudah mulai berkembang tetapi belum matang. Haid lebih tepat dianggap sebagai titik tengah dalam masa
puber. Perubahan tubuh pada masa puber akan berbeda sekali dengan
masa anak-anak. Perubahan tubuh ini meliputi ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan, serta perubahan proporsi tubuh. Pertumbuhan
dan perkembangan ciri-ciri seks primer ditandai dengan tumbuhnya organ-organ seks. Pada pria tumbuh gonad atau testes sedangkan pada
wanita ditandai dengan haid pertama. Perubahan fisik selanjutnya adalah perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Pada laki-laki tumbuh
rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar, kelenjar lemak menjadi lebih banyak dan aktif sehingga dapat menimbulkan jerawat, otot
bertambah besar dan kuat, suara menjadi besar dan serak, timbul
53
benjolan kecil di sekitar kelenjar susu. Perkembangan ciri-ciri seks sekunder pada wanita yaitu pinggul bertambah lebar, tumbuh
payudara, tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar, tebal dan lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat lebih aktif, otot semakin besar dan kuat serta suara menjadi lebih merdu.
Pertumbuhan fisik yang ekstrim seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi para remaja. Hurlock 1997: 192, menjelaskan akibat
dari perubahan tersebut adalah remaja ingin menyendiri, bosan dengan permainan yang sebelumnya digemari, emosi yang meninggi,
serta hilangnya kepercayaan diri. Percepatan pertumbuhan yang dialami oleh remaja juga sering menimbulkan kritik dari orang lain.
Remaja menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap tubuhnya yang sedang mengalami perubahan dan mengembangkan gambaran
pribadi mengenai seperti apa tubuh mereka. Remaja putra maupun putri, menilai bentuk tubuh atau perawakan sebagai dimensi yang
paling penting dari daya tarik fisik. Pada masa ini remaja juga sering mengalami kegusaran hati yang paling dalam, terutama kalau ada
penyimpangan. Untuk mampu mengatasi konflik psikologis tersebut, remaja membutuhkan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran,
sharing, dan curah pendapat. Remaja yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya akan mudah membangun dan