Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja 1.
53
benjolan kecil di sekitar kelenjar susu. Perkembangan ciri-ciri seks sekunder pada wanita yaitu pinggul bertambah lebar, tumbuh
payudara, tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar, tebal dan lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat lebih aktif, otot semakin besar dan kuat serta suara menjadi lebih merdu.
Pertumbuhan fisik yang ekstrim seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi para remaja. Hurlock 1997: 192, menjelaskan akibat
dari perubahan tersebut adalah remaja ingin menyendiri, bosan dengan permainan yang sebelumnya digemari, emosi yang meninggi,
serta hilangnya kepercayaan diri. Percepatan pertumbuhan yang dialami oleh remaja juga sering menimbulkan kritik dari orang lain.
Remaja menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap tubuhnya yang sedang mengalami perubahan dan mengembangkan gambaran
pribadi mengenai seperti apa tubuh mereka. Remaja putra maupun putri, menilai bentuk tubuh atau perawakan sebagai dimensi yang
paling penting dari daya tarik fisik. Pada masa ini remaja juga sering mengalami kegusaran hati yang paling dalam, terutama kalau ada
penyimpangan. Untuk mampu mengatasi konflik psikologis tersebut, remaja membutuhkan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran,
sharing, dan curah pendapat. Remaja yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya akan mudah membangun dan
54
mempertahankan suatu hubungan sosial Adi W. Gunawan, 2003: 118.
Santrock 2003: 366,
menjelaskan bahwa remaja akan menunjukkan perilaku sesuai dengan stereotip ketika berinteraksi
dengan lawan jenis. Remaja putri biasanya bertingkah laku penuh kasih sayang affectionis, sensitif, berpenampilan menarik, berbicara
halus dan sebagainya. Remaja putra biasanya bertingkah laku asertif, sombong cocky, sinis dan sangat berkuasa karena mereka menyadari
tingkah laku seperti itu menambah kualitas seksualitas dan daya tarik. b
Transisi Kognitif Piaget Santrock, 2003: 105 melihat seseorang berkembang
melalui empat tahap perkembangan kogntif yaitu sensorimotori, pra- operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Remaja
yang sudah berusia antara 11 sampai 15 tahun mulai memantapkan pemikiran operasional formalnya dan menggunakannya dengan lebih
konsisten. Ini berarti pada rentan usia tersebut pemikiran operasional remaja tercapai sepenuhnya. Secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat: 1 abstrak, remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak. Para pemikir operasional formal
dapat memecahkan persamaan aljabar abstrak; 2 idealistis, remaja sering berpikir mengenai hal-hal yang mungkin terjadi. Mereka
memikirkan karakteristik ideal dari diri mereka sendiri, orang lain,
55
dan dunia; 3 logis, remaja mulai berpikir lebih seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah, dan secara
sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Adanya karakteristik abstrak, idealis dan logis dari pemikiran operasional
formal, membuat remaja memiliki kapasitas kognitif untuk menganalisa diri sendiri dan memutuskan identitas gender yang
mereka inginkan. Bem Santrock, 2003: 371, menjelaskan perkembangan kognitif
remaja ditentukan oleh skema gender, yaitu suatu struktur kognitif jaringan yang saling berhubungan yang mengatur dan mengarahkan
persepsi individu. Teori skema gender mengatakan perhatian dan perilaku
individu diarahkan
oleh motivasi
internal untuk
menyesuaikan diri terhadap standar dan stereotip gender serta sosial budaya yang berlaku. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Vygotsky Santrock, 2003: 118, bahwa perkembangan kognitif anak dan remaja tergantung pada proses sosialnya. Lingkungan sosial yang
menguntungkan remaja adalah orang dewasa atau anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu sesuai
dengan nilai kebudayaan. Permasalahan yang timbul ketika remaja mengalami transisi
kognitif adalah menjawab pertanyaan ”siapa saya?” Ketika lingkungan sosial tidak mampu menjawab pertanyaan pada diri
56
remaja, maka dikhawatirkan remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Kondisi ini semakin diperparah dengan munculnya personal
fable pada diri mereka. Personal fable adalah bagian dari
egosentrisme remaja yang meliputi rasa unik sehingga orang lain tidak dapat
benar-benar memahami
bagaimana perasaan
mereka sebenarnya. Egosentrisme ini muncul sebagai akibat dari pemikiran
operasional formalnya. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka dan mereka yakin hanya sesama merekalah
remaja dapat saling memahami. Keadaan demikian membuat remaja menjadi kelompok yang sangat eksklusif. Hubungan interpersonal
yang terjadi di antara mereka sangat kuat Santrock, 2002:12. Dalam kondisi seperti ini, tentu saja dibutuhkan pemahaman bagi
remaja akan urgensi untuk membuka diri self disclosure terhadap kelompok dan atau masyarakat lain. Asumsi ini mengindikasikan
pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Keating Santrock, 2003:
119 memberi penekanan jika dalam pendekatan sosialisasi kognitif, pendidikan formal hanyalah sebuah agen budaya yang menentukan
perkembangan kognitif remaja, sedangkan orang tua, teman sebaya, masyarakat sekitar dan orientasi teknologi adalah kekuatan lain yang
mempengaruhi cara berpikir remaja. Hal ini membuktikan jika
57
lingkungan sosial berkontribusi positif terhadap perkembangan kognitif remaja.
c Transisi Sosial
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebayanya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-
masa sebelumnya, termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual dan atau bantuan emosional juga didapatkan oleh remaja
dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan suatu masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan
keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompok sosialnya diperlukan
kompetensi sosial yang berupa kemampuanketrampilan menjalin dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Keberhasilan dalam
pergaulan sosial akan menambah percaya diri pada remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja.
Oleh karena itu setiap remaja akan selalu berusaha untuk diterima oleh kelompoknya. Penerimaan sosial dalam kelompok remaja sangat
tergantung pada: 1 kesan pertama; 2 penampilan yang menarik; 3 partisipasi sosial; 4 perasaan humor yang dimiliki; 5 ketrampilan
berbicara dan kecerdasan Monks, 1998: 55 .
Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan para remaja dalam kelompok yaitu: 1 kompetisi atau persaingan; 2 konformitas, yaitu
58
selalu ingin sama dengan anggota kelompok yang lain; 3 menarik perhatian dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian
kepada orang lain; 4 menentang otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang dewasa termasuk orang tua untuk urusan-urusan
pribadinya. Keterikatan remaja terhadap kelompoknya membuat mereka lebih menomorsatukan sebayanya, sedangkan orang tua
dinomorduakan Zulkifli, 2005: 67. Berikut akan dijelaskan secara rinci tentang hubungan remaja
dengan teman sebaya dan orang tua; 1
Hubungan dengan Teman Sebaya Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul
dengan teman-teman sebayanya. Hubungan teman sebaya pada remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Lebih lanjut Bloss
menjelaskan bahwa pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang
berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri Deswita, 2006: 221. Teman sebaya peer adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat
usia atau kedewasaan yang sama. Interaksi remaja dengan teman sebaya dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung
lingkungan yang dimasuki dan juga mekanisme dari dalam diri remaja
59
sendiri. Hasil penelitian membuktikan jika hubungan teman sebaya yang buruk pada masa anak-anak akan berkaitan dengan kenakalan
pada masa remaja akhir, sedangkan hubungan teman sebaya yang harmonis memberikan pengaruh kesehatan mental yang positif pada
usia pertengahan. Pada saat menginjak usia remaja, anak akan memperoleh pengetahuan sosial yang lebih banyak. Misalnya,
mengetahui bagaimana mencari teman bermain, mempelajari kesukaan orang lain, belajar untuk memiliki penampilan yang menarik
dan lain sebagainya. Anak dan remaja akan mengalami kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya jika mereka kurang memiliki
kemampuan kognisi sosial Santrock, 2003: 224. Selanjutnya Santrock 2003: 226 memberikan penandasan
strategi yang tepat untuk mencari teman sebaya di antaranya adalah: 1 menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan
nama, usia, dan aktivitas favorit; 2 bersikap menyenangkan; 3 tingkah laku yang baik seperti jujur, murah hati dan mau bekerja
sama; 4 mampu menghargai diri sendiri dan orang lain; 5 menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan,
nasihat, duduk berdekatan dan sebagainya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan ketika remaja ingin membina hubungan yang harmonis
dengan teman sebayanya, mereka dituntut untuk mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik.
60
2 Hubungan dengan Orang Tua
Perubahan-perubahan fisik, kognitif, sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap
relasi orang tua-remaja. Salah satu ciri menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya adalah perjuangan untuk memperoleh
otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Anak-anak yang patuh menjadi tidak patuh ketika menginjak usia remaja. Konflik orang tua
dan remaja lebih banyak disebabkan karena perbedaan dalam memandang sebuah permasalahan. Remaja menganggap perubahan
yang terjadi pada diri mereka adalah permasalahan pribadi yang serius, sedangkan orang tua menganggap itu sebagai hal yang wajar.
Remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan- pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri.
Orang tua tidak lagi dipandang sebagai otoritas yang serba tahu Deswita, 2006: 218.
Keterikatan dengan orang tua pada masa remaja bisa memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, seperti tercermin
dalam ciri-ciri, harga diri, penyesuaian emosi dan keadaan fisik. Misalnya, remaja yang memiliki hubungan yang nyaman dan
harmonis dengan orang tua mereka, akan memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang baik. Sebaliknya, ketidakdekatan
emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan-perasaan
61
akan penolakan oleh orang tua yang lebih besar serta perasaan yang lebih rendahnya daya tarik sosial dan romantik yang dimiliki diri
sendiri. Oleh karena itu, keterikatan dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, yang menyediakan landasan kokoh di
mana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dengan cara-cara yang sehat
secara psikologis Santrock, 2003: 194. Begitu pentingnya faktor keterikatan antara orang tua dan remaja
dalam menentukan arah perkembangan remaja, maka orang tua senantiasa harus menjaga dan mempertahankan keterikatan ini. Untuk
mempertahankan keterikatan atau kedekatan antara orang tua dan remaja, maka orang tua harus membiarkan remaja bebas untuk
berkembang. Dengan perkataan lain, bahwa ketika remaja menuntut otonomi, maka orang tua harus melepaskan kendali dalam bidang-
bidang di mana mereka dapat mengambil keputusan yang masuk akal. Ini berarti remaja juga dituntut untuk mampu bertanggung jawab akan
otonomi yang sudah diperolehnya. Berdasarkan paparan tersebut maka bisa dikatakan jika proses
perkembangan remaja meliputi: 1 transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik; 2 transisi kognitif yaitu
perkembangan kognitif remaja yang tidak terlepas dari lingkungan sosial dan juga proses sosio emosional; 3 transisi sosial yang
62
meliputi hubungan dengan lingkungan sekitar serta hubungan keterikatan dengan orang tua dan teman sebaya.
Ketiga aspek tersebut saling berkontribusi aktif dan terjalin erat dalam proses perkembangan remaja. Dalam masa perkembangannya,
remaja sangat rentan mengalami konflik, baik yang disebabkan oleh perubahan fisik, cara berfikir, maupun lingkungan sosialnya. Bahkan
ada yang secara ekstrim menyebutkan usia remaja adalah usia bermasalah. Sesuai dengan karakteristik perkembangannya, biasanya
remaja akan berusaha menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan atau dengan bantuan kelompoknya. Mereka cenderung menolak
bantuan dari guru, orang tua orang yang lebih dewasa. Remaja akan mempunyai lebih banyak peluang untuk dapat mengatasi permalahan
yang mereka alami ketika remaja mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan sebayanya Santrock, 2002: 13.
Kenyataan ini mengisyaratkan perlunya peningkatan pemahaman kecerdasan interpersonal pada remaja. Upaya ini sebagai salah satu bentuk
konkrit dalam rangka membantu remaja untuk bisa melalui masa perkembangannya secara positif menuju kemandirian.
63
E. Kajian Tentang Multimedia Interaktif 1. Kebutuhan Multimedia Interaktif Dalam Mendukung Kegiatan
Bimbingan dan Konseling
Salah satu kompetensi yang perlu dicapai oleh guru adalah kompetensi dalam memanfaatkan perkembangan teknologi dalam mendukung
kegiatan pembelajaran Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Fielsten Phelps menyatakan, salah satu perkembangan teknologi dan kemajuan
komputer yang paling banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan adalah perangkat multimedia, baik yang bersifat pasif maupun interaktif
Suwarjo, 2010 : 12. Hackbarth mengemukakan, multimedia is suggested as meaning the
use of multiple media formats for the presentation of information, including texts, still or animated graphics, movie segments, video, and
audio information Winarno, dkk, 2009 : 6 . Multimedia diartikan sebagai suatu penggunaan gabungan beberapa media dalam menyampaikan
informasi yang berupa teks, grafis atau animasi grafik, movie, video, dan audio.
Sedangkan menurut Patrick J. Fahy Suwarjo, dkk, 2010: 12, pengertian yang paling mendasar tentang multimedia bahwa multimedia
dibagi dalam tiga definisi, yakni substansi medianya itu sendiri, medium penyampaian yang digunakan, dan medium penyimpanan. Dilihat dari
substansi, multimedia mengandung unsur teks, audio, dan video dalam
64
satu kesatuan. Sementara dari sisi medium penyampaian multimedia dapat dikembangkan bersama teknologi komputer dan dalam skala yang lebih
luas dapat disebar luaskan melalui jaringan internet. Dan dari sisi medium penyimpanan storage device, multimedia biasanya dikemas dalam
bentuk yang sederhana dan kompak, seperti pemanfaatan Compact Disc CD, video disc, digital video disc DVD atau alat penyimpan lainnya.
Suatu media dapat dikategorikan bersifat interaktif manakala elemen- elemen yang tercakup dalam satu media tersebut dapat dikontrol
sedemikian rupa oleh pengguna dan memberikan efek interaktif- timbal balik MishraSharma, 2005. Interaktif adalah kemampuan user untuk
mengontrol atau menentukan urutan materi yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan user. Multimedia membiarkan siswa mengarahkan,
berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komputer Donna Rubinson dalam Winarno dkk, 2009: 7-8. Menurut pendapat tersebut digambarkan
bahwa dengan siswa mengontrol semua media yang ada di dalamnya, pada saat itulah sebenarnya dapat dikatakan sebagai multimedia interaktif. Hal
tersebut dikarenakan siswa tidak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga mengerjakan perintah-perintah yang ada di dalamnya secara simultan
bersamaan. Salah satu tugas bimbingan dan konseling adalah memberikan layanan
dalam rangka membantu siswa agar mereka dapat mencapai perkembangan secara optimal. Bantuan mengoptimalkan perkembangan
65
individu peserta didik adalah membantu meningkatkan potensi dan kecakapan yang dimiliki dalam mencari, serta memanfaatkan fasilitas
yang ada di lingkungan. Bantuan mengoptimalkan perkembangan juga berarti membantu individu mengatasi, memecahkan hambatan, ancaman
dan kesulitan yang dihadapinya Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 74. Pendapat tersebut menekankan bahwa bantuan dalam meningkatkan
kemampuan yang dimiliki dan mengatasi masalah-masalah yang menghambat individu melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.
Individu yang berhasil dalam perkembangannya adalah mereka yang berhasil dalam menyesuaikan diri, mampu menghadapi tantangan dan
ancaman, serta mampu mengatasi masalah-masalah baru. Dalam upaya tersebut, bimbingan dan konseling perlu memberikan
sebuah layanan bimbingan yang bersifat informatif yakni memberikan informasi, yang dapat diberikan secara klasikal dan massal, langsung
maupun dengan menggunakan media bimbingan. Media dalam bimbingan konseling merupakan salah satu komponen
layanan yang juga mempunyai peranan penting dalam membantu menyampaikan informasi dalam kegiatan layanan bimbingan konseling.
Pengembangan multimedia interaktif dalam bimbingan konseling dapat digunakan sebagai sebuah media informasi bagi siswa, yang
meliputi alat bantu bagi guru bimbingan dan konseling yaitu sebagai
66
sarana pembawa pesan dari sumber pesan guru bimbingan dan konseling ke penerima pesan siswa.
Penggunaan multimedia interaktif ini dalam layanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi layanan berupa kegiatan praktik dan latihan, tutorial, simulasi, permainan,
penemuan, dan pemecahan masalah 2. Mampu menampilkan unsur audio-visual untuk meningkatkan
minat dan motivasi belajar siswa 3. Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinambungan
4. Memberikan umpan balik terhadap respon siswa dengan segera 5. Siswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai cara sesuai
dengan karakteristik belajar mereka, baik mendengar, melihat, serta melakukan tindakan secara langsung.
Dari beberapa keuntungan, maka pengembangan multimedia ini dirasa mampu untuk menjembatani keterbatasan kemampuan siswa dalam
menangkap informasi serta membantu guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah keterbatasan waktu masuk kelas. Hal ini
dikarenakan prinsip dari penggunaan multimedia interaktif yaitu mengutamakan pengalaman siswa dalam proses pemberian layanan, dapat
digunakan kapan pun dan dimana pun serta dapat diputar secara berulang- ulang hingga mereka merasa cukup mengerti.
67