Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja 1.

53 benjolan kecil di sekitar kelenjar susu. Perkembangan ciri-ciri seks sekunder pada wanita yaitu pinggul bertambah lebar, tumbuh payudara, tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi lebih kasar, tebal dan lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat lebih aktif, otot semakin besar dan kuat serta suara menjadi lebih merdu. Pertumbuhan fisik yang ekstrim seringkali menimbulkan masalah tersendiri bagi para remaja. Hurlock 1997: 192, menjelaskan akibat dari perubahan tersebut adalah remaja ingin menyendiri, bosan dengan permainan yang sebelumnya digemari, emosi yang meninggi, serta hilangnya kepercayaan diri. Percepatan pertumbuhan yang dialami oleh remaja juga sering menimbulkan kritik dari orang lain. Remaja menunjukkan perhatian yang amat besar terhadap tubuhnya yang sedang mengalami perubahan dan mengembangkan gambaran pribadi mengenai seperti apa tubuh mereka. Remaja putra maupun putri, menilai bentuk tubuh atau perawakan sebagai dimensi yang paling penting dari daya tarik fisik. Pada masa ini remaja juga sering mengalami kegusaran hati yang paling dalam, terutama kalau ada penyimpangan. Untuk mampu mengatasi konflik psikologis tersebut, remaja membutuhkan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran, sharing, dan curah pendapat. Remaja yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya akan mudah membangun dan 54 mempertahankan suatu hubungan sosial Adi W. Gunawan, 2003: 118. Santrock 2003: 366, menjelaskan bahwa remaja akan menunjukkan perilaku sesuai dengan stereotip ketika berinteraksi dengan lawan jenis. Remaja putri biasanya bertingkah laku penuh kasih sayang affectionis, sensitif, berpenampilan menarik, berbicara halus dan sebagainya. Remaja putra biasanya bertingkah laku asertif, sombong cocky, sinis dan sangat berkuasa karena mereka menyadari tingkah laku seperti itu menambah kualitas seksualitas dan daya tarik. b Transisi Kognitif Piaget Santrock, 2003: 105 melihat seseorang berkembang melalui empat tahap perkembangan kogntif yaitu sensorimotori, pra- operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Remaja yang sudah berusia antara 11 sampai 15 tahun mulai memantapkan pemikiran operasional formalnya dan menggunakannya dengan lebih konsisten. Ini berarti pada rentan usia tersebut pemikiran operasional remaja tercapai sepenuhnya. Secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat: 1 abstrak, remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak. Para pemikir operasional formal dapat memecahkan persamaan aljabar abstrak; 2 idealistis, remaja sering berpikir mengenai hal-hal yang mungkin terjadi. Mereka memikirkan karakteristik ideal dari diri mereka sendiri, orang lain, 55 dan dunia; 3 logis, remaja mulai berpikir lebih seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah, dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Adanya karakteristik abstrak, idealis dan logis dari pemikiran operasional formal, membuat remaja memiliki kapasitas kognitif untuk menganalisa diri sendiri dan memutuskan identitas gender yang mereka inginkan. Bem Santrock, 2003: 371, menjelaskan perkembangan kognitif remaja ditentukan oleh skema gender, yaitu suatu struktur kognitif jaringan yang saling berhubungan yang mengatur dan mengarahkan persepsi individu. Teori skema gender mengatakan perhatian dan perilaku individu diarahkan oleh motivasi internal untuk menyesuaikan diri terhadap standar dan stereotip gender serta sosial budaya yang berlaku. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Vygotsky Santrock, 2003: 118, bahwa perkembangan kognitif anak dan remaja tergantung pada proses sosialnya. Lingkungan sosial yang menguntungkan remaja adalah orang dewasa atau anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu sesuai dengan nilai kebudayaan. Permasalahan yang timbul ketika remaja mengalami transisi kognitif adalah menjawab pertanyaan ”siapa saya?” Ketika lingkungan sosial tidak mampu menjawab pertanyaan pada diri 56 remaja, maka dikhawatirkan remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Kondisi ini semakin diperparah dengan munculnya personal fable pada diri mereka. Personal fable adalah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi rasa unik sehingga orang lain tidak dapat benar-benar memahami bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Egosentrisme ini muncul sebagai akibat dari pemikiran operasional formalnya. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka dan mereka yakin hanya sesama merekalah remaja dapat saling memahami. Keadaan demikian membuat remaja menjadi kelompok yang sangat eksklusif. Hubungan interpersonal yang terjadi di antara mereka sangat kuat Santrock, 2002:12. Dalam kondisi seperti ini, tentu saja dibutuhkan pemahaman bagi remaja akan urgensi untuk membuka diri self disclosure terhadap kelompok dan atau masyarakat lain. Asumsi ini mengindikasikan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Keating Santrock, 2003: 119 memberi penekanan jika dalam pendekatan sosialisasi kognitif, pendidikan formal hanyalah sebuah agen budaya yang menentukan perkembangan kognitif remaja, sedangkan orang tua, teman sebaya, masyarakat sekitar dan orientasi teknologi adalah kekuatan lain yang mempengaruhi cara berpikir remaja. Hal ini membuktikan jika 57 lingkungan sosial berkontribusi positif terhadap perkembangan kognitif remaja. c Transisi Sosial Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebayanya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa- masa sebelumnya, termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual dan atau bantuan emosional juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan suatu masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompok sosialnya diperlukan kompetensi sosial yang berupa kemampuanketrampilan menjalin dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Keberhasilan dalam pergaulan sosial akan menambah percaya diri pada remaja dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja. Oleh karena itu setiap remaja akan selalu berusaha untuk diterima oleh kelompoknya. Penerimaan sosial dalam kelompok remaja sangat tergantung pada: 1 kesan pertama; 2 penampilan yang menarik; 3 partisipasi sosial; 4 perasaan humor yang dimiliki; 5 ketrampilan berbicara dan kecerdasan Monks, 1998: 55 . Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan para remaja dalam kelompok yaitu: 1 kompetisi atau persaingan; 2 konformitas, yaitu 58 selalu ingin sama dengan anggota kelompok yang lain; 3 menarik perhatian dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain; 4 menentang otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang dewasa termasuk orang tua untuk urusan-urusan pribadinya. Keterikatan remaja terhadap kelompoknya membuat mereka lebih menomorsatukan sebayanya, sedangkan orang tua dinomorduakan Zulkifli, 2005: 67. Berikut akan dijelaskan secara rinci tentang hubungan remaja dengan teman sebaya dan orang tua; 1 Hubungan dengan Teman Sebaya Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Hubungan teman sebaya pada remaja lebih didasarkan pada hubungan persahabatan. Lebih lanjut Bloss menjelaskan bahwa pembentukan persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri sendiri Deswita, 2006: 221. Teman sebaya peer adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama. Interaksi remaja dengan teman sebaya dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung lingkungan yang dimasuki dan juga mekanisme dari dalam diri remaja 59 sendiri. Hasil penelitian membuktikan jika hubungan teman sebaya yang buruk pada masa anak-anak akan berkaitan dengan kenakalan pada masa remaja akhir, sedangkan hubungan teman sebaya yang harmonis memberikan pengaruh kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan. Pada saat menginjak usia remaja, anak akan memperoleh pengetahuan sosial yang lebih banyak. Misalnya, mengetahui bagaimana mencari teman bermain, mempelajari kesukaan orang lain, belajar untuk memiliki penampilan yang menarik dan lain sebagainya. Anak dan remaja akan mengalami kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya jika mereka kurang memiliki kemampuan kognisi sosial Santrock, 2003: 224. Selanjutnya Santrock 2003: 226 memberikan penandasan strategi yang tepat untuk mencari teman sebaya di antaranya adalah: 1 menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit; 2 bersikap menyenangkan; 3 tingkah laku yang baik seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama; 4 mampu menghargai diri sendiri dan orang lain; 5 menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan dan sebagainya. Dari hal tersebut dapat disimpulkan ketika remaja ingin membina hubungan yang harmonis dengan teman sebayanya, mereka dituntut untuk mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik. 60 2 Hubungan dengan Orang Tua Perubahan-perubahan fisik, kognitif, sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap relasi orang tua-remaja. Salah satu ciri menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Anak-anak yang patuh menjadi tidak patuh ketika menginjak usia remaja. Konflik orang tua dan remaja lebih banyak disebabkan karena perbedaan dalam memandang sebuah permasalahan. Remaja menganggap perubahan yang terjadi pada diri mereka adalah permasalahan pribadi yang serius, sedangkan orang tua menganggap itu sebagai hal yang wajar. Remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan- pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Orang tua tidak lagi dipandang sebagai otoritas yang serba tahu Deswita, 2006: 218. Keterikatan dengan orang tua pada masa remaja bisa memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, seperti tercermin dalam ciri-ciri, harga diri, penyesuaian emosi dan keadaan fisik. Misalnya, remaja yang memiliki hubungan yang nyaman dan harmonis dengan orang tua mereka, akan memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang baik. Sebaliknya, ketidakdekatan emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan-perasaan 61 akan penolakan oleh orang tua yang lebih besar serta perasaan yang lebih rendahnya daya tarik sosial dan romantik yang dimiliki diri sendiri. Oleh karena itu, keterikatan dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, yang menyediakan landasan kokoh di mana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dengan cara-cara yang sehat secara psikologis Santrock, 2003: 194. Begitu pentingnya faktor keterikatan antara orang tua dan remaja dalam menentukan arah perkembangan remaja, maka orang tua senantiasa harus menjaga dan mempertahankan keterikatan ini. Untuk mempertahankan keterikatan atau kedekatan antara orang tua dan remaja, maka orang tua harus membiarkan remaja bebas untuk berkembang. Dengan perkataan lain, bahwa ketika remaja menuntut otonomi, maka orang tua harus melepaskan kendali dalam bidang- bidang di mana mereka dapat mengambil keputusan yang masuk akal. Ini berarti remaja juga dituntut untuk mampu bertanggung jawab akan otonomi yang sudah diperolehnya. Berdasarkan paparan tersebut maka bisa dikatakan jika proses perkembangan remaja meliputi: 1 transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik; 2 transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja yang tidak terlepas dari lingkungan sosial dan juga proses sosio emosional; 3 transisi sosial yang 62 meliputi hubungan dengan lingkungan sekitar serta hubungan keterikatan dengan orang tua dan teman sebaya. Ketiga aspek tersebut saling berkontribusi aktif dan terjalin erat dalam proses perkembangan remaja. Dalam masa perkembangannya, remaja sangat rentan mengalami konflik, baik yang disebabkan oleh perubahan fisik, cara berfikir, maupun lingkungan sosialnya. Bahkan ada yang secara ekstrim menyebutkan usia remaja adalah usia bermasalah. Sesuai dengan karakteristik perkembangannya, biasanya remaja akan berusaha menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan atau dengan bantuan kelompoknya. Mereka cenderung menolak bantuan dari guru, orang tua orang yang lebih dewasa. Remaja akan mempunyai lebih banyak peluang untuk dapat mengatasi permalahan yang mereka alami ketika remaja mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan sebayanya Santrock, 2002: 13. Kenyataan ini mengisyaratkan perlunya peningkatan pemahaman kecerdasan interpersonal pada remaja. Upaya ini sebagai salah satu bentuk konkrit dalam rangka membantu remaja untuk bisa melalui masa perkembangannya secara positif menuju kemandirian. 63 E. Kajian Tentang Multimedia Interaktif 1. Kebutuhan Multimedia Interaktif Dalam Mendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling Salah satu kompetensi yang perlu dicapai oleh guru adalah kompetensi dalam memanfaatkan perkembangan teknologi dalam mendukung kegiatan pembelajaran Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Fielsten Phelps menyatakan, salah satu perkembangan teknologi dan kemajuan komputer yang paling banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan adalah perangkat multimedia, baik yang bersifat pasif maupun interaktif Suwarjo, 2010 : 12. Hackbarth mengemukakan, multimedia is suggested as meaning the use of multiple media formats for the presentation of information, including texts, still or animated graphics, movie segments, video, and audio information Winarno, dkk, 2009 : 6 . Multimedia diartikan sebagai suatu penggunaan gabungan beberapa media dalam menyampaikan informasi yang berupa teks, grafis atau animasi grafik, movie, video, dan audio. Sedangkan menurut Patrick J. Fahy Suwarjo, dkk, 2010: 12, pengertian yang paling mendasar tentang multimedia bahwa multimedia dibagi dalam tiga definisi, yakni substansi medianya itu sendiri, medium penyampaian yang digunakan, dan medium penyimpanan. Dilihat dari substansi, multimedia mengandung unsur teks, audio, dan video dalam 64 satu kesatuan. Sementara dari sisi medium penyampaian multimedia dapat dikembangkan bersama teknologi komputer dan dalam skala yang lebih luas dapat disebar luaskan melalui jaringan internet. Dan dari sisi medium penyimpanan storage device, multimedia biasanya dikemas dalam bentuk yang sederhana dan kompak, seperti pemanfaatan Compact Disc CD, video disc, digital video disc DVD atau alat penyimpan lainnya. Suatu media dapat dikategorikan bersifat interaktif manakala elemen- elemen yang tercakup dalam satu media tersebut dapat dikontrol sedemikian rupa oleh pengguna dan memberikan efek interaktif- timbal balik MishraSharma, 2005. Interaktif adalah kemampuan user untuk mengontrol atau menentukan urutan materi yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan user. Multimedia membiarkan siswa mengarahkan, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan komputer Donna Rubinson dalam Winarno dkk, 2009: 7-8. Menurut pendapat tersebut digambarkan bahwa dengan siswa mengontrol semua media yang ada di dalamnya, pada saat itulah sebenarnya dapat dikatakan sebagai multimedia interaktif. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga mengerjakan perintah-perintah yang ada di dalamnya secara simultan bersamaan. Salah satu tugas bimbingan dan konseling adalah memberikan layanan dalam rangka membantu siswa agar mereka dapat mencapai perkembangan secara optimal. Bantuan mengoptimalkan perkembangan 65 individu peserta didik adalah membantu meningkatkan potensi dan kecakapan yang dimiliki dalam mencari, serta memanfaatkan fasilitas yang ada di lingkungan. Bantuan mengoptimalkan perkembangan juga berarti membantu individu mengatasi, memecahkan hambatan, ancaman dan kesulitan yang dihadapinya Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 74. Pendapat tersebut menekankan bahwa bantuan dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan mengatasi masalah-masalah yang menghambat individu melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Individu yang berhasil dalam perkembangannya adalah mereka yang berhasil dalam menyesuaikan diri, mampu menghadapi tantangan dan ancaman, serta mampu mengatasi masalah-masalah baru. Dalam upaya tersebut, bimbingan dan konseling perlu memberikan sebuah layanan bimbingan yang bersifat informatif yakni memberikan informasi, yang dapat diberikan secara klasikal dan massal, langsung maupun dengan menggunakan media bimbingan. Media dalam bimbingan konseling merupakan salah satu komponen layanan yang juga mempunyai peranan penting dalam membantu menyampaikan informasi dalam kegiatan layanan bimbingan konseling. Pengembangan multimedia interaktif dalam bimbingan konseling dapat digunakan sebagai sebuah media informasi bagi siswa, yang meliputi alat bantu bagi guru bimbingan dan konseling yaitu sebagai 66 sarana pembawa pesan dari sumber pesan guru bimbingan dan konseling ke penerima pesan siswa. Penggunaan multimedia interaktif ini dalam layanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa keuntungan, diantaranya: 1. Terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi layanan berupa kegiatan praktik dan latihan, tutorial, simulasi, permainan, penemuan, dan pemecahan masalah 2. Mampu menampilkan unsur audio-visual untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa 3. Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinambungan 4. Memberikan umpan balik terhadap respon siswa dengan segera 5. Siswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan karakteristik belajar mereka, baik mendengar, melihat, serta melakukan tindakan secara langsung. Dari beberapa keuntungan, maka pengembangan multimedia ini dirasa mampu untuk menjembatani keterbatasan kemampuan siswa dalam menangkap informasi serta membantu guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah keterbatasan waktu masuk kelas. Hal ini dikarenakan prinsip dari penggunaan multimedia interaktif yaitu mengutamakan pengalaman siswa dalam proses pemberian layanan, dapat digunakan kapan pun dan dimana pun serta dapat diputar secara berulang- ulang hingga mereka merasa cukup mengerti. 67

2. Unsur-unsur Multimedia Interaktif

Multimedia merupakan gabungan dari beberapa unsur yakni, teks tertulis, grafis program cara penyampaian informasi, audio dialog, cerita, efek suara, animasi, serta video. Berikut adalah penjelasan terkait unsur-unsur multimedia interaktif: a. Teks, merupakan elemen penting dalam multimedia. Teks terdiri dari huruf-huruf, angka-angka, dan simbol-simbol tanda baca. Di berbagai aplikasi multimedia, teks dapat ditunjukkan dengan tetap memperhatikan bentuk huruf, ukuran, gaya, dan warna dengan karakter yang dibutuhkan. Selain itu juga karakter huruf, seperti cetak tebal dan garis bawah, yang disertai warna, biasanya digunakan untuk mengindikasikan adanya hiperlink ke teks atau media informasi yang lain. b. Gambar atau grafis. Grafis juga merupakan elemen penting dalam multimedia. Grafis berfungsi sebagai elemen penjelas informasi dalam teks. Gambar atau grafis merupakan media visual yang memuat pesan- pesan dan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi visual. Produk grafis dapat berupa : karikatur, foto, kartun, sketsa, diagram, bagan dan sebagainya. c. Audio atau suara. Sepeti halnya gambar, suara juga berfungsi sebagai penjelas dan penarik perhatian pengguna. “Audio can draw and hold learners attention to the most important parts of the display, 68 complement the visual information on the screen, support the learner reading the text on the screen.” Audio dapat menggambarkan dan menangkap perhatian peserta didik terhadap bagian terpenting dari tampilan, melengkapi informasi visual pada layar, mendukung peserta didik membaca teks pada layar Aarntzen yang dikutip kembali oleh Mega Putrianti Sudibyo, 2010: 36 d. Animasi. Animasi dapat memiliki pengaruh kuat dalam penataan informasi dan mendekatkan jarak kognitif dalam segi pemahaman. Selain itu animasi juga dapat menarik perhatian pengguna. Animasi adalah suatu ilusi optis, yakni sekumpulan gambar diam yang berubah- ubah dengan cepat. e. Video, seperti halnya elemen lainnya, video berfungsi sebagai penarik perhatian pengguna. Selain itu video juga merupakan elemen yang memberikan pemahaman paling tinggi, karena video memvisualisasikan sesuatu secara nyata atau sesuai dengan kenyataan. Menurut Merril 1992 : 190, video terdiri dari videodisc technology dan digital video. 1 Videodisc technology. Teknologi videodisc berisi video informasi, seperti film, program televisi, atau desain spesial dari materi video pendidikan. Videodisc dibuat dalam dua format berbeda, yakni constant angular velocity CAV, yang menyediakan 30 menit full- motion video dalam setiap sisi videodisc dengan satu gambar atau 69 frame per lintasan melingkar, dan constant linear velocity CLV, yang menyediakan 60 menit video dalam setiap sisi videodisc sehingga memungkinkan lebih banyak film dalam satu frame. 2 Digital video. Perkembangan teknologi mampu mengubah dan menyimpan video informasi dalam bentuk digital, yang dikenal dengan sebutan video digital. Dalam menyimpan data dengan kapasitas tinggi, video digital membutuhkan tambahan perangkat keras dan perangkat lunak khusus, yang ditambahkan pada komputer untuk memadatkan atau memperluas data dalam video digital. perangkat keras dan perangkat lunak ini dapat digunakan dalam format DVI, CD-I, dan teknologi CD-TV. f. Interaktif. Unsur interaktif adalah salah satu unsur yang mampu menciptakan stimulus dan sekaligus menanggapi respon sebagai akibat dari adanya stimulus tersebut. Interaktif juga dapat dikatakan adanya komunikasi dua arah antara media dan pengguna secara aktif sehingga mendorong adanya proses belajar. Sebuah program juga dapat dikatakan interaktif bila mampu menciptakan lingkungan belajar dengan visual, suara materi video dan disajikan melalui kontrol komputer, sehingga pengguna tidak hanya dapat mendengar dan melihat gambar dan suara tetapi juga memberi respon aktif. 70

3. Model-model Pembelajaran Multimedia Interaktif

Taylor Paul F. Merill, 1995: 11, mengklasifikasikan program pembelajaran berbasis multimedia interaktif menjadi 5 kategori, yaitu: a. Tutorial Program pembelajaran ini merupakan program yang menyajikan informasi baru kepada si belajar. Program pembelajaran tutorial memuat penjelasan, rumus, prinsip, bagan tabel definisi istilah, serta latihan. Karakteristik yang terdapat dalam model ini yakni, adanya panduan bimbingan siswa, adanya respon siswa, respon siswa dievaluasi oleh komputer, tahap yang belum berhasil dilalui dapat diulang kembali atau bagi yang sudah berhasil bisa dilanjutkan. b. Drill and Practice Bertujuan membantu siswa untuk menghafal dengan meminta respon yang tepat atas stimulus yang diberikan meliputi beberapa latihan yang ditampilkan secara teratur berurutan dengan disertai repetisi. Karakteristik yang terdapat dalam model ini terdiri dari penyajian soal dalam bentuk latihan soal. Siswa diminta mengerjakan soal secara interaktif, selanjutnya siswa memperoleh umpan balik. c. Stimulation Stimulation merupakan representasi atau model dari gejala atau sistem yang terdapat di alam dunia. Media atau program ini seolah-olah memberikan siswa untuk mengalami atau melihat gejala situasi 71 kehidupan yang sulit dilihat dengan resiko dan biaya kecil. Biasanya melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya dan berlangsung tanpa resiko. d. Problem Solving Model program ini menyajikan situasi atau masalah dimana siswa dapat belajar dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Pemberian stimulus yang bersifat analisis merupakan karakter utama dari program ini. e. Game Game merupakan bentuk modifikasi dari permainan yang ada tetapi dikemas sesuai dengan materi pembelajaran. Metode game digunakan untuk memberikan daya tarik serta motivasi dalam situasi pembelajaran. Karakteristik dari metode game, setiap permainan harus memiliki tujuan, adanya aturan yang harus diikuti oleh pengguna, dan adanya suasana kompetisi untuk menempuh target yang ingin dicapai. Dan dari kelima model pembelajaran multimedia interaktif, peneliti menggunakan bentuk tutorial untuk dikembangkan dalam penelitian ini. Karena multimedia interaktif ini berisi informasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada siswa tentang kecerdasan interpersonal. 72

F. Kajian Tentang Pembelajaran Kontekstual dalam Layanan Bimbingan

dan Konseling 1. Keterkaitan Antara Layanan Pembelajaran dan Layanan BK Tugas-tugas pendidik dalam mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan baik dalam pembelajaran oleh guru maupun layanan bimbingan oleh konselor sebagai mitra kerja Dirjen Dikti, 2007. Hal tersebut menekankan adanya keterkaitan antara tugas pembelajaran dengan layanan bimbingan. Berikut ini adalah keterkaitan antara pelayanan pembelajaran dan pelayanan bimbingan dan konseling menurut Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. 73 Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Antara Pembelajaran dengan Layanan Bimbingan. DIMENSI PEMBELAJARAN GURU LAYANAN BIMBINGAN KONSELOR 1. Wilayah gerak Khususnya sistem pendidikan formal Khususnya sistem pendidikan formal 2. Tujuan umum Pencapaian tujuan pendidikan nasional Pencapaian tujuan pendidikan nasional 3. Konteks tugas Pembelajaran yang mendidik melalui Mata pelajaran dengan skenario guru Layanan yang memandirikan dengan skenario konseli dan konselor  Fokus kegiatan Pengembangan kemampuan penguasaan bidang studi dan masalah-masalahnya Pengembangan potensi diri, di bidang pribadi, sosial, belajar, karir dan masalah-masalahnya.  Hubungan kerja Alih tanganreferal Alih tanganreferal 4. Target intervensi  Individual Minim Utama  Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis  Klasikal Utama Minim 5. Ekspektasi kinerja  Ukuran keberhasilan  Pencapaian standar kompetensi lulusan  Lebih bersifat kuantitatif  Kemandirian dalam kehidupan  Lebih bersifat kualitatif yang unsur-unsurnya saling terkait  Pendekatan umum Pemanfaatan instructional effects nurturant effects melalui pembelajaran yang mendidik Pengenalan diri dan lingkungan oleh konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi, sosial, belajar, karier. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang merupakan keputusan konseli.  Perencanaan tindak intervensi Kebutuhan belajar ditetapkan terlebih dahulu untuk ditawarkan kepada peserta didik Kebutuhan pengembangan diri ditetapkan dalam proses transaksional oleh konseli, dan difasilitasi oleh konselor.  Pelaksanaan tindak intervensi Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkratik peserta didik yang lebih terstruktur Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkratik konseli dalam transaksi makna yang lebih lentur dan terbuka. Pada tabel 1, disebutkan bahwa ada beberapa persamaan antara pelayanan pembelajaran dan pelayanan bimbingan yakni dalam hal wilayah 74 gerak, serta tujuan umum dengan hubungan kerja saling terkait, sedangkan perbedaannya tampak dalam hal konteks tugas, fokus kegiatan, target intervensi serta ekspektasi kinerja. Sementara dalam pengembangan teknik dan metode, secara umum memiliki banyak kesamaan antara bimbingan dan konseling dengan pembelajaran yakni meliputi pemberian informasi, diskusi, tanya jawab, bermain peran, simulasi, kerja kelompok, latihan, dan lain-lain. Namun, antara keduanya juga memiliki perbedaan dalam sifat bantuan. Bantuan dalam bimbingan dan konseling lebih diarahkan pada membantu individu, dan disini peserta didik sebagai individu. Walaupun tekniknya bersifat kelompok bahkan klasikal tetapi sasarannya tetap individu. Mengacu dari beberapa kesamaan, maka peneliti menggunakan beberapa konsep pembelajaran kontekstual dalam layanan bimbingan dan konseling hanya dalam batasan yang dirasa perlu untuk digunakan dalam konsep tersebut.

2. Konsep Pembelajaran Kontekstual dalam Konteks Layanan BK

Pembelajaran kontekstual CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap maksud dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman 75 yang sudah mereka miliki sebelumnya. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilaksanankan baik dalam kegiatan pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran yang dimediakan mediated instruction Johnson, 2007: 14. Proses belajar benar-benar terjadi jika siswa mampu memproses dan mengkonstruksikan sendiri informasi atau pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut menjadi bermakna sesuai dengan kerangka berpikir mereka Dewi Salma Prawiradilaga Evelyn Siregar, 2004: 15. Dari pendapat Johnson dan Dewi Salma dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan konsep pembelajaran kontekstual dalam layanan bimbingan dan konseling akan terjadi, ketika individu siswa mampu mengerti, menangkap makna maksud dari informasi yang mereka terima tentang dirinya pribadi, lalu memahami, kemudian mampu mengintegrasikan dengan pengalamannya terkait permasalahan - permasalah dalam perkembangan pribadinya, dan tergerak untuk melakukan perubahan terhadap tingkah lakunya dari informasi yang bersifat kontekstual yang mereka terima.

3. Penerapan Prinsip Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Layanan BK

Dalam penelitian pengembangan multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal ini, untuk mencapai tujuan yang diharapkan 76 dalam layanan bimbingan pribadi sosial peneliti menggunakan beberapa prinsip dan strategi pembelajaran kontekstual dengan batasan yang dirasa perlu untuk diterapkan ke dalam kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial. Menurut Dewi Salma, dkk 2004: 15, pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran yakni relating, experiencing, applying, cooperating, dan trasfering. Namun dalam pengembangan multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal dalam layanan bimbingan ini peneliti hanya menggunakan beberapa prinsip serta strategi pembelajaran kontekstual yang dirasa perlu untuk digunakan dalam konsep tersebut: a. Pengalaman langsung Experiencing Dalam kegiatan ini siswa memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan secara mandiri dalam memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk aktivitas di dalamnya secara aktif. Penggunaan prinsip dan strategi ini bertujuan untuk mendorong daya tarik dan motivasi siswa. b. Aplikasi Applying Dalam kegiatan ini siswa dilibatkan secara langsung untuk menerapkan apa yang telah mereka dapatkanpelajari dari CD multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal melalui aktivitas game.