Optimasi Pemisahan Parasetamol dan Natrium Fenobarbital dengan

Gambar 10. Gabungan spektrum serapan parasetamol A konsentrasi 0,009 mgml dan natrium fenobarbital B konsentrasi 0,09 mgml Pada gambar 10 dapat terlihat bahwa pada perbandingan 1:10 natrium fenobarbital baru dapat memberikan absorbansi yang mirip dengan parasetamol. Sehingga berdasarkan spektrum tumpang tindih tersebut, panjang gelombang pengamatan yang dipilih adalah 236 nm yang merupakan panjang gelombang serapan maksimum dari natrium fenobarbital. Panjang gelombang ini dipilih supaya natrium fenobarbital dapat terdeteksi karena absorbansi natrium fenobarbital sangat kecil dibandingkan parasetamol. Selain itu pada gambar 10 dapat terlihat juga bahwa parasetamol dapat memberikan absorbansi pada panjang gelombang 236 nm.

D. Optimasi Pemisahan Parasetamol dan Natrium Fenobarbital dengan

KCKT Fase Terbalik Campuran parasetamol dan natrium fenobarbital dipisahkan dengan KCKT jenis kromatografi partisi fase terbalik. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan C 18 yang bersifat nonpolar, sedangkan fase gerak yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI adalah campuran metanol dan buffer fosfat pH 3,2 yang bersifat polar. Dengan demikian, sampel yang bersifat lebih polar akan terelusi lebih dulu sedangkan sampel yang lebih nonpolar akan terelusi belakangan karena tertambat pada fase diam Willard dkk, 1988. Pada kromatografi fase terbalik, ionisasi analit harus diminimalkan supaya analit tidak terlalu polar dan tetap dapat berinteraksi dengan fase diam oktadesilsilan C 18 yang bersifat nonpolar. Maka pada penelitian ini digunakan buffer asam sebagai pelarut dan fase gerak, untuk mengubah garam natrium fenobarbital menjadi bentuk asamnya, supaya tidak mengalami ionisasi dan dapat berinteraksi dengan fase diam. Apabila digunakan aquabidest sebagai fase gerak, garam natrium fenobarbital akan larut dan berubah menjadi spesies ion yang tidak dapat berinteraksi dengan fase diam akibatnya kromatogram natrium fenobarbital tidak dapat diamati. Dengan demikian untuk selanjutnya natrium fenobarbital akan disebut sebagai asam fenobarbiturat dalam penelitian ini, kecuali dalam perhitungan kurva baku dan sampel. Reaksi antara buffer fosfat pH 3,2 dengan natrium fenobarbital, membentuk asam fenobarbiturat fenobarbital adalah sebagai berikut. + NH H N O Na O O C 2 H 5 NH H N O H O O C 2 H 5 + natrium fenobarbital asam fenobarbiturat P O HO OH OH P O HO OH O Na asam fosfat natrium dihidroksi fosfat Gambar 11. Reaksi antara natrium fenobarbital dengan asam fosfat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pemisahan pada KCKT dipengaruhi oleh interaksi suatu analit dengan fase diam dan fase gerak. Parasetamol dan asam fenobarbiturat yang terbentuk memiliki gugus polar dan nonpolar. Gugus polar akan berinteraksi dengan fase gerak melalui ikatan hidrogen, sedangkan gugus nonpolar akan berinteraksi dengan fase diam oktadesilsilan melalui ikatan van der Waals. Gambar gugus nonpolar dari parasetamol dan asam fenobarbiturat yang akan membentuk ikatan van der Waals dengan fase diam adalah sebagai berikut. HO H N C O CH 3 NH H N O O O C 2 H 5 A B Gambar 12. Gugus nonpolar dari parasetamol A dan asam fenobarbiturat B yang berinteraksi dengan fase diam Keterangan : = gugus nonpolar Pada gambar di atas dapat terlihat bahwa asam fenobarbiturat memiliki gugus nonpolar yang lebih banyak dibanding parasetamol. Dengan demikian asam fenobarbiturat akan lebih tertahan pada fase diam dibandingkan parasetamol, sehingga waktu retensinya lebih lama. Waktu retensi t R merupakan waktu yang dibutuhkan suatu senyawa untuk keluar dari kolom. Perbandingan fase gerak campuran metanol dan buffer fosfat pH 3,2, maupun kecepatan alirnya harus dioptimasi terlebih dahulu untuk memperoleh pemisahan parasetamol dan asam fenobarbiturat yang optimum. Seperti yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disebutkan sebelumnya, pada penelitian ini perbandingan fase gerak buffer fosfat pH 3,2 : metanol yang dioptimasi adalah 90 : 10 dan 70 : 30, sedangkan kecepatan alir yang dioptimasi adalah 1 dan 1,5 mlmenit. Komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang optimum ditentukan dari resolusi kromatogram yang dihasilkan. Resolusi merupakan suatu pemisahan yang nyata antara dua kromatogram yang berdekatan. Suatu pemisahan yang baik memiliki resolusi yang lebih dari atau sama dengan 1,5, berarti terjadi pemisahan antara kedua senyawa 99,7 Sastrohamidjojo a , 2002. Kromatogram parasetamol dan asam fenobarbiturat yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 13. Puncak parasetamol a dan asam fenobarbiturat b Keterangan : Fase gerak buffer fosfat pH 3,2 : metanol 70 : 30 Fase diam oktadesilsilan Kecepatan alir 1 mlmenit Deteksi UV 236 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 14. Puncak parasetamol a dan asam fenobarbiturat b Keterangan : Fase gerak buffer fosfat pH 3,2 : metanol 70 : 30 Fase diam oktadesilsilan Kecepatan alir 1,5 mlmenit Deteksi UV 236 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 15. Puncak parasetamol a dan asam fenobarbiturat b Keterangan : Fase gerak buffer fosfat pH 3,2 : metanol 90 : 10 Fase diam oktadesilsilan Kecepatan alir 1 mlmenit Deteksi UV 236 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 16. Puncak parasetamol a dan asam fenobarbiturat b Keterangan : Fase gerak buffer fosfat pH 3,2 : metanol 90 : 10 Fase diam oktadesilsilan Kecepatan alir 1,5 mlmenit Deteksi UV 236 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan kromatogram optimasi pemisahan tersebut, terlihat bahwa peak parasetamol mengalami tailing yang disebabkan karena parasetamol memiliki gugus amin yang akan berinteraksi dengan gugus silanol di dalam kolom. Adanya interaksi ini dapat menyebabkan pengekoran pada kurva parasetamol, karena sebagian analit terlambat keluar dari kolom. Tailing juga terjadi pada kromatogram asam fenobarbiturat karena asam fenobarbiturat juga memiliki gugus amin. Tailing juga dapat terjadi karena parasetamol dan asam fenobarbiturat memiliki kelarutan rendah dalam fase gerak yang sebagian besar komposisinya adalah buffer fosfat pH 3,2. Hal ini menyebabkan analit yang sama-sama memiliki gugus nonpolar tertahan pada kolom lebih lama, baru kemudian larut pada fase gerak sedikit demi sedikit sehingga menyebabkan pengekoran kromatogram. Sedangkan munculnya double peak pada kromatogram parasetamol dan natrium fenobarbital disebabkan karena pelarut yang digunakan buffer fosfat pH 3,2:metanol 70:30 memiliki kekuatan ionik yang lebih besar dibandingkan fase gerak buffer fosfat pH 3,2:metanol 90:10. Resolusi kromatogram parasetamol dan asam fenobarbiturat yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV. Resolusi pemisahan parasetamol 0,21 mgml dan asam fenobarbiturat 1,5 mgml pada KCKT Buffer fosfat pH 3,2 : metanol Kecepatan alir mlmenit Rep Resolusi Keterangan 1 0,35 2 0,32 3 0,37 X 0,35 1 SD 0,03 Tidak memisah 1 0,28 2 0,3 3 0,33 X 0,30 70 : 30 1,5 SD 0,03 Tidak memisah 1 1,79 2 1,63 3 1,56 X 1,66 1 SD 0,12 Memisah 1 1,7 2 1,65 3 1,55 X 1,63 90 : 10 1,5 SD 0,08 Memisah Berdasarkan data yang diperoleh, komposisi buffer fosfat pH 3,2 : metanol yang dipilih adalah komposisi 90 : 10 karena dapat memisahkan kromatogram parasetamol dan asam fenobarbiturat dengan resolusi yang baik sedangkan pada komposisi 70 : 30 parasetamol dan asam fenobarbiturat tidak dapat memisah. Komposisi fase gerak 90 : 10 mengandung lebih banyak buffer fosfat pH 3,2, sehingga lebih banyak menyumbangkan ion H + yang diperlukan untuk membentuk asam fenobarbiturat. Pada komposisi fase gerak 70 : 30 asam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fenobarbiturat memiliki waktu retensi yang lebih cepat, karena sebagian analit kemungkinan masih berada dalam bentuk garam ion yang lebih menyukai fase gerak, sehingga menyebabkan pemisahannya dengan parasetamol tidak sempurna. Berdasarkan tabel IV, pada komposisi fase gerak 90 : 10, kedua kecepatan alir yang dioptimasi memberikan hasil yang memenuhi persyaratan resolusi 1,5. Akan tetapi kecepatan alir yang dipilih adalah 1,5 mlmenit. Alasan pemilihan ini adalah karena kecepatan alir 1,5 mlmenit memiliki tingkat reprodusibilitas yang lebih baik daripada kecepatan alir 1 mlmenit, hal ini terlihat pada besarnya standar deviasi dari resolusi yang dihasilkan dari tiga kali replikasi. Selain itu, waktu retensi asam fenobarbiturat lebih pendek pada kecepatan alir 1,5 mlmenit dibanding kecepatan alir 1 mlmenit karena adanya tekanan yang lebih besar pada kolom. Hal ini sangat penting untuk efisiensi waktu kerja dalam analisis. Dengan demikian, selanjutnya analisis campuran parasetamol dan natrium fenobarbital dengan metode KCKT menggunakan fase gerak metanol : buffer fosfat pH 3,2 dengan perbandingan 90 : 10 dan kecepatan alir 1,5 mlmenit.

E. Optimasi Penetapan Kadar Parasetamol dan Natrium Fenobarbital

Dokumen yang terkait

Optimasi pemisahan dan penetapan kadar campuran parasetamol dan natrium fenobartial dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 127

Validasi penetapan kadar campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik...[abstrak tidak bisa diupload] - USD Repository

0 3 130

ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

0 1 111

PENETAPAN KADAR CAMPURAN HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM TOPIKAL MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

0 0 100

Optimasi pemisahan campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim merek X menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 146

Skripsi Berjudul OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASPARTAM DALAM MINUMAN SERBUK BERAROMA SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

0 1 130

Optimasi pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

1 2 119

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DENGAN PERBANDINGAN 7:4 MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

1 2 123

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DALAM TABLET MERK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

0 2 110

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KUERSETIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK DALAM TEH HIJAU

0 2 146