Umpan Balik dan Tindak Lanjut

50 Kegiatan Pembelajaran 2

a. Prinsip Perhatian dan Motivasi

Dalam sebuah proses pembelajaran, perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran dirasakan sesuatu yang dibutuhkan oleh siswa dan diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlakukan dalam kehidupan sehari-hari yang akan membangkitkan motivasi siswa. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu cenderung tertarik perhatiannya, sehinga timbul motivasinya untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dengan lebih semangat. Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi intrinsik, adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. 2. Motivasi ekstrinsik, adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukan tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar sungguh-sungguh bukan karena ingin mempunyai pengetahuan yang dipelajarinya, tetapi karena ingin lulus ujian. Keinginan lulus ujian adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Motivasi ekstrinsik terkadang dapat berubah menjadi motivasi intrinsik. Sebagai contoh, seseorang belajar di Fakultas Kedokteran karena menuruti kemauan orang tuanya. Tetapi setelah belajar beberapa waktu akhirnya ia menyenangi profesi sebagai dokter, sehingga ia belajar sungguh-sungguh untuk menguasai pengetahuan untuk menjadi dokter.

b. Prinsip Keaktifan

Pada hakekatnya belajar adalah merupakan proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan pemikiran menjadi lebih baik. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalaminya sendiri. Guru sekedar membimbing dan mengarahkan. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan jiwa yang aktif mengolah informasi, tidak sekedar 51 SD Kelas Tinggi KK B menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik antara lain berupa kegiatan membaca, mendengar, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan. Sedangkan kegiatan psikis antara lain, memecahkan masalah, menyimpulkan suatu percobaan.

c. Pinsip Pengalaman Keterlibatan secara langsung

Prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Pada prinsip ini masing-masing individu haruslah terlibat langsung dengan merasakan dan mengalaminya. Menurut Edgar Dale dalam Rusman, 2015 dalam pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalaman, belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Dengan belajar melalui pengalaman langsung maka siswa secara langsung dapat mengamati dan menghayati. Belajar dengan pengalaman secara langsung dapat menjadikan siswa belajar secara aktif, sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih bermakna. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan pengalaman langsung, tidak hanya keterlibatan secara fisik saja tetapi juga keterlibatan secara emosional. Dengan demikian adanya keterlibatan siswa secra emosional akan menumbuhkan pembentukan sikap dan nilai, misalnya siswa menjadi lebih bertanggung jawab.

d. Prinsip Pengulangan

Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamati, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan yang lainnya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Walaupun ada beberapa pendapat yang tidak selalu sejalan bahwa belajar adalah melalui pengulangan, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

e. Prinsip Tantangan

Penerapan bahan belajar yang dikemas dengan lebih menantang dan mengandung permasalahan yang harus dipecahkan dapat mendorong para siswa merasa tertantang untuk terus mempelajarinya. Penggunaan model atau metode 52 Kegiatan Pembelajaran 2 pemebelajaran tertentu, misalnya discovey learning, metode eksperimen, metode inkuiri juga dapat memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan postif atau negatif juga akan membuat tantangan pada diri siswa sehingga menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran dan berusaha menghindari hukuman.

f. Prinsip Balikan dan Penguatan

Jika siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapat nilai yang baik, maka nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat menjadi operant conditioning atau penguatan positif. Nilai yang diperoleh siswa tersebut dapat sebagai suatu balikan dan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui hasil ulangannya, bagi siswa yang hasil ulangannya jelek akan terdorong untuk lebih giat lagi belajarnya, karena kemungkinan akan takut tidak lulus ujian. Pada siswa yang ulangan baik akan semakin termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

g. Prinsip Perbedaan Individu

Tidak ada dua orang yang sama persis, tiap siswa mempunyai perbedaan satu dengan lainnya. Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama, baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah didalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian dapat mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, dengan kebiasaan-kebiasaan yang hampir sama. Oleh sebab itu pembelajaran klasikal cenderung mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada di antara para siswa. Untuk itu jika guru menggunakan pembelajaran klasikal, hendaknya antara lain menggunakan metode, model atau strategi pembelajaran yang bervariasi, memberikan tugas yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan masing-masing siswa, melaksanakan pengayaan bagi siswa yang sudah menguasai bahan pelajaran dan pembelajaran remedial bagi siswa yang belum mampu.

2. Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Siswa Sekolah Dasar