7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Nyeri 1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan
subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis kalor, listrik dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator
nyeri, antara lain histamin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin Tjay dan Rahardja, 2007.
2. Ambang dan toleransi nyeri
Ambang nyeri adalah tingkat stimulus yang pertama kali dipersepsikan sebagai nyeri Corwin, 2009. Toleransi nyeri adalah kemampuan individu untuk
menahan stimulus nyeri tanpa memperlihatkan tanda fisik nyeri. Toleransi nyeri bergantung pada pengalaman sebelumnya, harapan budaya, serta keadaan emosi
dan fisik individu. Faktor yang menurunkan toleransi nyeri adalah pajanan berulang nyeri, kelelahan, kekurangan tidur, rasa cemas, dan ketakutan Hartwig
dan Wilson, 2006.
3. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, berat ringannya, waktu lamanya serangan dan mekanisme terjadinya:
a. Nyeri berdasarkanA tempatnya: 1 Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
pada kulit, mukosa. 2 Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh viseral. 3 Refered pain, yatu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organstruktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4 Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, dan thalamus.
Asmadi, 2008. b. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
1 Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah. 2 Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3 Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. Asmadi, 2008.
c. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan: 1 Nyeri Akut
Nyeri akut berlangsung secara tiba-tiba dan umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi. Sensasi dari nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan adanya
proses penyembuhan. Nyeri akut memiliki tujuan untuk memperingatkan adanya suatu cedera atau masalah. Nyeri akut umumnya berlangsung
kurang dari enam bulan Muttaqin, 2008. 2 Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermiten dan menetap sepanajang suatu periode waktu.
Keadaan ketidaknyamanaan yang dialami individu dapat berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis memiliki pola yang beragam.
Nyeri ada yang timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu nyeri akan timbul kembali, ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa dan semakin lama intensitasnya meningkat walaupun telah diberikan pengobatan Muttaqin,
2008. d. Nyeri berdasarkan mekanismenya:
1 Nyeri nosiseptif Terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, leukotrien,
prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung.
Nosiseptor dapat menanggapi rangsangan berupa panas, dingin, getaran,
stimulus untuk meregang, dan substansi kimia yang dilepaskan oleh jaringan yang kehilangan oksigen, jaringan yang terganggu atau proses
inflamasi. Nyeri yang ditimbulkan dapat dibagi lagi menjadi nyeri somatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor pada permukaan
jaringan misalnya kulit, mukosa pada mulut dan hidung; serta nyeri viseral, yaitu nyeri yang disebabkan karena aktivasi nosiseptor pada organ
dalam tubuh seperti organ pada rongga perut atau rongga dada WHO, 2012.
2 Nyeri neuropatik Merupakan nyeri yang didahului dan disebabkan adanya kerusakan
dan disfungsi pada sistem saraf di perifer maupun di sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh trauma, kompresi, keracunan toksin, atau gangguan
metabolik. Akibat adanya lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen SSA atau fungsi neuron sensorik yang dalam
keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA mekanisme perifer menjadi abnormal
yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral WHO, 2012.
4. Mekanisme terjadinya nyeri: