Penetapan Kadar Air Pembuatan Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius L.

C. Penetapan Kadar Air

Kadar air ditetapkan dengan metode gravimetri, yaitu dengan membandingkan selisih bobot serbuk daun Macaranga tanarius L. sebelum pengeringan pada suhu 105°C selama 3 jam dengan bobot serbuk setelah pengeringan. Tujuan penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Serbuk simplisia dianggap aman jika memenuhi persyaratan serbuk yang baik yaitu memiliki kadar air kurang dari 10. Pada kadar air mencapai kurang dari 10, dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya, serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu Prasetyo dan Endang, 2013. Penetapan kadar air serbuk Macaranga tanarius L. dilakukan oleh LPPT UGM dengan 2 kali replikasi. Hasil penetapan kadar air yang diperoleh adalah kurang dari 10 dengan rata-rata sebesar 6,66 bb Lampiran 2. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi standar kadar air serbuk yang baik.

D. Pembuatan Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius L.

Pembuatan fraksi diawali dengan proses ekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius L. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi bahan tanaman akan melalui dua proses yang terjadi secara paralel yaitu pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses dari sel yang telah dirusak, dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses difusi Agoes, 2009. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 40 g kemudian dimaserasi menggunakan campuran pelarut metanol dan air masing-masing sebanyak 100 ml. Total bobot serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1200 g. Maserasi merupakan salah satu metode penyarian simplisia dengan menggunakan beberapa macam pelarut pada suhu kamar dan dalam kurun waktu tertentu. Pada tahap maserasi, pelarut akan berdifusi ke dalam sel dan selanjutnya zat aktif akan larut di dalam pelarut hingga tercapai kesetimbangan antara solute dan solven. Untuk mengambil senyawa aktif yang masih tersisa maka dilakukan proses remaserasi sebanyak dua kali, hingga diperoleh warna larutan yang bening. Baik proses maserasi maupun remaserasi dilakukan dengan bantuan shaker selama 72 jam agar solute dan solvent dapat berkontak secara homogen dan mencapai kesetimbangan konsentrasi Puteri dan Kawabata, 2010. Penggojogan dilakukan secara konstan dengan kecepatan putaran 140 rpm agar kesetimbangan konsentrasi antara solute dan solvent dapat lebih mudah tercapai. Lamanya waktu maserasi selama 72 jam merupakan waktu yang optimal untuk mencapai konsentrasi yang setimbang antara solute dan solvent dalam pengambilan senyawa aktif. Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip like dissolves like atau kelarutan senyawa aktif terhadap pelarutnya. Kandungan aktif dalam daun Macaranga tanarius L. yang ingin disari adalah senyawa ellagitannin yang bersifat semipolar, oleh karena itu penyari yang digunakan juga harus memiliki rentang polaritas yang sama, agar dapat menyari senyawa aktif yang diinginkan secara selektif. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah metanol 70 dan air dengan perbandingan 1:1. Pelarut ini dipilih karena campuran alkohol dan air memiliki daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti alkaloida, saponin, dan flavonoid Agoes, 2009. Selain itu, pelarut yang mengandung air akan meningkatkan proses difusi karena adanya perlakuan dengan air akan menyebabkan terjadinya pengembangan sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel. Perbandingan pelarut metanol dan air 1:1 dipilih karena pada perbandingan tersebut dapat mencegah terjadinya ekstraksi klorofil atau zat yang bersifat resin dan polimer yang pada umumnya bukan merupakan bagian penting untuk ekstrak Agoes, 2009. Metanol digunakan pada konsentrasi 70 karena menurut penelitian Lim, Lim dan Yule 2008 , metanol 70 dapat menyari senyawa polifenol dan senyawa antioksidan secara efisien. Hasil maserasi dan remaserasi disaring sehingga diperoleh ekstrak metanol- air daun Macaranga tanarius L. Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain mori dan kertas saring serta menggunakan bantuan corong Buchner dan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan partikel serbuk dan kotoran dengan maserat yang diperoleh. Adanya serbuk dan kotoran akan membentuk endapan ketika ekstrak dikeringkan. Kain mori digunakan sebagai media penyaring untuk mempermudah proses pemisahan serbuk dengan maserat yang akan diambil. Setelah penyaringan dengan kain mori, dilanjutkan dengan menggunakan kertas saring untuk menjamin tidak ada serbuk atau pengotor berukuran kecil yang tercampur dengan maserat. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator. Pemekatan ini dilakukan untuk memisahkan kandungan aktif dengan campuran pelarut metanol-air sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental merupakan masa kental yang mengandung bermacam konsentrasi sisa kelembaban dan kekuatan bahan berkhasiat yang diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan larutan penyarinya secara hati-hati. Pada suhu kamar, ekstrak kental tidak berbentuk cair Agoes, 2009. Suhu yang digunakan untuk menguapkan pelarut adalah 65°C. dengan kecepatan putar 3 rpm. Suhu penguapan yang lebih rendah dibanding titik didih pelarut tetap dapat menguapkan pelarut karena prinsip kerja rotary evaporator yang menggunakan bantuan tekanan dari pompa vakum, sehingga titik didih pelarut di dalam sistem akan lebih rendah, selain itu adanya putaran labu alas bulat menyebabkan panas yang diberikan pada sistem lebih merata. Proses pemekatan dihentikan ketika sebagian besar pelarut telah menguap, yang ditandai dengan tetesan pelarut pada labu penampung yang semakin sedikit, sehingga hanya meninggalkan senyawa aktif yang dituju. Ekstrak kental yang didapat selanjutnya dituang ke dalam cawan porselein yang telah ditimbang sebelumnya. Cawan berisi ekstrak kental diletakkan pada waterbath untuk menguapkan sisa pelarut air, selanjutnya cawan berisi ekstrak dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C selama ± 24 jam hingga didapatkan bobot tetap penyusutan 0. Hasil bobot tetap ekstrak kental yang diperoleh pada penelitian adalah 126,240 gram. Ekstrak kental yang diperoleh difraksinasi dengan cara dimaserasi kembali dengan campuran pelarut yang berbeda. Fraksinasi adalah proses pemisahan berdasarkan kepolaran senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kental daun Macaranga tanarius L. Damayanti dan Suparjana cit Prasetyo,2013. Ekstrak tumbuhan biasanya masih mengandung berbagai senyawa yang tidak diinginkan, antara lain karbohidrat atau senyawa lipid. Untuk mendapatkan senyawa aktif secara selektif, maka dilakukan ekstraksi bertingkat dengan menggunakan pelarut yang memiliki rentang kepolaran yang lebih sempit dibanding pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi. Dalam penelitian ini senyawa yang diinginkan merupakan senyawa ellagitannin. Empat senyawa ellagitannin berupa mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, dan macatannins B memiliki nilai koefisien partisi log P secara berturut-turut adalah 1,65; 1,10; 2,30; dan 2,57. Koefisien partisi merupakan perbandingan konsentrasi yang tetap suatu zat terlarut pada campuran pelarut yang saling tidak bercampur. Zat terlarut akan mendistribusikan dirinya sendiri di antara kedua pelarut berdasarkan afinitasnya pada masing- masing fase. Sama seperti proses ekstraksi, pemilihan pelarut pada proses fraksinasi juga didasarkan pada kelarutan zat aktif pada pelarutnya. Dalam hal ini, kelarutan ditentukan dengan kedekatan nilai log P senyawa aktif dengan pelarut yang digunakan. Pelarut polar memiliki log P ≤ 2, pelarut semi polar memiliki rentang log P 2-4, sedangkan pelarut nonpolar memiliki log P ≥ 4 Holmbreg, 2003. Pelarut yang digunakan dalam proses fraksinasi adalah campuran etanol log P - 0,16 dan heksan log P 3,13 dengan log P campuran 2,97 sehingga dapat menyari senyawa aktif dengan rentang semi polar. Penggunaan campuran pelarut etanol dan heksan diharapkan dapat menyari senyawa ellagitannin berupa senyawa chebulagic acid dan macatannins B yang bersifat semi polar secara lebih spesifik. Tahap selanjutnya adalah proses maserasi dan remaserasi yang masing-masing dilakukan selama 24 jam dengan bantuan shaker agar pelarut dapat berkontak dengan senyawa aktif secara optimal. Remaserasi hanya dilakukan sebanyak 1 kali karena hasil remaserasi telah memberikan larutan berwarna bening sehingga kemungkinan senyawa yang dituju sudah tidak tersari lagi pada pelarut. Larutan hasil maserasi dan remaserasi kemudian disaring dengan bantuan kertas saring dan corong Buchner sehingga didapatkan fraksi cair daun Macaranga tanarius L. penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan fraksi yang didapat dengan pengotor berupa partikel halus dari ekstrak kental. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan antara senyawa aktif dengan campuran pelarut etanol-heksan. Suhu yang digunakan adalah 60°C karena titik didih campuran pelarut etanol dan heksan adalah 58,60 ~ 60°C Agoes,2009. Fraksi yang telah dipekatkan kemudian dituang ke dalam cawan porselein yang telah ditimbang sebelumnya lalu diletakkan pada waterbath untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa. Fraksi kental yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40°C hingga diperoleh bobot tetap dengan penyusutan 0. Jumlah fraksi etenol-heksan ekstrak metanol-air yang diperoleh pada penelitian ini adalah 30,508 gram. Bobot fraksi yang diperoleh digunakan untuk menghitung nilai rendemen yang merupakan perbandingan antara bobot fraksi yang diperoleh dengan bobot serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang digunakan. Hasil perhitungan rendemen adalah 2,55 Lampiran 12.

E. Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 118

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius (L) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 125

Uji analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada mencit betina galur swiss.

1 15 148

Uji antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur swiss terinduksi karagenin.

4 30 192

Uji antiinflamasi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur swiss terinduksi karagenin.

4 13 182

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 133

Efek hepatoprotektif jangka panjang fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas laktat dehidrogenase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 132

UJI AKTIVITAS ANALGESIK FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (KaempferiagalangaL.) DENGAN METODE GELIAT.

1 2 2

Efek antiinflamasi ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss - USD Repository

0 0 101

Efek analgesik ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina Galur Swiss - USD Repository

0 1 96