34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian eksperimental murni bertujuan
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara memberi perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian eksperimental murni dilakukan randominasi yaitu penunjukan
subyek penelitian yang dilakukukan secara acak. Acak lengkap merupakan rancangan penelitian dimana semua subyek uji yang digunakan memiliki kriteria
yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih ke dalam kelompok kontrol maupun perlakuan, sedangkan pola searah merupakan
rancangan penelitian yang memiliki satu variabel bebas yang digunakan Wasis, 2008. Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah dosis fraksi
etanol heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L.
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel utama a. Variabel bebas, adalah dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
b. Variabel tergantung, adalah jumlah geliat yang selanjutnya diolah sebagai
persen proteksi geliat. 2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: 1 Galur, berat badan, dan umur dari hewan uji. Hewan uji yang
digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30
gram, dan berumur 2-3 bulan.
2 Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L., berasal dari lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma, Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
3 Waktu pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada bulan April 2015 di pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB.
b. Variabel pengacau tak terkendali:
1 Keadaan patologi mencit, yaitu kondisi anatomi dan fisiologi mencit yang abnormal.
2 Ketahanan mencit, yaitu kemampuan individu mencit dalam menahan rasa sakit.
2. Definisi operasional
a. Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang
kecil. Daun diambil pada pukul 07.00-10.00 WIB di daerah Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
b. Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. adalah ekstrak kental yang pembuatannya didasarkan pada metode ekstraksi padat cair
Matsunami et al, 2006 dengan cara mengekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius L. melalui proses maserasi menggunakan campuran
pelarut metanol-air.
c. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. merupakan fraksi kental daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh
melalui proses ekstraksi bertingkat dari ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L., kemudian dimaserasi kembali dengan campuran
pelarut etanol-heksan. Metode fraksinasi ini didasarkan pada penelitian Puteri dan Kawabata 2010 yang dimodifikasi melalui proses maserasi
bertingkat menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda. d. Sediaan fraksi daun Macaranga tanarius L. yaitu fraksi etanol-heksan
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang dilarutkan dengan
CMC-Na 1 dalam labu takar 25 mL dan diberikan secara per oral.
e. Dosis pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanariius L. merupakan jumlah fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. yang diperoleh dari penetapan konsentrasi terpekat fraksi sebesar 0,6 gram25 mL atau 2,4 dan hasil
konversi penggunaan pada tikus dengan dosis tertinggi 137 mgkg BB.
f. Pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air secara peroral merupakan pemberian tingkatan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebesar 47,95; 95,9; dan 191,8
mgkgBB dengan menggunakan spuit injeksi oral setelah injeksi asam
asetat 1 secara intraperitoneal dengan selang waktu pemberian 10 menit.
g. Metode induksi rangsang kimia. Metode yang digunakan untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara memberi rangsang
nyeri berupa asam asetat 1 yang diberikan secara intraperitoneal sehingga menimbulkan respon positif berupa geliat yang diamati setiap 5
menit selama 1 jam.
h. Penetapan kriteria geliat mencit. Kriteria geliat mencit yang diamati dan dihitung adalah gerakan menggeliat dengan menarik kedua pasang kaki ke
depan dan ke belakang serta menempelkan perut pada alas tempat berpijak
mencit tersebut kotak kaca pengamatan geliat.
i. Jumlah kumulatif geliat adalah banyaknya geliat yang terjadi akibat pemberian rangsang kimia asam asetat 1 selama 1 jam.
j. Persen proteksi adalah seratus dikurangi jumlah kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol
negatif dikali 100 persen. k. Perubahan persen proteksi adalah jumlah rata-rata persen proteksi
kelompok kontrol positif dikurangi persen proteksi kelompok perlakuan, kemudian dibagi rata-rata persen proteksi kelompok kontrol positif dan
dikali 100 persen.
l. Efek analgesik adalah persen proteksi geliat oleh senyawa uji terhadap rangsang nyeri dari asam asetat yang memenuhi kriteria ≥ 50 Kelompok
Kerja Ilmiah Phyto Medica, 1991.
C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama