stimulus untuk meregang, dan substansi kimia yang dilepaskan oleh jaringan yang kehilangan oksigen, jaringan yang terganggu atau proses
inflamasi. Nyeri yang ditimbulkan dapat dibagi lagi menjadi nyeri somatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor pada permukaan
jaringan misalnya kulit, mukosa pada mulut dan hidung; serta nyeri viseral, yaitu nyeri yang disebabkan karena aktivasi nosiseptor pada organ
dalam tubuh seperti organ pada rongga perut atau rongga dada WHO, 2012.
2 Nyeri neuropatik Merupakan nyeri yang didahului dan disebabkan adanya kerusakan
dan disfungsi pada sistem saraf di perifer maupun di sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh trauma, kompresi, keracunan toksin, atau gangguan
metabolik. Akibat adanya lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen SSA atau fungsi neuron sensorik yang dalam
keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan. Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA mekanisme perifer menjadi abnormal
yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral WHO, 2012.
4. Mekanisme terjadinya nyeri:
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nosiseptor, merupakan ujung-
ujung saraf bebas yang memiliki sedikit myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan yang melebihi nilai ambang tertentu nilai ambang nyeri. Stimulasi
tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi menyebabkan lepasnya histamine, bradikinin, prostaglandin, K
+
, leukotrien, serotonin dan substansi P Hidayat dan Hidayat, 2008.
Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai nyeri yang dapat dirasakan adalah suatu proses elektrofisiologi. Menurut
Timby 2009, ada 4 proses yang mengikuti proses nosiseptitif yaiu: a. Transduksi. Transduksi adalah perubahan rangsangan nyeri noxious stimuli
menjadi aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Mediator nyeri seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien, substansi P, histamine,
dan potassium akan mengaktifkan atau mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman ujung-ujung bebas serat-serat afferent A-
delta dan C. Reseptor-reseptor ini banyak dijumpai di jaringan kulit, periosteum, di dalam pulpa gigi dan jaringan tubuh yang lain. Serat saraf
afferent A-delta dan C adalah serat-serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral ke sistem saraf pusat.
Interaksi antara mediator nyeri dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah proses dari stimulasi dikonversi
menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nosiseptor teraktivasi. Aktivasi nosiseptor merupakan bentuk respon terhadap
stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.
b. Transmisi. Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi
melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke diameter sedang, serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson
pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinothalamic melalui ventral lateral dari thalamus
menuju cortex serebral. c. Modulasi. Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya
mengontrol jalur transmisi nosiseptor tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika terdapat impuls nyeri akan dikontrol oleh
sistem saraf pusat dan impuls nyeri ini ditransmisikan ke bagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan
ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.
d. Persepsi. Persepsi adalah proses yang subyektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi
juga meliputi pengenalan dan mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan
pengalaman nyeri tersebut.
B. Analgesik