sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu.
3. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulisan.Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain
secara tertulis. Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan kepada
orang lain melalui media tulisan.
b. Penilaian keterampilan menulis
Penilaian kemampuan menulis dapat dibuat dalam beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
5
1. Tes Unsur-Unsur Kemampuan Menulis
Bentuk tes ini hanya dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan kebahasaan atau teori-teori tentang menulis, yang termasuk bentuk tes
unsure-unsur kemampuan menulis adalah: tes ejaan dan tanda baca, tata bahasa, menyusun kalimat, teori paragraf, jenis karangan, dan
sebagainya. 2.
Menulis Reproduksi Menulis reproduksi adalah bentuk asesmen menulis yang
dihasilkan dari suatu rangsangan tertentu, kemudian dijadikan bahan dalam tulisan, yang termasuk dalam bentuk tes ini adalah: tes menulis
berdasarkan karangan visual, berdasarkan rangsang suara, dan menulis dengan rangsang buku.
3. Menulis Produksi
Menulis produksi adalah penilaian yang dihasilkan tanpa adanya suatu rangsangan, tapi disusun berdasarkan pada tujuan, bagian, bentuk,
5
Sri Wahyuni dan Abd. Syukur, Asesmen Pembelajaran Bahasa,Bandung:PT Rafika Aditama,2012,h. 37.
atau jenis karangan tertentu, yang termasuk jenis tes produksi adalah: tes menyusun paragraf, tes menulis dengan tema tertentu, tes menulis
karangan bebas, tes menulis laporan,tes menulis surat dan sebagainya.
c. Jenis-Jenis Menulis
1. Menulis Fiksi
Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapat perhatian dari para guru SDMI, karena mempunyai peranan penting dalam membantu siswa dalam
mengembangkan daya khayaldan kecerdasan emosionalnya. Perkembangan kecerdasan intelektul harus dibarengi dengan perkembangan kecerdasan
emosional, agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja, melainkan menjadi manusia yang arif dan bijaksana. Goleman
mengatakan ”Bahwa untuk sekarang, yang sukses dalam kehidupan ini tidak
hanya cerdas intelektual, yang sukses bisa berkarir dan bisa berlanjut hidup umumnya orang yang kecerdasan emosionalnya tinggi”.
6
Mengarang fiksi pada hakikatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi,
cerpen novel dan drama. Dengan dilaksanakannya pembelajaran menulis fiksi di kelas 3 SDMI, diharapkan siswa mampu mengungkapkan daya
emosionalnya yang sesuai dengan lingkungan dan budaya tempat mereka tinggal.
Di sekolah dasar kelas 3 SDMI , pembelajaran mengarang fiksi diajarkan dengan pola bermain. Sapardi Djoko berpendapat bahwa “menulis
atau mengarang adalah bermain- main”.
7
Dengan demikian pembelajaran menulis atau mengarang sastra harus dikemas dalam permainan, agar siswa
mengerjakannya dengan penuh kegembiraan.
2. Menulis Nonfiksi
6
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi, Bandung: UPI Pres,2007, h. 137.
7
Sapardi Djoko Damono dalam Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi, Bandung: UPI Pres,2007, h. 137