Stock Split .1 Pengertian Stock Split

27 Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik negara perusahaan tersebut dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan currency risk atau exchange rate risk. 8. Risiko Negara Risiko ini disebut juga risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. 2.1.9 Stock Split 2.1.9.1 Pengertian Stock Split Menurut Halim 2007, stock split atau pemecahan saham adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya split factor. Stock split merupakan kebijakan para emiten perusahaan go public untuk meningkatkan jumlah saham beredar. Secara teoritis, dampak dari stock split adalah harga saham akan menjadi undervalued, karena jumlah lembar saham yang beredar bertambah. Emiten Universitas Sumatera Utara 28 berharap stock split akan diikuti oleh reaksi positif dari pasar, yakni meningkatnya kembali minat beli bid order para investor. Naiknya bid order diharapkan akan membuat harga saham emiten yang tadinya undervalued akan meningkat kembali beberapa hari setelah pengumuman stock split. Pemecahan saham stock split akan meningkatkan jumlah saham yang diperdagangkan dan secara proporsional akan menurunkan nilai per lembar sahamnya. Stock split merupakan upaya yang dilakukan agar saham terlihat lebih menarik bagi investor, sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran investor. menurut persepsi pasar investor, motivasi utama emiten melakukan stock split bukan untuk aktivitas pengembangan usaha, melainkan untuk aktivitas rekapitalisasi utang jangka panjang. Stock split merupakan aktivitas perusahaan yang memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah sebesar 100.000 lembar saham dengan harga per lembarnya Rp 1.000,00. Maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 100.000 lembar × Rp 1.000,00 = Rp 100 juta. Perusahaan memecah satu lembar saham menjadi dua lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,00 dan jumlah saham beredar menjadi 200.000 lembar. Pengumuman stock split dapat dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan ke publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik Hartono, 2014:632. Universitas Sumatera Utara 29 Menurut Halim 2005, hal-hal berikut perlu diketahui oleh pemegang sahaminvestor sehubungan dengan stock split: a. Rasio pemecahan saham, yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama. Misalnya rasio 2 untuk 1, artinya 2 saham baru ditukar dengan 1 saham lama. b. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa. c. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di bursa. d. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama. e. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian di KSEI.

2.1.9.2 Tujuan Dilakukannya Stock Split

Kebijakan melaksanakan penerbitan stock split dilandasi oleh berbagai bentuk tujuan. Secara umum ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu Fahmi, 2014: 358: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membelimemiliki saham tersebut. 2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham. Universitas Sumatera Utara 30 3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. 5. Menambah jumlah saham yang beredar. 6. Memperkecil risiko yang terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah artinya telah terjadi diversifikasi investasi. 7. Menerapkan diversifikasi investasi.

2.1.9.3 Alasan Melakukan Stock Split

Scott, et al. dalam Fahmi 2014:358 mengemukakan bahwa ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split antara lain: 1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Universitas Sumatera Utara 31

2.1.9.4 Jenis-jenis Stock Split

Menurut Husnan 2005 dalam Napitupulu dan Syahyunan 2013, pada dasarnya stock split dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: 1. Pemecahan Naik Split Up Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecahan 2 : 1. 2. Pemecahan Turun Split Down Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecahan 1 : 2.

2.1.9.5 Teori Stock Split

Secara teoritis, motivasi yang mendasari perusahaan melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkannya tertuang dalam trading range theory dan signaling theory. 1. Trading Range Theory Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham dipecah sehingga meningkatkan daya beli investor dengan tujuan agar pelaku pasar modal tetap banyak yang mau Universitas Sumatera Utara 32 memperjualbelikan saham bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat dalam perdagangan sehingga akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. 2. Signaling Theory Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Pengumuman stock split juga merupakan sinyal bahwa earning dan cash dividend akan meningkat. Peningkatan earning dan cash dividend merupakan salah satu gambaran prospek perusahaan yang positif. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapatkan dampak negatif. Stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang baik yang dapat Universitas Sumatera Utara 33 menanggung biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif. Perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik, yang mencoba memberi sinyal lewat stock split, bukanlah stock split yang akan meningkatkan harga sahamnya, tapi justru menurunkannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan dan Volatilitas Harga Saham Terhadap BID – ASK Spread Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan Stock split di Bursa Efek Indonesia

3 76 92

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisa pengaruh risiko sistematis, likuditas, dan stock split terhadap return saham

0 10 120

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM YANG DIUKUR DENGAN BID-ASK SPREAD DENGAN MEMBANDINGKAN SEBELUM DAN SETELAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 1

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 1 30

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6