Belajar menurut Iskandarwassid bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu
dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.
37
. Disini terlihat bahwa orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Slameto yang menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
38
Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih
tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau
pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus
didukung oleh lingkungannya. Oleh karenanya belajar merupakan kegiatan manusia yang terpenting dan
harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain,
melalui belajar dapat memperbaiki nasib dan mencapai cita-cita yang didambakan.
b. Pengertian Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil
belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif pengetahuan, afektif sikap, dan psikomotorik tingkah laku. Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil
belajar sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes hasil belajar yang
37
Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008 h. 5
38
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995,Cet. Ke-3, h. 2
dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan
sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat
untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti
pelajaran.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi dalam diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku. Dan perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengethuan terhadap suatu
yang dipelajari dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan skor
atau nilai belajar dalam bentuk riil.
Dari berbagai pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, etelah mengalami proses belajar mengajar
dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan, dan tingkah laku pada siswa itu sendiri.
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris.
39
Ketiga ranah tersebut masing-masing memiliki beberapa tingkatan atau jenjang- jenjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kognitif Hasil belajar penguasaan materi kognitif bertujuan untuk mengukur
penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah
yang lebih banyak melibatkan kegiatan mentalotak.
40
Pada tahun 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom menjadi 1
remember, 2 understand, 3 apply, 4 analyze, 5 evaluate, dan 6 create.
41
39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. XI, hal. 22
40
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. I, h. 14.
41
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, h. 14.
Akan tetapi saat ini taksonomi Bloom yang belum direvisi ini masih banyak digunakan oleh masyarakat pendidikan di negara kita.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam domain kognitif oleh Bloom dkk yang belum direvisi ini, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke
dalam enam jenjang kemampuan, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: 1 pengetahuaningatan-knowledge, 2 pemahaman-comprehension, 3
penerapan-aplication, 4 analisis-analysis, 5 sintesis-synthesis, dan 6 evaluasi- evaluation.
Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah,
penjelasannya adalah sebagai berikut: 1 Jenjang kemampuan ingatanhafalan recallC1
Jenjang ini didefinisikan sebagai proses mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari. Pada jenjang ini, siswa dapat menggunakan kata kerja khusus seperti mengemukakan arti atau definisi suatu konsep, menamakan
sesuatu, membuat daftar, memberi nama, mencocokan, menentukan lokasi, mendeskripsikan suatu konsep, menceritakan apa yang terjadi, ataupun
menguraikan apa yang terjadi. 2 Jenjang kemapuan pemahaman comprehentionC2.
Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajarinya, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu ekstrapolasi dan interpolasi
menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri. 3 Jenjang kemampuan penerapanaplikasi applicationC3.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi, prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang
baru, seperti melakukan percobaan, membuat peta, membuat model, menghitung kebutuhan, dan merancang strategi. Biasanya menggunakan kata
kerja khusus seperti mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, memecahkan masalah, meramalkan dan sebagainya.
4 Jenjang kemampuan analisis analysisC4. Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan suatu
materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta
hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. Misalnya siswa dapat menggunakan kata kerja khusus seperti menguraikan, menarik
kesimpulan, mengkaji ulang, mengidentifikasi, membuat diagram, menghubungkan, dll.
5 Jenjang kemampuan sintesis synthesisC5. Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan,
menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya. Kata kerja khusus yang digunakan seperti menggolong-
golongkan, menggabungkan, menyususun, mencipta memikirkan suatu rencana, menceritakan dan sebagainya.
6 Jenjang kemampuan evaluasi evaluationC6. Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai
suatu materi pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Pada jenjang ini, kata kerja khusus yang digunakan umumnya
seperti memberi nilai, memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mempertentangkan, mempertimbangkan kebenaran dan sebagainya
. Untuk menilai atau mengukur aspek penguasaan materi kognitif ini
digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut.
42
b. Afektif Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada
penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Tipe hasil belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian
42
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, hal. 15
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
43
Meurut Moh. Uzer Usman, hasil belajar afektif terbagi dalam lima kategori yaitu:
44
1 Penerimaan
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan
tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. 2
Pemberian respons Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut
secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik. 3
Penilaian Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
sikap dan apresiasi. 4
Pengorganisasian Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkahlaku yang tercermin dalam
suatu filsafat hidup. 5
Karakterisasi Mengacu lepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten dan lebimudadiperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya
dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa. Untuk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan
instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.
43
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30
44
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 35-36
c. Psikomotor Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Simpson dalam Sofyan, menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor
tampak dalam bentuk keterampilan bertindak individu.
45
Terdapat enam tingkatan keterampilan skill yaitu: 1 Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
2 Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3 Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. 4 Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan. 5 Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang sederhana
sampai pada keterampilan yang kompleks. 6 Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
46
Selain itu Dave dalam Uzer Usman, mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam lima kategori, yaitu:
47
1 Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2 Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkahlaku saja.
45
Ahmad Sofyan, dkk., Op. Cit, h. 23
46
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30-31
47
Drs. Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 35-36
3 Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4 Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepatdan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5 Pengalamiahan Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud hasil
belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian
yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir materi. Asumsinya adalah pengetahuan yang diajarkan oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat
diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat menggambarkan hasil pengajaran.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar