eksperimen sebanyak 5 orang mendapatkan nilai pada interval 56-62, pada kelas kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan
nilai pada interval 63-69, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 7 orang mendapatkan nilai pada interval 70-75, pada kelas
kontrol sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas kontrol 35. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen 75 dan pada kelas kontrol 70. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 59, siswa yang mendapat nilai diatas
rata-rata sebanyak 50, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 50. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 53,7, siswa yang
mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 45,16, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 54,84.
Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kedua kelas mengalami peningkatan. Tetapi kelas eksperimen mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
C. Rekapitulasi
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Data Pretest
Posttest Eksperimen
Kontrol Eksperimen
Kontrol
Skor Max 40
40 75
70 Skor Min
20 15
40 35
Rata-rata 29,53 28,93
59 53,37
Median 30 29,25
57,5 51,75
Modus 25 30,75
54,83 49,7
SD 5,56 7,27
9,76 7,83
D. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Sebelum dilakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai posttest
Kelas X MM1 sebagai kelompok eksperimen dan data nilai posttest Kelas X MM 2 sebagai kelompok kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data
digunakan rumus Uji Kai Kuadrat chi square test. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada Lampiran 10. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari
perhitungan tersebut.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat No
Data Nilai
X
2 hitung
Nilai X
2 tabel
Keputusan
1 Nilai Posttest
Kelas X MM 1 Kelompok A
7,8187 11,34
Data berdistribusi normal
2 Nilai Posttest Kelas X MM 2 Kelompok B
4,1231 11,34
Data berdistribusi normal
Nilai X
2 tabel
diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 95. Kolom keputusan dibuat berdasarkan pengujian hipotesis
normalitas yaitu jika X
2 hitung
≤ X
2 tabel
maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X
2 hitung
X
2 tabel
maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai X
2 hitung
kedua data lebih kecil dari nilai X
2 tabel
. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, uji homogenitas juga
diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhapada kedua data nilai posttest
. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji F. Kriteria
pengujian yang digunaka yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen apabila
F
hitung
≤ F
tabel
di ukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Perhitungan Uji F ini disajikan pada Lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas No
Data Nilai
Varians Nilai
F
hitung
Nilai F
tabel
Keputusan
1 Nilai Posttest Kelas X MM 1
Kelompok A 95,2576
1,5537 1,8004 Kedua data
homogen 2 Nilai Posttest
Kelas X MM 2 Kelompok B
61,3089
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 α = 0,05 dengan derajat
kebebasan dk = 1 untuk kedua kelompok penelitian. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai F
hitung
kedua data lebih kecil dari nilai F
tabel
. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data homogen.
3. Uji Analisis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian analisis atau
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Perhitungan untuk menentukan nilai t
hitung
disajikan pada Lampiran X. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai t
hitung
adalah 2,5213. Nilai t
tabel
pada taraf signifikansi 95 α =0,05 nilai t
tabel
adalah 1,99986. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t
hitung
berada di daerah penerimaan H
a
, yaitu t
hitung
t
tabel
. Dengan demikian H
o
ditolak dan H
a
diterima, hal ini menunjukan bahwa
terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
E. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, semua
indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap pembelajaran, dan terdapat lima tahap pembelajaran. Berdasarkan lima tahap
pembelajaran ini dikembangkanlah menjadi 16 indikator yang akan diobservasi. Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 2 sedangkan data hasil
obsevasinya terdapat pada Lampiran 13. Pengembangan indikator dari setiap pembelajaran tidak selalu sama jumlahnya, melainkan bergantung pada peranan
tahap pembelajaran terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi
No Tahap Pembelajaran
Jumlah Indikator
yang Tercapai
Jumlah Indikator
yang Tidak Tercapai
Inkuiri
1 Orientasi siswa pada masalah
9 3
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
6 2 3 Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok 14 6
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
7 5 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
9 3
Jumlah
45 70,31
19 29,69
Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi tentang ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap indikatornya
ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Nilai persentase diperoleh dari perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah indikator seluruhnya.
Tabel 4.5 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan Model
Pembelajaran Pertemuan Ke-
Jumlah 2
3 4
5 Inkuiri
9 10 13 13 45 56,25
62,5 81,25
81,25 70,31
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Hal ini menunjukan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang materi pokok gerak.
Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan yang signifikan.
Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 59
dan kelas kontrol sebesar 53. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t
hitung
t
tabel
, yaitu nilai t
hitung
adalah 2,52. Nilai t
tabel
pada taraf signifikansi 95
α =0,05 adalah 1,98. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
Keadaan ini menggambarkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep gerak lebih baik dengan menerapkan pembelajaran ikuiri, karena menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan yang tidak menerapkan pembelajaran ikuiri konvensional. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh I Kade Suardana, dalam penelitiannya yang berjudul penilaian portopolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquairi terbimbing di smp negeri 2 singaraja,
diketahui model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak dan gaya.
1
1
I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Inquairi Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja
. Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan, desember 2007
Temuan yang diperoleh selama penelitian, bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dinyatakan kurang berhasil, walaupun hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa. Indikasi ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest
yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 59. Hal ini memberikan informasi bahwa inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki keunggulan dan juga kelemahan.
Diduga hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa kurang berhasil. Faktor tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu sehingga pembelajaran
kurang maksimal, karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran sederhana dan sebagainya. Model inkuiri menuntut siswa
untuk melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan diterapkan inkuiri,
dibiasakan menggunakan inkuiri selama beberapa waktu sebelum dilakukan penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter inkuiri.
Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan The Law of Exercise
yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering
sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang
digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka
siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman dengan model tersebut.
2
Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dari model yang baru
tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan. Inkuiri merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar
kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Inkuiri
merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta
2
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http:wangmuba.com20090221teori-
psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan
didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan pada satu
persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses belajar mengajar. Awalnya guru memberikan sebuah konsep
permasalahan yang nantinya akan ditemukan penyelesaiannya oleh siswa melalui model pembelajaran tersebut, setiap kelompok merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Perlu diperhatikan juga bahwa model pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa indikator keberhasilan, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan
siswa melihat perkiraan, proses berpikir dalam memecahkan masalah sebuah permasalahan, mengemukakan pendapat, melontarkan pertanyaan, memberikan
kesempatan kepada anggota lainnya untuk berargumen, dan kerjasama siswa dalam proses belajar. Jika peneliti melihat bahwa siswa telah memenuhi indikator
tersebut, dengan demikian dapat dikategorikan metode pembelajaran tersebut berhasil diterapkan.
Model pembelajaran inkuiri juga memiliki beberapa kelebihan buat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar diantaranya yakni mendorong adanya
komunikasi dan hubungan antara guru dan siswa, meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa mengenai masalah-masalah kemasyarakatan
atau lingkungannya, mendidik siswa memiliki kemampuan merepleksi pengalaman belajarnya sehingga pengalaman belajar yang tersimpan dalam
memorinya akan tertahan lebih lama karena telah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui, memahami diri sendiri, melakukan dan belajar
bekerjasama dengan teman-temannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan membuat siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik setelah siswa
mengalami proses pembelajaran dengan model inkuiri. Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri dapat dilihat juga dari hasil observasi.
Nilai observasi adalah nilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan apakah terlaksana dengan baik atau tidak . Berdasarkan hasil observasi,
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan model inkuiri berlangsung
baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase pencapaian indikator pada setiap pertemuan. Pencapaian indikator pada pertemuan kedua yaitu sebesar 56,25.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 9 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 7. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan kurang begitu baik karena pencapaian indikator baru mencapai 56,25. Hal tersebut diduga karena siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, sehingga kegiatan pembelajaran kurang begitu baik.
Pada pertemuan ketiga, persentase pencapaian yaitu sebesar 62,25. Pada pertemuan ini mengalami peningkatan sekitar 6 dari pertemuan sebelumnya.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan ketiga yaitu sebanyak 10 indikator, indikator yang tidak tercapai sebanyak 6. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 62,25. Hal ini dikarenakan siswa sudah sedikit
terbiasa dengan model pmbelajaran yang diterapkan. Pada pertemuan keempat, persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25. Pada
pertemuan ini mengalami kenaikan lagi dari pada pertemuan sebelunya sebanyak 19. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan keempat yaitu sebanyak
13 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan keempat ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan
berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 81,25. Hal ini dikarenakan siswa sudah benar-benar terbiasa dan sudah memahami kegiatan-
kegiatan apa yang harus mereka lakukan selama pembelajaran. Pada pertemuan kelima, Persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kelima sama seperti pada pertemuan keempat yaitu sebanyak 13 indikator dan indikator yang tidak tercapai
sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan kelima ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai
81,25. Hal ini dikarenakan siswa sudah menikmati dan tidak lagi kaku dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Dari kelima pertemuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencapaian indikator berlangsung stabil dan meningkat. Hal itu dapat terlihat dari persentase
ketercapaian indikator dari angka 56,25 pada pertemuan kedua meningkat menjadi 81,25 pada pertemuan kelima. Walaupun demikian ada beberapa hal
yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut, yaitu: alokasi waktu jam pelajaran yang sangat singkat menyebabkan
kekurangoptimalan dalam melakukan penelitian dan belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran inkuiri, dan walaupun metode yang digunakan sebagian
besar adalah eksperimen namun tetap saja peran guru sebagai pemberi informasi masih dominan.
Berdasarkan data di atas, dapat disimplkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran ikuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep gerak di SMK Bakti Idhata Cilandak, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan antara kelas kontrol yang diberi perlakuan
metode konvensional dengan kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran inkuiri, dan juga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dilihat
dari hasil posttest pada kelas eksperimen yang meningkat dan hasil uji analisis yang menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Hasil observasi juga menun jukan pelaksanaan pembelajaran dikelas yang menggunakan inkuiri berlangsung baik, karena
persentase pencapaian indikator dari keseluruhan total pertemuan sebesar 70,31.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan dimasa mendatang.
1. penerapan model inkuiri dapat digunakn sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Untuk
itu, untuk penelitian selanjutnya, disaranka untuk mencoba menerapkan model inkuiri pada pokok bahasan lain, misalnya pada pokok bahasan listrik dan
optik. 2. untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model inkuiri dilakukan pembiasaan penerapan inkuiri terlebih dahulu. Misalnya, dalam
beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan inkuiri sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan
mengikuti proses pembelajaran.
62