Persepsi Faktor-Faktor Fisik Lingkungan Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Di PT. Smart, Tbk

(1)

PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN

DI PT. SMART, TBK

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MAULANA IMAM F.A NIM. 050403021

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan penerimaan hasil olahan kelapa sawit dari pelanggan dan proses penyaluran ke armada laut sebagai pengangkutan untuk kegiatan ekspor. Semakin meningkatnya kegiatan ekspor hasil olahan kelapa sawit maka pertumbuhan perusahaan sejenis akan meningkat.

Penelitian mengenai faktor fisik lingkungan kerja di PT. SMART, Tbk. ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa di lapangan seorang pekerja dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik lingkungan kerja seperti kebisingan, fasilitas keselamatan, penerangan di tempat kerja, radiasi, tekanan udara tinggi dan rendah, warna, dan getaran mekanis. Faktor-faktor tersebut berdampak negatif bagi perusahaan, karena kenyataannya kondisi lingkungan kerja di lapangan masih banyak yang kurang sesuai dan sangat mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menilai pengaruh

faktor-faktor fisik lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan di PT. SMART, Tbk. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 responden dimana responden ditujukan pada karyawan di bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP).

Dengan adanya pengolahan data ini, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor fisik lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kinerja karyawan di bagian expeller plant dan Waste Water

Treatment Plant (WWTP).


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penelitian dilaksanakan di PT. Smart, Tbk. yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Tugas sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini berjudul “PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR FISIK

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA

KARYAWAN DI PT. SMART, TBK”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2011


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekertaris Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Pak Ir. SUGIH ARTO PUJANGKORO, MM. selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Pak Ikhsan Siregar, ST. M.Eng selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

5. Pak Khalil selaku perwakilan dari PT. Smart, Tbk.Medan.

6. Teman-teman seperjuangan Arih, Rahmi, Adel, Jhon, Antoni, Yogi dan teman-teman angkatan 2005 di Departemen Teknik Industri USU selaku tempat untuk bertukar informasi dan berbagi untuk permasalahan Tugas Akhir dan akademik/non akademik lainnya.

7. Bang Bowo atas dukungan moralnya yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR . ... v

UCAPAN TERIMA KASIH . ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL . ... xiii

DAFTAR GAMBAR . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xv

I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2


(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Struktur Organisasi ... II-3 2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-11 2.5.1. Tenaga Kerja ... II-11 2.5.2. Jam Kerja ... II-12 2.6. Proses Produksi ... II-13 2.6.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ... II-14 2.6.1.1. Bahan Baku. ... II-14 2.6.1.2. Bahan Penolong. ... II-14 2.6.1.3. Bahan Tambahan. ... II-15 2.6.2. Uraian Proses ... II-16

III. LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Definisi Lingkungan Kerja... III-1 3.2. Manusia dan Pekerjaan ... III-3 3.3. Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja ... III-3

3.4. Faktor-faktor Sosial dan Keorganisasian dalam

Produktivitas ... III-5 3.5. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Pekerjaan ... III-7 3.6. Faktor-Faktor Fisik Lingkungan Kerja ... III-7


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.6.1. Kebisingan ... . III-7 3.6.2. Cuaca Kerja ... . III-9 3.6.3. Penerangan di Tempat Kerja ... . III-12 3.6.4. Radiasi ... . III-13 3.6.5. Tekanan Udara Tinggi dan Rendah ... . III-14 3.6.6. Warna ... . III-15 3.6.7. Getaran Mekanis... . III-16 3.7. Produktivitas Kerja ... III-17 3.7.1. Pengertian Produktivitas ... . III-17 3.7.2. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Produktivita s III-18 3.8. Penelitian Survei ... III-18 3.8.1. Metode Penelitian ... . III-18 3.8.2. Desain Riset ... . III-19 3.8.3. Kuesioner ... . III-20 3.9. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... . III-24 3.9.1. Uji Validitas ... . III-24 3.9.2. Reliabilitas ... . III-35 3.10. Metode Importance-Performance Analysis ... . III-36 3.11. Analisis Tingkat Kerusakan Pasar (Market Damage


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN . ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7. Metode Pengolahan Data ... IV-3 4.8. Analisis Penelitian ... IV-3

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Pengumpulan Data. ... V-1 5.1.1. Kuesioner. ... V-1 5.1.2. Data Kuesioner untuk Kinerja. ... V-4 5.1.3. Data Kuesioner untuk Harapan. ... V-6 5.1.4. Data Kuesioner Perhitungan MDA Satisfaction

Index, dan Switching Index. ... V-7 5.2. Pengolahan Data. ... V-9 5.2.1. Kuesioner. ... V-9 5.2.2. Uji Validitas ... V-10


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.1. Uji Validitas Data Kinerja. ... V-10 5.2.2.2. Uji Validitas Data Harapan... V-21 5.2.3. Uji Realibilitas. ... V-32 5.2.4. Perhitungan Tingkat Kesesuaian Responden. ... V-34 5.2.5. Diagram Kartesius Penilaian Kinerja Produk/

Jasa dengan Harapan. ... V-37 5.2.6. Pengelompokan Responden berdasarkan

MDA (Market Damage Analysis). ... V-39 5.2.7. Switching Index. ... V-41 5.2.8. Satisfaction Index. ... V-42 5.2.9. Pendapat Responden tentang Lingkungan Kerja

dan Produktivitas. ... V-34

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH . ... VI-1 6.1. Uji Validitas Kinerja dan Harapan... VI-1 6.2. Uji Reabilitas... ... VI-1 6.3. Penilaian Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produktivitas Karyawan PT. SMART, Tbk. Medan... . VI-2 6.4. Analisa terhadap Market Damage Analysis (MDA)... .. VI-5 6.5. Analisa terhadap Switching index... ... VI-5


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.6. Analisa terhadap Satisfaction index... ... VI-5 6.7. Penilaian Adanya Hubungan Antara Lingkungan Kerja

dengan Produktifitas dan Konsentrasi Kerja... ... VI-6

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Rincian Tenaga Kerja di PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 7 3.1. Skala Intensitas Kebisingan ... III – 9 5.1. Kuesioner Hal-Hal yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. ... V – 3 5.2. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot untuk Kinerja Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 3 5.3. Data Kuesioner yang Telah Diberi Bobot untuk Harapan Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 5 5.4. Hasil Pengumpulan Data untuk Perhitungan SwI, dan SI ... V – 7 5.5. Data Uji Validitas Kinerja Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 9 5.6. Data Uji Validitas Harapan Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 20 5.7. Perhitungan untuk Uji Realibilitas ... V – 32 5.8. Tingkat Kesesuaian Antar Tingkat Kinerja dan Tingkat

Kepentingan Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 35 5.9. Rata-Rata Variabel dari Penilaian Kinerja dan Penilaian Tingkat


(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Data Kuesioner Perhitungan MDA ... V – 39 5.11. Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas dalam Bekerja... V – 42


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 5 2.2. Skema Proses Produksi Pembuatan Minyak Goreng pada PT. SMART, Tbk. Medan ... II – 13 3.1. Tiga Pandangan Mengenai Efektivitas Organisasi... III – 6 3.2. Desain Riset ... III – 20 5.1. Diagram Kartesius Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan

Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... V – 39

6.1. Diagram Kartesius Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja PT. SMART, Tbk. Medan ... VI – 4


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L – 1 2. Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal ... L – 2 3. Ordinates of The Standard Normal Distribution ... L – 3 4. Areas in The Tail of The Standard Normal Distribution ... L – 4


(15)

ABSTRAK

PT. SMART, Tbk. Medan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu kegiatan penerimaan hasil olahan kelapa sawit dari pelanggan dan proses penyaluran ke armada laut sebagai pengangkutan untuk kegiatan ekspor. Semakin meningkatnya kegiatan ekspor hasil olahan kelapa sawit maka pertumbuhan perusahaan sejenis akan meningkat.

Penelitian mengenai faktor fisik lingkungan kerja di PT. SMART, Tbk. ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa di lapangan seorang pekerja dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik lingkungan kerja seperti kebisingan, fasilitas keselamatan, penerangan di tempat kerja, radiasi, tekanan udara tinggi dan rendah, warna, dan getaran mekanis. Faktor-faktor tersebut berdampak negatif bagi perusahaan, karena kenyataannya kondisi lingkungan kerja di lapangan masih banyak yang kurang sesuai dan sangat mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menilai pengaruh

faktor-faktor fisik lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan di PT. SMART, Tbk. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 responden dimana responden ditujukan pada karyawan di bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP).

Dengan adanya pengolahan data ini, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor fisik lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kinerja karyawan di bagian expeller plant dan Waste Water

Treatment Plant (WWTP).


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. SMART, Tbk. Medan bergerak dalam bidang pengolahan Crude Plam Oil (CPO) sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit, baik yang berada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara.

Produk yang dihasilkan dari pengolahan Crude Palm Oil (CPO) ini adalah minyak goreng RBDOL (Refined Balched Deodorized Olein) atau disebut juga olein sebagai produk utama dan RBDST (Refiened Balched Deodorized Stearin) atau disebut juga stearin serta PFAD (Palm Fatty Acid Destilate) sebagai produk sampingan.

Proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan dikategorikan atas dua proses, yaitu :

1. Proses refinery, yaitu proses pemisahan fatty acid dan proses menghilangkan bau yang disebut deodorized.

2. Proses fraksinasi, merupakan proses pemisahan fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein) dengan cara kristalisasi dan filtrasi.

Produk berupa RBDOL (Refined Blached Deodororized Olein) dipasarkan di dalam negeri dalam kemasan bermerek “Filma”, yang diproduksi dan diolah oleh pabrik PT. SMART, Tbk. Medan. Olein ini selain dijual kepada masyarakat umum dalam negeri juga banyak yang diekspor ke luar negeri.


(17)

Dengan alasan ini PT. SMART, Tbk. Medan harus benar-benar menjaga mutu produksi perusahaan tersebut supaya dapat dijaga kestabilan serta aman untuk dikonsumsi.

Lingkungan kerja merupakan faktor yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan yaitu hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan mesin dan manusia dengan lingkungannya (kondisi kerja).

Penelitian mengenai faktor fisik lingkungan kerja di PT. SMART, Tbk. ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa di lapangan seorang pekerja dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik lingkungan kerja seperti kebisingan, fasilitas keselamatan, penerangan di tempat kerja, radiasi, tekanan udara tinggi dan rendah, warna, dan getaran mekanis. Faktor-faktor tersebut berdampak negatif bagi perusahaan, karena kenyataannya kondisi lingkungan kerja di lapangan masih banyak yang kurang sesuai dan sangat mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hal-hal itulah yang ada pada PT. SMART, Tbk. dimana faktor-faktor fisik lingkungan kerja tersebut sangat mempengaruhi kinerja karyawan dalam bekerja.

Melalui penelitian ini dapat dilihat aspek mana saja dari faktor lingkungan kerja yang dapat menyebabkan perbedaan produktivitas kerja dan keefektifannya pada PT. SMART, Tbk. sehingga dapat diperoleh sistem kerja yang lebih baik dan efisien.


(18)

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu menilai kondisi fisik lingkungan kerja pada PT. SMART, Tbk. dan melihat hubungan antara faktor-faktor fisik lingkungan kerja dengan peningkatan kinerja karyawan pada PT. SMART, Tbk.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi dua yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menilai

pengaruh faktor-faktor fisik lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan di PT. SMART, Tbk.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya presentase pengaruh faktor-faktor fisik

lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan.

2. Memberikan informasi tentang lingkungan kerja yang ada hubungannya

dengan peningkatan kinerja karyawan yang perlu diperbaiki oleh pihak

perusahaan sehingga dapat lebih meningkatkan produkstivitas kerja di PT. SMART, Tbk.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Memberi masukan bagi perusahaan mengenai faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kinerja dari karyawan di PT. SMART, Tbk.

2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada perusahaan.

3. Dapat mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departeman Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian agar penelitian tersebut mampunyai ruang lingkup pembahasan yang jelas. Dalam penelitian ini batasan permasalah yang dipergunakan adalah:

1. Penelitian dilakukan pada lingkungan kerja bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) perusahaan untuk menentukan tingkat kinerja karyawan.

2. Akibat keterbatasan waktu, maka data untuk penilaian karyawan diperoleh dari kuesioner yang disebarkan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) yang ada di PT. SMART, Tbk.


(20)

3. Dalam penelitian ini, yang akan diukur adalah 2 faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu:

a. Hubungan manusia dengan mesin. b. Hubungan manusia dengan lingkungan.

4. Analisis dilakukan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui hasil dari studi literatur serta kuesioner.

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk pembahasan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Mesin dan peralatan kerja berada dalam kondisi baik.

2. Kondisi fisik pekerja dinilai bekerja dengan baik, tidak ada tekanan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, batasan permasalahan, asumsi-asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang mendukung permasalahan dan teori lingkungan kerja serta produktivitas kerja.


(21)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara pengumpulan data kuesioner yang ada. Disamping itu, juga diupayakan untuk penilaian faktor-faktor fisik lingkungan kerja terhadap produktivitas karyawan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. SMART, Tbk. Medan termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Didalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. Medan mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di Kawasan Berikat Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Ujung Baru, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Medan.

Keberadaan PT. SMART, Tbk. Medan awalnya adalah PT Ivo mas Tunggal yang berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng dan sterin. Pada tempat yang sama tahun 1986 berdiri PT. SMART Corporation dengan pengolahan Palm Kernel (PK) menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan dengan perkembangan usaha, maka sejak tahun 2000 kedua perusahaan dilebur menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART, Tbk.

Pemodalan yang dimiliki PT. SMART, Tbk. adalah pemodalan dalam negeri dengan pemasaran produk adalah dalam negeri dan ekspor. Pada saat ini PT. SMART, Tbk. Medan didukung oleh 599 orang. Kapasitas produksi rata-rata


(23)

per tahun untuk produk utama yaitu Refined Bleached Deodorized Stearin (RBD Stearin) dan Refined Bleached Olein (RBD Olein), pada industri pengolahan minyk sawit menjadi minyak goreng masing-masing adalah 270.000 ton/tahun dan 90.000 ton/tahun, sedangkan untuk produksi lainnya adalah Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton/tahun.

Dalam keseluruhan pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan produknya, terdapat beberapa proses utama yang dijalankan di PT. SMART, Tbk. Medan yaitu Refinery plant, Fractination Plant, Margarine Plant dan Filling Plant. Dengan proses tersebut dihasilkan produk non-branded dan product branded yang merupakan produk perusahaan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. SMART, Tbk. Medan bergerak dalam bidang pengolahan Crude Plam Oil (CPO) sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit, baik yang berada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara.

Produk yang dihasilkan dari pengolahan Crude Palm Oil (CPO) ini adalah minyak goreng RBDOL (Refined Balched Deodorized Olein) atau disebut juga olein sebagai produk utama dan RBDST (Refiened Balched Deodorized Stearin) atau disebut juga stearin serta PFAD (Palm Fatty Acid Destilate) sebagai produk sampingan.

Proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan dikategorikan atas dua proses, yaitu :


(24)

3. Proses refinery, yaitu proses pemisahan fatty acid dan proses menghilangkan bau yang disebut deodorized.

4. Proses fraksinasi, merupakan proses pemisahan fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein) dengan cara kristalisasi dan filtrasi.

Produk berupa RBDOL (Refined Blached Deodororized Olein) dipasarkan di dalam negeri dalam kemasan bermerek “Filma”, yang diproduksi dan diolah oleh pabrik PT. SMART, Tbk. Medan. Olein ini selain dijual kepada masyarakat umum dalam negeri juga banyak yang diekspor ke luar negeri. Dengan alasan ini PT. SMART, Tbk. Medan ditutut untuk benar-benar menjaga mutu produksi perusahaan tersebut supaya dapat dijaga kestabilan serta aman untuk dikonsumsi.

2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu.

Struktur organisasi bagi perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan serta dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.

Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang


(25)

tindih dalam perintah dan tanggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan.

Dalam rangka mencapai efektifitas dan efisiensi kerja yang baik, PT. SMART, Tbk. Medan telah berusaha menciptakan pengendalian intern yang sesuai dengan menyusun unit-unit kerja yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Struktur organisasi PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan struktur staff lini fungsional.


(26)

Personnel & General

Affairs Department Manufacturing Department Commercial Department

General Manager

Management Representative/ Koordinator Food Safety

Finance & Accounting

Department CBS Department

V. Team Operations

Quality Management Department Engineering Section Purchasing Section Production Section Marsho Plant Section Warehouse Section PPIC Section Process Engineering Section Operation Section Quality Control Section Customer & Supplier Compliance Section CA Documentation & Assessment Section Bulk Trading Section Logistic Section Bulking Belawan Section Personnel Section General Admin Section Environment Health, Fire, Safety Section Weigh Bridge Unit Tank Farm Unit Terminal PK Unit Terminal CPO Unit Maintena nce Unit Mechan ic Sub Unit Utility Unit Electric Sub Unit Power house Sub Unit Boiler House Sub Unit Spare Part Unit Packaging Material & Chemical Unit Margarine & Fat Unit

Filling Unit Refinery & Fractionat ion Unit Refine ry Sub Unit Kernel Crushing Unit Fractio nation Sub Unit Prebgi ng Sub Unit Storage Sub Unit OTO Unit Installati on Unit Logistic Trading Unit Finished Goods Unit Trading Palm Unit Trading Lauric Unit Admin Local Unit Admin Export Unit NOTE:

Not involved in the QMS

Sumber: PT. Smart, Tbk.


(27)

Struktur organisasi staff lini fungsional merupakan suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya. Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personel dalam organisasi tersebut. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh PT. SMART, Tbk. Medan adalah hubungan berbentuk garis dan staf dimana atasan langsung berfungsi sebagai pengawas terhadap bawahannya. Dalam menjalankan struktur organisasinya ada pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staff dan pelaksana. Dalam melakukan pengambilan keputusan lebih mudah dicapai karena anggota-anggota staff yang ahli dalam bidangnya yang dapat memberi nasehat dan mengerjakan perencanaan yang teliti, koordinasi dapat dengan mudah dikerjakan karena sudah ada pembidangan masing-masing.

2.4. Uraian Tugas,Wewenang dan Tanggung Jawab

Organisasi perusahaan merupakan wadah perusahaan yang mendayagunakan sumber-sumbernya. Wadah ini menetapkan kegiatan yang perlu dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan personel-personel yang menduduki


(28)

jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, di mana masing-masing personel diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap jabatan diberi gambaran dan batasan tugas serta tanggung jawab pada masing-masing struktur organisasi.

Untuk lebih jelasnya tugas dan tanggung jawab secara umum dari masing-masing staff diuraikan sebagai berikut:

1. General Manager

a. Menyusun rencana dan program kerja perusahaan yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, kegiatan pemasaran, anggaran perusahaan, dan ekspansi perusahaan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

b. Menentukan jalannya perusahaan.

c. Menetapkan dan mengawasi tugas-tugas yang akan dilimpahkan kepada para manager.

d. Berwewenang terhadap semua pengeluaran dan pemasukan uang dalam perusahaan dalam pemakaian dan pengadaan bahan baku, mesin, peralatan dan tenaga kerja.

e. Berwewenang terhadap semua karyawan di perusahaan. f. Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan.

2. Mnufacturing Department

a. Membantu General Manager dalam penyajian informasi dan pengambilan keputusan untuk pengelolaan aktivitas operasional pabrik.


(29)

b. Mempertahankan dan mengembangkan kualitas pelaksanaan program produksi, baik dari segi material maupun dari segi teknik pelaksanaan proses produksinya.

c. Merencanakan dan mengawasi jadwal produksi yang telah disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

d. Merencanakan dan mengawasi kebutuhan material dalam proses produksi. e. Mengawasi, mengkoordinir dan memberikan pengarahan terhadap

karyawan sesuai dengan pekerjaan yang dihadapinya.

f. Memonitor kegiatan pabrik, mengumpulkan informasi dan melakukan penelitian terhadap laporan yang diberikan bawahannya.

g. Membuat perencanaan jalannya proses produksi dan materi kegiatan dalam produksi.

h. Melakukan koordinasi dengan departemen terkait yang berhubungan dengan kegiatan produksi.

i. Menangani seluruh masalah yang timbul di dalam maupun di luar produksi yang berhubungan dengan produksi.

3. Commercial Department

a. Memimpin, mengkoordinasi dan mengorganisasikan operasional persusahaan yang meliputi perkapalan, penimbunan, peneriamaan dan pengeluaran minyak.

b. Memastikan bahwa semua kegiatan di departemen berlangsung dengan baik dan lancar.


(30)

c. Mengawasi kesusutan minyak yang mungkin terjadi di kapal maupun di tangki penimbunan.

d. Mengadakan koordinasi dengan tiap divisi untuk meningkatkan masa pekerjaan seoptimal mungkin.

4. CBS Department

a. Merencanakan dan melakukan pengawasan administrasi mulai dari bahan baku, produk, bahan penunjang dan suku cadang.

b. Melakukan penyediaan, pemindahan dan pembagian tugas untuk menunjang segala aktivitas pabrik.

c. Melakukan koordinasi dengan departemen lain.

5. Quality Management Department

a. Menentukan kelayakan dan spesifikasi dari sutu bahan baku dan bahan penolong yang akan dipakai dalam proses produksi.

b. Merencanakan dan menentukan suatu pengontrolan mutu baik bahan baku maupun produk yang dihasilkan.

c. Menjamin dan merencanakan kelangsungan suatu proses produksi berdasarkan kontrol mutu produksi.

d. Menentukan informasi atau data mengenai formula kepada pihak produksi agar proses produksi dapat berjalan lancar dan efektif.


(31)

6. Finance & Accounting Department

a. Memimpin, mengkoordinasi dan menyelenggarakan pelayanan umum dari administrasi yang efektif dan efisien.

b. Mengawasi pembelian serta pengeluaran pajak dan kegiatan kebersihan lingkungan guna mendukung kelancaran kegiatan produksi.

c. Menyetujui pembelian keperluan kantor, mess dan penginapan tamu yang bersifat rutin.

d. Mempersiapkan kebutuhan bagi tamu-tamu perusahaan.

7. Personnel & General Affairs Department

a. Mengkoordinasikan penyusunan laporan manajemen serta mempertanggungjawabkan keakuratan dan kebenaran data serta ketepatan waktu penyampaiannya.

b. Memantau pemakaian tenaga kerja, biaya, barang dan bahan di semua bidang sesuai dengan kebijakan manajer dan ketentuan norma yang berlaku.

c. Menyusun dan membuat permintaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pabrik.

d. Melaksanakan penyelenggaraan administrasi penggajian dan tunjangan sosial karyawan serta pembayaran lain.

e. Menyusun laporan administrasi untuk pabrik dan menyiapkan laporan-laporan keuangan dan melakukan penilaian prestasi karyawan bawahan. f. Memberi petunjuk dan bimbingan terhadap karyawan bawahannya.


(32)

2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.1. Tenaga Kerja

PT. SMART, Tbk. Medan memiliki tenaga kerja yang terdiri dari karyawan tetap dan harian/ kontraktor dengan jumlah 599 orang. Karyawan tersebut ditempatkan sesui dengan kebutuhan perusahaan. Untuk menjalankan rutinitas produksi, PT. SMART, Tbk. Medan memiliki pembagian tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian/ kontraktor.

Berdasarkan jam kerjanya tenaga kerja di perusahaan ini dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:

1. Kelompok kerja langsung, yaitu kelompok kerja yang harus bekerja secara terus menerus di dalam unit kerja. Kelompok ini langsung berhubungan dengan proses yaitu bagian produksi dan laboratorium.

2. Kelompok kerja tidak langsung, yaitu kelompok kerja yang hanya bekerja secara periodik di dalam unit kerja, antara lain pegawai kantor dan petugas kebersihan.

Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja di PT. SMART, Tbk. Medan. Klasifikasi

Pekerjaan

Jenis Kelamin Jlh. Tenaga

Lokal

Pendidikan

Pria Wanita Jumlah SD SMP SMU/S

TM

Akademi/Univ.

Staff 57 35 92 92 - - - 92

Karyawan 319 36 355 355 13 20 256 66

Karyawan

Kontrak 137 15 152 152 - - 104 48


(33)

2.5.2. Jam kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. SMART, Tbk. Medan terbagi atas dua, yaitu:

1. General time (non shift)

General time adalah waktu kerja yang berlaku untuk karyawan yang bekerja di kantor (mis, bagian administrasi). Waktu kerja yang berlaku di bagian ini yaitu:

– Pada hari Senin sampai Kamis: Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) Pukul 13.30 – 16.00 WIB (bekerja) – Hari Jumat:

Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.30 WIB (istirahat) Pukul 13.30 – 16.00 WIB (bekerja) – Pada hari Sabtu:

Pukul 08.00 – 13.00 WIB (bekerja) 2. Shift time

Karena proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan berlangsung selama 24 jam, maka waktu kerja untuk karyawan yang bekerja di lantai pabrik dibagi atas 3 shift kerja. Karyawan yang bekerja pada shift tersebut dibagi lagi atas 4 kelompok (grup) yang jadwal kerjanya diatur oleh perusahaan. Pembagian waktu kerja pada masing-masing shift tersebut adalah sebagai berikut :


(34)

Shift I : 08.00 – 16.00 WIB Shift II : 16.00 – 24.00 WIB Shift II : 24.00 – 08.00 WIB

Karyawan yang bekerja shift untuk setiap minggu bekerja dengan 3 (tiga) shift sekaligus, sehingga untuk perggantian shift setiap minggunya terdapat waktu libur yang disebut “Day Off”.

2.6. Proses Produksi

Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang merupakan aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. Proses produksi merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan. Dimulai dari keinginan untuk dapat memproduksi suatu rancangan produk tertentu, proses produksi membantu perusahaan untuk menemukan teknik-teknik pengerjaan maupun pengolahan material yang efektif dan efisien untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dari keinginan untuk mencari suatu teknik dalam membuat produk yang efektif dan efisien, kemudian sampai pada permasalahan tentang langkah-langkah perencanaan dan pengendalian semua langkah produksi tersebut yang lebih efisien. Tentunya hal ini juga dilakukan oleh PT. SMART, Tbk. Medan agar dapat menghasilkan minyak goreng dan margarin yang sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan oleh pasar.


(35)

2.6.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi dapat dikelompokkan atas bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.

2.6.1.1.Bahan Baku

Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Jadi bahan baku ini dapat juga disebut sebagai bahan utama. PT. SMART, Tbk. Medan menggunakan bahan baku Crude Palm Oil (CPO). Bahan baku tersebut diperoleh dari pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit, baik yang berada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara seperti di Kalimantan, Riau dan P. Halaban.

CPO yang berasal dari masing-masing PKS tersebut diangkut ke PT. SMART, Tbk. Medan dengan mobil tangki dan kereta api (wagon) sedangkan yang berasal dari Kalimantan, Riau dan P. Halaban menggunakan Kapal Tanker.

2.6.1.2.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ikut dalam proses produksi tetapi tidak ada dalam produk, atau dengan kata lain bahan penolong berfungsi untuk memperbaiki proses produksi. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi di PT. SMART, Tbk. Medan adalah:

1. Bleaching earth


(36)

a. Mengadsorbsi kotoran-kotoran (impurities) yang tidak diinginkan, seperti: kandungan logam, karoten, kelembaban, bahan tak larut, dan pigmen lainnya,

b. Mengurangi tingkat oksidasi produk,

c. Sebagai bahan pemucat dalam pengambilan warna pada proses bleaching. 2. AsamPhospat (H3PO4)

Asam Phospat berfungsi untuk mengikat posfatida (gum/getah), kandungan logam, dan kotoran lainnya menjadi gumpalan-gumpalan kecil dalam proses degumming.

2.6.1.3.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada alur proses dan masih terdapat didalam produk akhir, atau dengan kata lain bahan tambahan berfungsi untuk memperbaiki tampilan produk, seperti cita rasa dan daya tarik sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Pada PT. SMART, Tbk. Medan Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi adalah:

• Bahan tambahan pangan, yang terdiri dari: a. Antioksida

b. Vitamin A, B dan D c. Garam


(37)

2.6.2. Uraian Proses

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada.

Proses pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku Crude Palm Oil dilaksanakan dalam proses utama, yaitu:

1. Proses Refinery 2. Proses Fraksinasi

Pada tahap awal, bahan baku CPO ditimbun dalam tangki dalam stasiun penerimaan dengan kapasitas 2000 ton per hari. CPO yang terdapat pada tangki penimbunan mengalami perlakuan pemanasan yang dilakukan secara kontinu, di mana temperatur CPO dipertahankan pada suhu 40 – 500C dengan menggunakan steam. Tujuan pemanasan ini adalah:

- Untuk mencegah terjadinya pembekuan CPO

- Memudahkan pemisahan CPO dengan kotoran dan air

- Memudahkan proses kristalisasi pada tahap pemisahan olein dan stearin

Pada Gambar 2.2. dapat dilihat block diagram dari proses produksi dari pengolahan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng.


(38)

CPO

DEGUMMING

BLEACHER DPO

FILTRATION

DPO

DEODORIZATION

RBDPO

FRACTIONATION

FILTRATION

PFAD FATTY MATER

(POAM)

STEARIN OLEIN

(MINYAK GORENG)

Waste Water Treatment Plant

TO

SPENT EARTH BLEACHING EARTH

ASAM PHOSPAT 85%

Keterangan:

CPO : Crude Palm Oil DPO : Degummed Palm Oil

DBPO : degummed bleached Palm Oil RBDPO : Refined Bleached Deodorizet Palm Oil


(39)

1. Proses Refinery

Tujuan proses refinery adalah untuk memurnikan Crude Palm Oil (CPO) sehingga didapat kualitas Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), yang melalui tahapan pre-treatment dan deodorisasi. Proses pre-treatment terdiri dari proses penghilangan gum dengan suhu 800C (degumming) dengan cara penambahan asam phosfat (H3PO4 80%) untuk menghasilkan Degumming Palm Oil (DPO) dan kemudian dilakukan adsorptive bleaching pada suhu 1000C dengan menggunakan tepung pemucat (bleaching earth), selanjutnya disaring dengan menggunakan filter untuk menghasilkan Degumming Bleached Palm Oil (DBPO) dan membuang spenth earth yang berasal dari sisa bleaching earth. Sedangkan pada tahap deodorisasi meliputi proses pemisahan Free Fatty Acid (FFA), penghilangan zat-zat penyebab bau dan pemecahan senyawa karoten secara thermal dengan pemanasan 2620C.

Proses pengolahan secara fisika berdasarkan proses dimana asam lemak di dalam CPO atau degummed oil dipisahkan dengan cara destilasi. Hal ini berbeda dengan proses alkaline di mana asam lemak (fatty acid) dan degummed oil dihasilkan dengan alkaline, lalu sabunnya dipisahkan.

A. Tahap Pre-treatment

Pre-treatment merupakan proses awal degumming CPO dengan asam phosfat dan mengadsorbsinya dengan menggunakan bleaching earth. Pada tahap ini CPO diolah menjadi Degumming Bleached Palm Oil (DBPO) melalui beberapa proses berikut ini.


(40)

A.1. Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan getah (gum), warna, logam-logam misalnya Fe, Cu, dengan penambahan bahan kimia seperti asam phosfat (H3PO4). Gum-gum harus diikat dari CPO agar rasa getir yang tidak disukai oleh konsumen pada olein dapat diperkecil dan dihilangkan.

CPO yang akan dioleh terlebih dahulu mengalami pemanasan dengan mengalirkan CPO ke plate heat exchanger. Pada plate heat exchanger pertama, pemanasan menggunakan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang berasal dari pompa sentrifugal, sedangkan pada plate heat exchanger kedua, pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam. Tujuan pemanasan ini adalah agar temperatur CPO dari tangki timbun dapat dinaikkan sebelum masuk ke dalam mixer dan paddle mixer tank, dimana mixer akan menghomogenkan pencampurannya dengan asam phosfat yang konsentrasinya 80 – 85%. Suhu CPO yang masuk ke dalam mixer berkisar 85 – 950C. Penambahan asam phosfat ke dalam CPO dilakukan dengan kecepatan laju alir 0,05 – 0,075% dari umpan CPO yang masuk dengan waktu tinggal sekitar 15 – 30 menit, sebelum dimasukkan ke dalam bleacher.

A.2. Tahap Bleaching

Tahap bleaching dimulai dengan pengumpulan gum-gum pada CPO dengan penambahan asam phosfat pekat serta bleaching earth sebagai penyerapnya. CPO yang sudah mengalami proses degumming dari paddle mixer tank dialirkan ke tangki bleacher. Kemudian bleaching earth dimasukkan ke dalam bleacher dengan kecepatan laju alir 0,6 – 1,5% dari laju umpan CPO yang


(41)

masuk. Umpan bleaching earth tergantung pada kualitas minyak dan kualitas produk minyak yang diinginkan. Suhu di dalam tangki dinaikkan dengan sparging steam pada suhu 95 – 1100C, agar dapat mempermudah proses adsorbsi daripada impurities dengan cepat. Keefektifan proses bleaching earth dapat diukur dari penurunan warna Bleached Palm Oil (BPO) yang dihasilkan dan kemampuannya berfungsi sebagai zat adsorptive clearsing.

BPO yang terbentuk kemudian dialirkan ke dalam buffer tank dimana pada tangki ini terjadi pemisahan antara BPO yang terbentuk dengan impurities yang ada di dalamnya. Proses pemisahan dengan cara mengalirkan sparging steam (0,4 – 2 bar) yang berasal dari bleacher, dengan demikian impurities yang terbawa dengan uap akan dihisap oleh steam jet vacuum system. Setelah proses ini BPO dipompakan dengan pompa sentrifugal menuju tangki niagara filter Press.

A.3. Tahap Filtrasi

Sebelum BPO dialirkan ke Niagara Filter untuk disaring, tangki terlebih dahulu divakumkan. Jika vacum pressure niagara filter rendah maka niagara filter sudah siap dioperasikan. Lalu terjadi proses filling (fill filter) dimana BPO dari pompa sentrifugal dialirkan ke Niagara Filter Press melalui katup masukan. Jika level aliran high niagara filter menunjukkan alarm tinggi maka BPO mengalami tahap blackrun, di mana ukuran lubang filter akan mengecil dan BPO yang mengandung bleaching earth dilewatkan. Jika BPO yang keluar telah jernih (tidak mengandung butiran spent earth atau kotoran lain) maka dilanjutkan ke tahap filtrasi dimana pada tahap ini udara dikompressikan ke tangki niagara filter press melalui katup masing-masing. Disini udara akan menekan BPO pada saat


(42)

melewati permukaan filter sehingga akan lolos ke sisi-sisi dari filter dan masuk menuju saluran-saluran minyak pada sisi filter yang kemudian mengalir ke bawah. Sedangkan impurities akan tetap menempel di filter. Jika waktu setting filtrasi telah selesai, maka akan dilanjutkan pada tahap pengosongan niagara filter press. Jika BPO yang ada di dalam tangki niagara filter press sudah melewati high level maka secara otomatis BPO akan dialirkan ke dalam buffer tank atau dialirkan keluar dari niagara filter press menuju press cyclone, yang kemudian dialirkan ke slop oil tank, lalu dialirkan lagi ke bleacher. Tahap ini disebut tahap sirkulasi.

Pada tahap pengosongan niagara filter, DBPO dialirkan keluar melalui katup menuju tangki deodorator untuk proses deodorisasi. Setelah tahap pengosongan selesai dan alarm menunjukkan low maka dilanjutkan ke tahap pengeringan (cake drying) dimana pada tahap ini perlu diperhatikan steam yang keluar, jika pada sight glass terlihat tidak ada lagi DBPO yang terikut dengan steam maka dilanjutkan ke tahap post emptying dimana pada tahap ini dilakukan maksimum tiga menit dan dilanjutkan ke tahap ventilasi yaitu pengeluaran udara. Jika tekanan menunjukkan low maka akan dilanjutkan ke tahap cake discharge sehingga spent earth terbuang ke dalam penampungan spent earth.

B. Proses Deodorisasi

Sesudah DBPO dipisahkan atau difiltrasi pada tangki polishing filter dan dialirkan ke tangki deodorator, maka minyak DBPO dibebaskan dari gas (deaderasi) pada kondisi vakum. Setelah proses ini, DBPO di panaskan pada plate


(43)

heat exchanger dengan menggunakan steam sampai temperatur 240 – 2700C dan tekanan vakum 1,7 – 4,5 ton, kemudian DBPO dialirkan ketangki deodorizer.

Pada pemanasan ini suhu minyak BPO harus benar-benar diperhatikan supaya terhindar dari penguapan minyak netral, tocopherol yang lebih banyak dan mungkin dari terjadinya isomerisasi serta reaksi thermokimia yang tidak diinginkan. Setelah minyak DBPO yang dipanaskan mencapai temperatur yang diinginkan, minyak dimasukkan ke dalam tangki vacuum dryer, dimana pada tangki ini terjadi penguapan cairan dan zat-zat yang mudah menguap. Uap yang dihasilkan dihisap oleh steam jet vacuum system.

Dari vacuum dryer DBPO dialirkan ke dalam shell and tube heat exchanger, dimana steam yang ada pada heat exchanger ini berasal dari HP Boiler dan kondensat yang dihasilkan, diproses kembali ke dalam HP Boiler dan pemanasan sampai temperatur 2710C dan tekanan 1,7 – 4,4 torr. Setelah proses pemanasan ini minyak DBPO dialirkan ke dalam flash cyclone dan dilanjutkan ke dalam prestripper. Pada prestripper DBPO yang dimasukkan mengalami proses penguapan kembali, di mana yang diuapkan adalah asam lemak bebas dan senyawa-senyawa penyebab bau yang lebih mudah menguap serta produk oksidasi, seperti aldehid dan keton yang masih ada dalam DBPO. Bila senyawa di atas tidak diuapkan maka akan timbul bau yang tidak sedap dan rasa tidak enak pada minyak. Uap dari DBPO di dalam presstripper didinginkan dengan menggunakan kondensat yang telah didinginkan pada plate heat exchanger. Kondensat yang terbentuk kemudian dialirkan ke dalam fatty acid tank dan secara otomatis katup akan terbuka jika tangki tersebut telah mencapai level alarm high.


(44)

Kemudian DBPO dialirkan ke tangki deodorizer. Pada tangki ini DBPO kembali diuapkan dengan pemanasan steam. Prinsip kerja deodorizer sama dengan prinsip kerja yang ada pada destilasi bertingkat, yaitu memisahkan senyawa yang ada di dalam DBPO dengan menggunakan perbedaan titik didih dan uapnya diserap oleh vacum system.

Setelah pemisahan terjadi maka hasil proses deodorisasi ini disebut Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO ini dialirkan ke dalam plate heat exchanger untuk didinginkan dengan menggunakan CPO yang berasal dari tangki penimbunan. RBDPO ini kemudian dialirkan ke buffer tank yang berfungsi sebagai tempat penampungan hasil refinery sebelum dilakukan proses fraksinasi.

2. Proses Fraksinasi

Proses fraksinasi dilakukan dengan dry fractionation. Proses fraksinasi kering adalah untuk memisahkan minyak sawit menjadi dua fraksi, yaitu palm oil (fraksi cair) dan palm stearin (fraksi padat). Fraksi stearin mempunyai titik beku yang lebih besar dibanding dengan titik beku olein. Trigliserida yang ada dalam fraksi stearin terutama terdiri dari komponen asam lemak jenuh, sedangkan fraksi olein terutama terdiri dari trigliserida dengan komponen-komponen tak jenuh. Pada temperatur rendah (200C) stearin berada pada fasa padat, sedangkan olein tetap dalam fasa cair. Dengan demikian dapat dengan mudah dilakukan pemisahan fraksi. Pada kebanyakan proses fraksinasi digunakan RBDPO sebagai umpan, tetapi kadang-kadang dapat pula digunakan oleh DBPO.


(45)

Fraksinasi dapat dilakukan secara double fractionation olein dan double fractionation stearin. Double fractionation olein dilakukan untuk mendapatkan kualitas olein super dengan cara mengolah kembali RBDPO yang diperoleh dari proses fraksinasi. Kualitas utama yang diharapka dari proses ini adalah parameter IV = 59 – 63, Cloud Point (CP) = 7 max. Sedangkan double fractionation stearin adalah untuk mendapatkan kualitas soft stearin, dimana dilakukan fraksinasi ulang. Kualitas soft stearin yang diinginkan adalah parameter IV = 40 – 49.

Tahapan proses fraksinasi ini adalah sebagai berikut: 1. Kristalisasi

Tujuan kristalisasi adalah untuk menjadikan fraksi stearin mengkristal akibat pendinginan pada suhu 200C, dengan menggunakan tangki kristaliser. Proses yang dialami RBDPO sampai terbentuknya kristal stearin dapat dijelaskan berikut ini.

Minyak sawit RBDPO dari tangki penyimpanan (buffer tank) dipompakan menuju pemanas heat exchanger. Hal ini dilakukan agar RBDPO tetap dalam keadaan fase cair, dimana suhunya sekitar 50 – 550C. Pemanas yang digunakan adalah steam dengan tekanan 1,5 – 2,5 bar. Kemudian RBDPO dialirkan ke tangki kristalizer melalui katup. Pada saat filling RBDPO ke kristalizer, agitator di dalam kristalizer harus beroperasi dengan baik. Di dalam kristalizer temperatur RBDPO diturunkan sekitar 24 – 300C dengan menggunakan air pendingin. Proses pendinginan terjadi dua kali dengan menggunakan air pendingin dari cooling tower dan air pendingin dari chiller. Air pendingin dari cooling tower berada pada suhu 250C dialirkan ke tangki kristalizer sehingga terjadi proses pendinginan dan


(46)

menghasilkan temperatur 350C. Pada saat temperatur 350C dicapai, pendinginan akan dilanjutkan dengan menggunakan air dari chiller. Chiller adalah unit pendingin air yang dapat menurunkan temperatur air sampai 70C. Air ini akan digunakan untuk pendinginan minyak lanjutan setelah didinginkan dengan air biasa dengan suhu 25 – 350C.

Selama di tangki kristalizer terjadi proses pendinginan selama 275 menit, dan selama proses ini Refined Palm Oil (RPO) diaduk dengan pengaduk yang dilengkapi dengan scrapper pada ujung lengannya. Kecepatan pengadukan akan berubah pada tahap pendinginan untuk membantu pembentukan kristal yang sesuai untuk disaring oleh membran filter pada saat yang ditentukan. Pengadukan bertujuan untuk mencegah pembekuan RPO, pemerataan suhu dan pemerataan penyebaran kristal.

Scrapper pada ujung lengan pengaduk berfungsi untuk mencegah akumulasi kristal stearin pada dinding tangki. Pada saat program pendinginan berakhir dan kristal minyak yang sesuai diperoleh, proses penyaringan dapat dimulai. Setelah semua isi tangki kristalizer benar-benar kosong pada saat filtrasi, secara otomatis minyak akan mengisi dan memulai kembali untuk tahap pendinginan pada tahap filtrasi berikutnya.

2. Pemisahan Fraksi Olein Dari Kristal Stearin

Proses penyaringan olein dari kristal stearin diawali dengan memasukkan minyak ke dalam membran filter press, dimana minyak RBDPO dari kristalizer dipompakan ke dalam membran filter press. Setelah proses filling selesai, dilanjutkan dengan proses squeezing. Pada proses ini membran filter press saling


(47)

merapat dan udara dikompressikan sehingga akan terjadi penekanan yang mengakibatkan terjadi pemisahan antara olein dan stearin. Fraksi olein (cair) akan mengalir melalui selang-selang di bagian kiri-kanan bawah filter press menuju tangki olein. Sedangkan fraksi stearin (padat) akan membentuk lempengan padat diantara membran-membran filter press. Setelah proses ini angin akan ditiupkan untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih ada dalam bentuk kristal dan dilanjutkan dengan proses blow melalui inflate yang dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa olein yang ada dalam membran filter press. Setelah proses ini selesai, angin diserap kembali sehingga membran-membran filter press akan terbuka dan stearin berupa lempengan akan jatuh ke bak penampungan yang dilengkapi dengan blade beraliran listrik sehingga mencair dan dapat dialirkan ke tangki stearin.

Apabila proses filtrasi mengalami gangguan, misalnya penyumbatan pori-pori membran filter press, maka akan dialirkan filtrat dan wash oil melalui katup ke alat membran filter press untuk melepaskan stearin jenuh yang melekat. Washing filter press dilakukan untuk mencuci dan membersihkan filter press yang sudah beberapa kali digunakan untuk mencairkan stearin yang melekat pada filter cloth. Washing filter press dilakukan dengan cara menggunakan olein washing pada temperatur 65 – 750C dengan membuka steam masuk ke coil.

Tahap pertama dari proses produksi dimulai dengan refining. CPO yang dipompakan ke tangki Degumming untuk memisahkan gum dan minyak. Pemisahan ini menggunakan bahan penolong yaitu asam phosfat dengan suhu 700C. Selanjutnya minyak dipompakan ke tangki bleaching untuk pemucatan


(48)

warna minyak. Proses ini menggunakan bleaching earth dan kalsium karbonat dengan suhu 950C. Dengan menggunakan filter, bleaching earth dipisahkan dengan minyak dan akan menghasilkan Bleached Degummed Palm Oil (BDPO).

Proses selanjutnya adalah proses deodorisasi yaitu memisahkan Free Fatty Acid (FFA) dari RBDPO dengan suhu 2620C dan akan menghasilkan Refined Bleached degummed Olein (RBDO) dan Refined Bleached degummed Stearin (RBDS).


(49)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Definisi Lingkungan Kerja

Keadaan diri manusia sebagai pekerja sangat mempengaruhi pekerjaan sehingga suasana kerja yang baik harus selalu diciptakan. Salah satu yang mempengaruhi diri pekerja adalah lingkungan tempat ia bekerja.

Kondisi lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, konsentrasi, efisiensi dan ketilitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan yang baik pula sehingga dicapai hasil yang optimal.

Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik sehingga didapatkan hasil yang optimal. Lingkungan kerja adalah tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya


(50)

dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari pribadi (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini. Selain itu pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini.

Dengan kata lain lingkungan kerja sangat penting dalam kehidupan manusia dalam melakukan pekerjaan. Teknologi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil optimal dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, serta bila perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja. Itulah sebabnya lingkungan kerja harus dapat dirancang sebaik mungkin sehinggga dapat diharapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan akhirnya menghasilkan produktivitas yang baik. (Eko Nurmianto. 2003)


(51)

3.2. Manusia dan Pekerjaan

Keadaan diri manusia sebagai pekerja sangat mempengaruhi pekerjaan sehingga suasana kerja yang baik harus selalu diciptakan. Salah satu yang mempengaruhi diri pekerja adalah lingkungan tempat ia bekerja.

Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, konsentrasi, efisiensi dan ketelitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. (Sritomo Wignjosoebrata.2003)

3.3. Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja

Kinerja merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi bisnis pada periode tertentu yang hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun kelompoknya atau organisasi. (Purnomo, 2004)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja adalah prestasi kerja karena diartikan sebagai hasil pelaksanaan pekerjaan dalam periode tertentu merupakan prestasi yang dicapai oleh karyawan terhadap target atau sasaran yang telah ditentukan dengan berbagai persyaratannya, yang dibebankan kepada karyawan tersebut, dan untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah


(52)

dicapai oleh karyawan tersebut, tentunya harus dilaksanakan penilaian kinerja, yaitu dengan membandingkan kinerja aktual dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bagi pimpinan dapat digunakan untuk menentukan pendekatan kepeda pegawai dalam memporoleh kepuasan kerja maupun meningkatkan kinerja pegawai.

Kinerja dipengaruhi oleh kemampuan dan usaha kerja individu serta kesempatan kerja yang diperoleh individu atau karyawan tersebut didalam pekerjaannya. Performance atau kinerja berhubungan dengan individual variabel dan situational variabel. Individual variabel mencakup sikap, karakteristik kepribadian, karakteristik fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan personal variabel lainnya. Situasional variabel terdiri dari physical dan job variabel, serta organisasional variabel, antara lain: metode kerja, ruang dan susunan kerja, serta lingkungan fisik, karakter organisasi, pelatihan dan supervisi, tipe insentif/kompensasi, dan lingkungan sosial. (MANUABA, a. 1992)

Adapun keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor

pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat dirubah. Artinya, faktor-faktor-faktor-faktor


(53)

yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada dan harus dapat diterima seadanya.

2. Berbeda dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor-faktor yang hampir sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar diri pekerja. Pemimpin perusahaanlah yang berhak merubahnya, karenanya faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok faktor situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.

Dengan dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua faktor-faktor yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja untuk menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi. (Eko Nurmianto. 2003)

3.4. Faktor-faktor Sosial dan Keorganisasian dalam Produktivitas

Jarang sekali individu bekerja sendirian atau terpisah dengan orang lain dalam organisasi. Itulah pentingnya efektivitas kinerja organisasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya iklim organisasi dan etos kerja. Perlu diketahui bahwa efektivitas organisasi terdiri dari individu dan kelompok, karena itu efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Namun demikian, efektivitas organisasi adalah lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok, sehingga organisasi bisa efektif jika mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah hasil


(54)

karyanya setiap bagiannya. Sebenarnya alasan bagi organisasi sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan masyarakat adalah bahwa organisasi itu dapat melakukan pekerjaan lebih banyak dari pada yang mungkin dilakukan.

Gambar 3.1 Tiga Pandangan Mengenai Efektivitas Organisasi

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu materi maupun non materi. Karena itu pekerja dalam bekerja ingin mendapatkan perlakuan sebagai manusia walaupun mereka merupakan salah satu alat produksi. Bila berbicara tentang segi kemanusiaan dari seseorang maka segera tampaklah berbagai kebutuhan seperti rasa aman, rasa terjamin, ingin perlakuan yang adil, ingin prestasinya dihargai dan diakui orang lain, ingin berteman, ingin diakui dirinya sebagai bagian dari masyarakat bahkan ingin menonjol. (Suma’mur PK. PK. 1999)


(55)

3.5. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Pekerjaan

Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin dan peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal diatas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan agar pada akhirnya dapat mendatangkan produktivitas yang tinggi. Selain itu perlu diperhatikan keadaan-keadaan faktor fisik lain seperti kemampuan kerja, pengaruh lingkungan fisik terhadap lingkungan kerja, perancangan mesin dan peralatan agar cocok dengan pemakaiannya dan cara-cara untuk menangani pemakaiannya. (Sritomo Wignjosoebrata.2003)

3.6. Faktor-Faktor Fisik Lingkungan Kerja 3.6.1. Kebisingan

Lingkungan kerja seperti kebisingan, temperatur dan pencahayaan yang sesuai dengan kondisi manusia sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan. Suara yang bising, temperatur yang panas dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan tekanan kerja, penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan penyakit. Pada penelitian ini akan mengukur besarnya tingkat kebisingan (60dB, 77dB, 80dB), temperatur (18°C, 24°C, 34°C) dan pencahayaan (155lux, 200lux, 300lux) yang mempunyai pengaruh optimal terhadap produktivitas kerja pengeleman amplop secara manual. (Sutaryono. 2002)


(56)

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat merusak pendengaran, mengganggu ketenamgan bekerja, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian.

Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, intensitas, dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengar kebisingan makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang.

Kebisingan diatas batas-batas normal (85 dB; decibel = satuan kepekaan suara) perlu disisihkan dari tempat-tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan, mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja. (Tarwaka, 2004)

Pengendalian atas kebisingan dan getaran yang biasa adalah sebagai berikut:

- Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas dan gemuk.

- Cegah penggunaan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan diatas 95 dB. - Pergunakan peredam getaran seperti tegel akustik, karet, dan barang-barang

lain yang sejenis.

- Sumber-sumber getaran harus diisolasi misalnya, generator diletakkan didalam tanah


(57)

- Permukaan tembok dan langit-langit sedapat mungkin dilapisi dengan tegel akustik

- Lengkapi karyawan yang bekerja di tempat-tempat sumber kebisingan diatas 95 dB dengan alat penyumbat telinga

Telah jelas bagi kita bahwa kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan kerja manusia maka manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari faktor pribadinya (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang datang dari luar dan akan dibahas dalam kesempatan ini ialah lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Adalah suatu kenyataan bahwasannya lingkungan kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan akan tercapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, sebaliknya bisa dikatakan, bahwa suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan optimal, dengan sehat, aman dan selamat.

Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak tentunya. Tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.

Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap


(58)

kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhya terhadap kemampuan manusia.

Sebagaimana yang kita ketahui terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja diantaranya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna dan bau-bauan.

Tabel 3.1. Skala Intesitas Kebisingan

Desibel (dB) Batas dengar tertinggi

Menulikan 120 110 100 Halilintar Meriam Mesin Uap Sangat hiruk 100 90 80 Jalan hiruk-pikuk

Perusahaan sangat gaduh Pluit polisi Kuat 80 70 60 Kantor gaduh

Jalan pada umumnya Radio, Perusahaan Sedang

60 50 40

Rumah gaduh, Kantor umumnya Percakapan kuat Radio perlahan Tenang 40 30 20 Rumah tenang Kantor perorangan Auditorium, Percakapan Sangat tenang 20 10 0 Suara daun-daun Berisik

Batas dengar terendah Sumber, Sutalaksana Teknik Tata Cara kerja

3.6.2. Cuaca Kerja

Dalam keadaan normal, tiap anggota manusia memiliki cuaca kerja yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan


(59)

normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya, yaitu tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan cuaca kerja luar jika perubahan cuaca kerja luar tubuh ini tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.

Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan jika terjadi kekurangan dan kelebihan panas. Menurut penyelidikan apabila cuaca kerja udara lebih dari 17o C, berarti cuaca kerja udara ini berada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35% di bawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil akibat daripada penguapan. Sebaliknya apabila cuaca kerja udara terlampau panas dibandingkan dengan cuaca kerja udara normal tubuh, maka tubuh manusia akan menerima panas dari akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistem penguapannya. Ini menyebabkan temperatur tubuh ikut naik dengan lebih tingginya temperatur udara. Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan bahwa cuaca kerja yang terlalu dingin akan menyebabkan gairah kerja yang menurun. Sedangkan temperatur udara yang terlalu panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. (Sutalaksana, 1979)


(60)

3.6.3. Penerangan di Tempat Kerja

Tingkat pencahayaan setidaknya harus diperhatikan pada bidang horizontal (iluminansi horizontal). Kadangkala iluminasi vertikal hendaknya juga diperiksa, misalnya dimana tugas-tugas seperti membaca dilakukan atau dimana barang-barang harus diperiksa atau dipindahkan. Tingkat pencahayaan dan keseragaman bergantung pada tingkat kesulitan visual suatu pekerjaan serta efisiensi dan keselamatan kerja yang dipersyaratkan. Keamanan orang-orang dan properti seringkali merupakan pertimbangan penting.

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kelelahan. Kebutuhan akibat adanya penerangan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Penerangan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah akibat mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata akan mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.

Sejauh mana tingkat cahaya yang menyilaukan yang dapat diterima bergantung pada jenis area yang bersangkutan. Pada prinsipnya, cahaya menyilaukan yang mengganggu akan berkurang bila tinggi pemasangan bertambah. Pilihan lampu sorot (floodlight) dan ketelitian dalam mengarahkan lampu sorot juga dapat membantu mengurangi cahaya yang menyilaukan. Kadangkala, apabila cahaya yang menyilaukan sangat mengganggu, maka louvre khusus perlu dipasang pada lampu sorot (floodlight). (Sutaryono. 2002)


(61)

Kemampuan mata untuk bisa melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh ukuran obyek, derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, luminasi (brightness) dan lamanya melihat.Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara obyek sekelilingnya, sedangkan luminasi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Standard penerangan yang diterima adalah setara dengan 100 sampai dengan 200 kali lilin. Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan (glare), pantulan dari permukaan yang berkilat, dan peningkatan suhu ruangan. Ternyata lampu-lampu fluorescent (neon TL = tube luminasence) lebih memenuhi syarat dalam hal ini. Manfaat lampu fluorescent adalah :

- Efisiensi yang tinggi. - Kesilauan rendah. - Tidak banyak bayangan.

- Terdapat dalam berbagai warna.

3.6.4. Radiasi

Sudah sering kita mendengar istilah radiasi di media massa. Pada umumnya kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan di reaktor nuklir. Sebetulnya radiasi adalah proses hantaran energi yang luas pengertiannya. Berdasarkan watak penghantarnya, ada dua jenis radiasi, yaitu radiasi gelombang elektromagnetik dan radiasi partikel. Beda antara kedua jenis radiasi itu sudah jelas, radiasi gelombang elektromagnetik adalah pancaran energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik, termasuk di dalamnya adalah radiasi energi matahari


(62)

yang kita terima sehari-hari di permukaan bumi. Sedangkan radiasi partikel adalah pancaran energi dalam bentuk energi kinetik yang dibawa oleh partikel-partikel bermassa, seperti elektron, dan sebagainya. Radiasi yang timbul di sekitar reaktor nuklir adalah radiasi yang berasal dari bahan-bahan radioaktif, dapat berupa gelombang elektromagnetik maupun partikel-partikel cepat.

Perpindahan panas secara radiasi terjadi apabila suatu benda padat memancarkan dan menyerap sinar, dalam hal ini ruang hampa dapat ditembus oleh sinar dan meneruskannya. Radiasi yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi aktifitas pekerja.Untuk itu radiasi yang terlalu tinggi harus sedapat mungkin dihindari dalam suatu lingkungan kerja. (Sritomo Wignjosoebrata.2003)

3.6.5. Tekanan Udara Tinggi dan Rendah

Sebagaimana kita ketahui, udara di sekitar kita mengandung 21% O2, 78%

N2, 0,03% CO2, dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen merupakan gas yang

sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. (Gempur Santoso, 2004)

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu


(63)

kesehatan , harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagain besar dari kegiatannya, pohon-pohonan merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernapasan kita. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

3.6.6. Warna

Penggunaan warna untuk penataan ruang dalam sebuah bangunan tidak terlepas dari fungsi bangunan serta fungsi ruangan di dalamnya. Tujuan pewarnaan interior tidak hanya terbatas hanya sekedar menyenangkan mata saja, tetapi mempunyai tujuan lain, misalnya untuk peningkatan efisiensi kerja, penyembuhan, dan mengundang selera. Penataan harus dirancang dengan baik, sehingga baik dari segi keindahan maupun dari segi fungsi keduanya tercapai. Di dalam fungsi artistik praktis-nya pada objek kantor, masalah yang mungkin dapat dipecahkan dengan menggunakan warna adalah masalah yang berhubungan dengan sifat manusianya. Misalnya kelelahan bekerja, kebosanan sehari-hari, kebosanan para tamu menunggu, perasaan yang tertekan atau terhimpit, dan dengan warna masalah-masalah tersebut


(64)

mungkin dapat diatasi sehingga akhirnya merasa senang serta bekerja dengan baik. Karena badan, mata maupun emosi tidak merasa tertekan oleh keadaan.

Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja. Menurut penyelidikan, tiap warna itu memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya: warna merah bersifat merangsang, warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega, warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan, warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna yang sesuai dapat menghilangkan kesan tersebut, hal ini secara psikologis menguntungkan karena kesan sempit menimbulkan ketegangan. (Sritomo Wignjosoebrata.2003)

3.6.7. Getaran Mekanis

Sesuai dengan namanya, getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran-getaran ini sampai ke tubuh kita dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.

Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuensi getarnya (getaran/detik) getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuensinya. Sedangkan alat-alat yang ada dalam tubuh kita pun mempunyai


(65)

frekuensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekuensi alaminya dengan alat yang lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuensi alami ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal :

- Mempengaruhi konsentrasi bekerja - Mempercepat datangnya kelelahan

- Dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang, dan lain-lain.

3.7. Produktivitas Kerja 3.7.1. Pengertian Produktivitas

Produktivitas ialah suatu ukuran tentang seberapa baik sumber daya digunakan bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mendapatkan seperangkat hasil yang diharapkan. Produktivitas merupakan salah satu faktor utama bagi perusahaan dalam mencapai tujuan pemsahaan. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai, diantaranya: gaji, lingkungan kerja, dan kesempatan berprestasi. Dengan gaji, lingkungan kerja, dan kesempatan berprestasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai dalam


(1)

6.3. Analisis Uji F

Pada uji F didapat nilai Fhit > Ftab yaitu 10,158 > 3,05 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa variabel kinerja dan harapan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel kinerja dan harapan lingkungan kerja secara keseluruhan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk.

6.4. Analisi Uji T

Pada uji T didapat nilai t hitung untuk variabel lingkungan kerja lebih kecil dari t tabel sengga Ho ditolak, t hitung untuk variabel kinerja lingkungan kerja lebih kecil dari –t hitung sehingga Ho diterima dan t hitung untuk variabel harapan lingkungan kerja lebih besar dari t hitung sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa secara individu hanya variabel lingkungan kerja dan harapan lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk.

Dilihat dari perhitungan didapat hasil bahwa faktor lingkungan kerja memiliki nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t hitung pada variabel harapan lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa variabel faktor lingkungan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada variabel harapan lingkungan kerja


(2)

terhadap peningkatan kinerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk.

6.5. Analisa Nilai Determinasi

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil perhitungan didapat sebesar 57,9%. Hal ini berarti bahwa peningkatan kinerja karyawan pada bagian

expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk. hanya dipengaruhi oleh variabel kinerja dan harapan lingkungan kerja sebesar 57,9% dimana sisanya atau 42,1% lagi dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.

6.6. Analisa Regresi Linier

Persamaan regresi didapat sebagai berikut: Y = 105.667 – 1.380 x1

Dimana hasil regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagi berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 105.667 yang berarti ketika variabel kinja dan harapan terhadap lingkungan kerja dianggap konstan atau tidak ada perubaha n maka besarnya variabel Y (peningkatan kinerja ) adalah 105.667.

b. Nilai b1 sebesar -1.380 merupakan nilai koefisien regresi dari variabel harapan terhadap lingkungan kerja artinya bahwa harapan terhadap lingkungan kerja meningkat maka kinerja akan menurun sebesar 1.380 dengan asumsi bahwa variabel kinerja terhadap lingkungan kerja konstan atau tidak mengalami perubahan. Nilai koefisien regresi variabel yang negatif menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

variabel bebas memiliki hubungan yang berlawanan arah dengan variabel terikat (lingkungan kerja).

6.7. Evaluasi

Walaupun dari hasil pengolahan data didapat bahwa karyawan memberikan persepsi bahwa faktor-faktor fisik lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan yang ditunjuukkan dengan jumlah persenan koefisien determinasi sebesar 57,9% yang berarti bahwa semakin tingginya perbaikan faktor-faktor fisik lingkungan kerja maka semakin meningkat kinerja karyawan di perusahaan tersebut, namun dilingkungan nyatanya karyawan masih kurang memperhatikan masalah keselamatan dari lingkungan kerja. Banyaknya karyawan yang tidak menggunakan fasilitas keselamatan kerja saat bekerja. Hal seperti ini harus segera dicermati oleh pihak perusahaan, seperti kondisi lapangan yang licin, pengendalian getaran, pengendalian kebisingan, pengendalian cahaya, pengendalian panas dan bau yang tidak sedap di lingkungan kerja agar dapat meningkatkan kinerja daripada karyawan tersebut.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor fisik lingkungan kerja memberikan pengaruh sec ara keseluruhan terhadap meningkat atau menurunnya kinerja kerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk. lingkungan kerja yang baik akan menyebabkan tingginya kinerja karyawan dalam bekerja.

2. Faktor dari variabel harapan terhadap lingkungan kerja memiliki pengaruh terbesar terhadap meningkatnya kinerja kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil t hitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai t hitung pada kinerja terhadap lingkungan kerja saat ini.

3. Peningkatan kinerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk. hanya 57,9% dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor fisik lingkungan kerja. Dimana sisanya 42,1% lagi dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti motivasi kerja, stres, pendidikan, pengalaman dalam bekerja dan lain.lain.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi perusahaan, yaitu:

1. Pihak perusahaan sebaiknya mampu mempertahankan serta meningkatkan sistem perbaikan terhadap faktor-faktor fisik lingkungan kerja yang telah diterapkan sebelumnya, karena meningkatnya kinerja kerja karyawan pada bagian expeller plant dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) di PT. SMART, Tbk. sebagian besar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik lingkungan kerja.

2. Sekiranya perusahaan dapat mempertahankan faktor-faktor lingkungan kerja yang dinilai penting dan telah terlaksana dengan baik saat ini agar kinerja karyawan tidak menurun.

3. Pihak perusahaan diharapkan dapat lebih baik menanggulangi keluhan atau komplain dari karyawan karena hal tersebut merupakan masukan yang akan turut membantu peningkatan kinerja perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Assaury, Sofyan. 2006. Statistik dan Pengembangan metode analitik.

Nurmianto, E.; Ergonomi; Konsep Dasar dan Aplikasinya; Edisi Pertama; Penerbit PT. Guna Widya; 1996; Surabaya.

Sutalaksana, Z. Iftikar; Teknik Tata Cara Kerja; Departemen Teknik Industri ITB; 1979; Bandung.

Singgih S.; Desain Riset. Penerbit PT. Guna Widya; 1996; Surabaya.

Tarwaka, Ergonomi; Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas; Penerbit UNIBA Press; 2004; Surakarta.

Wignjosoebroto, S.; Ergonomi : Study Gerak dan Waktu; Edisi Satu; Penerbit PT. Guna Widya; 1995; Surabaya.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara