Dewi Sembiring adalah seorang wanita yang berusia 29 tahun, merupakan warga pendatang yang berasal dari desa Bandar Baru.Dewi menjadi warga desa
Negeri Gugung setelah menikah dengan suaminya yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung.Dewi menikah sejak 12 tahun yang lalu, tepatnya di awal tahun
2000.Dewi hanya bersekolah sampai pada tingkat sekolah menengah pertama SMP. Sekarang ia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membatu suaminya bekerja di
ladang. Dewi mempunyai dua orang anak yang terdiri dari seorang anak perempuan yang merupakan anak pertamanya yang masih berusia 5 tahun dan anak keduanya
seorang laki-laki yang masih berusia 3 tahun. Dewi Sembiring beragama Kristen Katolik yang sebelumnya memeluk agama Islam. Ia pindah agama semenjak
menikah dengan suaminya M. Barus berusia 32 tahun. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil milik mereka di desa Negeri Gugung.
Dewi mengakui ia merasa sangat bahagia tinggal bersama suami dan kedua anaknya meski harus tinggal dirumahnya yang sangat sederhana itu. Meskipun desa asalnya
Bandar Baru lebih memadai dari segi sarana dan prasarananya, dewi merasa lebih nyaman berada di desa ini.Dikarenakan kebutuhan hidup yang diperlukan tidak tinggi
dan lebih mudah mencari uang, yang di peroleh dari hasil ladang mereka yang di tanamani tanaman jengkol Archidendron pauciflorum dan jahe Zingiber officinale.
4.2.5 B. Barus
Bapak B. Barus berusia 64 tahun, Bapak B. Barus menikah dengan Ibu S. Bangun.Mereka merupakan penduduk asli di desa ini.Mereka memiliki 4 orang
Universitas Sumatera Utara
anak.2 orang sudah menikah dan 2 lagi bersekolah di Medan.Menurut bapak B. Barus kakek neneknya dulunya juga lahir di desa ini.Bapak B. Barus dulunya tidak tamat
sekolah SD sampai kelas 5 dan istrinya hanya tamatan SD. Beliau mengaku tidak melanjutkan sekolah karena jarak yang sangat jauh ditempuh dan apabila ingin
melanjut ke SMP harus Bandar baru.Pada saat itu transportasi untuk keluar belum ada dan harus berjalan kaki dengan keadaan jalan yang kurang baik. Bapak B. Barus
mengaku sewaktu muda belum pernah sekalipun merantau dikarenakan takut akan dunia luar. Meski usianya sudah 64 tahun bapak B.Barus hanya pernah ke Medan
melihat anaknya yang sekolah disana dan merasa tidak betah tinggal di Medan meski sehari saja.Bapak B. Barus merasa paling nyaman jika berada di Negeri Gugung,
udaranya sejuk, makan dan tidurpun menjadi enak. Bapak B.Barus juga mengaku tidak berani keluar desa berlama-lama karena tidak memiliki pendidikan dan
canggung dengan dunia luar.
4.2.6 A. Tarigan
A adalah seorang laki-laki yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung. A berusia 42 tahun dan memeluk agama Kristen Katholik.A menempuh pendidikan
hanya sampai pada tingkat sekolah dasar. 12 tahun yang lalu A menikah dengan seorang wanita yang berasal dari desa Cinta Rakyat. Dari hasil pernikahannya,
mereka memperoleh empat orang anak yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 anak perempuan. Berladang merupakan mata pencaharian utama A yang sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya. Selain berladang, A mempunyai pekerjaan sampingan yaitu berdagang. A tarigan membuka usaha kecil
Universitas Sumatera Utara
yang berupa warung kopi dan juga menjual bahan-bahan kebutuhan pokok seperti sembako, perlengkapan mandi, dan makanan ringan. Warung A terletak tepat di
sebelah balai desa Negeri Gugung sehingga warung A merupakan tempat biasanya para warga laki-laki baik pemuda maupun orang tua berkumpul. Karena harus
bekerja di ladang, A hanya membuka warungnya pada pukul 06.00 WIB sampai pada pukul 08.00 WIB dan baru dibuka kembali pada pukul 19.00 WIB sampai pukul
22.00WIB.
4.2.7 Jonson Ginting