V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUJIAN KUESIONER
Kuesioner merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Sebuah kuesioner dapat dikatakan layak digunakan sebagai alat ukur setelah
sebelumnya diuji terlebih dahulu. Dalam penelitian ini jenis pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas kuesioner ini menggunakan bantuan software SPSS versi 12.0
dimana hasil output uji validitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut dinyatakan valid Lampiran 2. Sedangkan untuk pengujian
reliabilitas kuesioner menggunakan perhitungan dengan metode Spearman- Brown. Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai
dari tabel r product moment. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0.503. Nilai tersebut berada di atas nilai r tabel pada
selang kepercayaan 95 persen yaitu 0.361 dan pada selang kepercayaan 99 persen yaitu 0.463. Karena nilai reliabilitas r hitung lebih besar daripada r
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 3.
B. HASIL SURVEI RESPONDEN
1. Karakteristik Konsumen McDonald’s
Kuesioner disebarkan kepada 250 responden yang berdomisili di Bogor serta mereka pernah mengkonsumsi produk fast food dari berbagai
merek restoran fast food di Indonesia. Akan tetapi dikarenakan ada kuesioner yang tidak dapat diolah lebih lanjut karena ada butir-butir
pertanyaan tidak dijawab oleh responden maka jumlah kuesioner yang dapat diolah berjumlah 225 responden. Dari hasil survei diperoleh bahwa
sebagian besar responden yang mengisi kuesioner adalah berjenis kelamin wanita yaitu sebesar 62 persen, sedangkan sisanya konsumen
pria yang berjumlah 38 persen. Data responden berdasarkan jenis
kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Jenis Kelamin Responden
Hasil survei mengenai tingkat usia responden menunjukkan bahwa responden yang berusia kurang dari 15 tahun adalah sebesar 20 persen,
15-24 tahun sebesar 57 persen, 25-34 tahun sebesar 14 persen, 35-44 tahun sebesar 6 persen, 45-54 tahun sebesar 3 persen dan 55 tahun
berjumlah 1 persen. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Tingkat Usia Responden
Usia Responden Jumlah orang
Persentase
15 tahun 45
20 15 – 24 tahun
128 57
25 – 34 tahun 31
14 35 – 44 tahun
13 6
45 – 54 tahun 7
3 55 tahun
1 1
TOTAL 225 100
Dari hasil survei mengenai pekerjaan responden menunjukkan bahwa 68 persen responden masih berstatus sebagai pelajar dan
mahasiswa, sebanyak 6 persen responden bekerja sebagai pegawai negeri, 14 persen pegawai swasta, 4 persen sebagai ibu rumah tangga, 4
persen wiraswasta, 2 persen sebagai tenaga kerja professional dan 2 persen profesi lainnya. Data mengenai jumlah responden berdasarkan
jenis pekerjaan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persentase
Laki - Laki 85
38 Wanita
140 62
TOTAL 225 100
Tabel 4. Data Jenis Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah orang
Persentase
Pelajar Mahasiswa 152
68 Pegawai Negeri
14 6
Pegawai Swasta 31
14 Ibu Rumah Tangga
9 4
Wiraswasta 9 4
Professional 5 2
Lainnya 5 2
TOTAL 225 100
Dari hasil survei mengenai latar belakang pendidikan responden menunjukkan bahwa sebesar 6 persen adalah responden yang berlatar
belakang SD, sebesar 8 persen adalah responden dengan latar belakang pendidikan SLTP, sebesar 29 persen berlatar belakang pendidikan SMU,
responden dengan latar belakang akademi sebesar 9 persen sedangkan 48 persen adalah responden berlatar belakang pendidikan S1,S2,S3. Secara
lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Latar Belakang Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah orang
Persentase
SD 14 6
SLTP 18 8
SMU 64 29
Akademi D1, D2, D3 21
9 S1, S2, S3
108 48
TOTAL 225 100
Dari hasil survei mengenai tingkat pengeluaran perbulan yang dilakukan oleh konsumen menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengeluaran dibawah atau sama dengan Rp. 250.000 adalah sebanyak 9
persen, responden yang memiliki pengeluaran perbulan sebesar Rp. 250.001-Rp. 500.000 adalah sebanyak 27 persen, responden dengan
pengeluaran perbulan Rp. 500.001-Rp. 750.000 sebesar 25 persen, sedangkan 16 persen responden memiliki pengeluaran perbulan Rp.
750.001-Rp.1.000.000, sisanya sebesar 11 persen dan 13 persen adalah responden yang memiliki pengeluaran perbulan Rp.1.000.001-
Rp.1.250.000 dan diatas Rp.1.250.000. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan pengeluaran perbulan dapat dilihat pada
Tabel 6. Tabel 6. Data Pengeluaran Perbulan Responden
Pengeluaran Jumlah orang
Persentase
≤ Rp. 250.000 20
9 Rp. 250.001 – Rp. 500.000
61 27
Rp. 500.001 – Rp. 750.000 56
25 Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000
36 16
Rp. 1.000.001 – Rp. 1.250.000 24
11 Rp. 1.250.00
28 13
TOTAL 225 100
2. Brand Awareness dan Brand Loyalty
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali, atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Dalam analisis brand awareness
terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu top of mind, brand recall, brand recognition
dan unaware brand. Top of mind
merupakan merek yang pertama kali diingat konsumen atau yang pertama kali ketika responden ditanya tentang suatu
kategori produk. Top of mind juga merupakan tingkatan tertinggi dalam brand awareness
dan juga merupakan pimpinan dari berbagai merek
yang terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak konsumen.
Berdasarkan survei dari 225 orang responden mengenai restoran fast food
yang pertama kali muncul di benak konsumen menunjukkan bahwa McDonald’s McD menduduki puncak pikiran konsumen dalam
kategori restoran fast food 58 . Di tingkat kedua diduduki oleh Kentucky Fried Chicken KFC sebesar 26 persen, di tingkat ketiga
diduduki oleh restoran fast food lainnya Hoka-Hoka Bento, Texas, Hartz Chicken Buffet sebesar 8 persen, selanjutnya Popeye’s sebesar 4 persen,
AW sebesar 3 persen dan sisanya adalah California Fried Chicken CFC sebesar 1 persen. Secara lengkap data mengenai top of mind
restoran fast food dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data Top of Mind Restoran Fast Food
Merek Restoran Fast Food Jumlah orang
Persentase
Mc Donald’s McD 131
58 Kentucky Fried Chicken KFC
58 26
California Fried Chicken CFC 3
1.33 Popeye’s 9
4 A W
7 3
Lainnya : • Hoka-Hoka Bento
• Hartz Chicken Buffet • Texas
17 8
TOTAL 225 100
Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek yang
mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan
multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu
unaided question.
Dari hasil survei konsumen menunjukan bahwa McDonald’s menduduki peringkat tertinggi dalam brand recall, yaitu sebesar 28
persen. Selanjutnya urutan kedua diduduki oleh KFC dengan 28 persen, CFC sebesar 19 persen, AW dengan 14 persen dan yang terakhir
Popeye’s sebesar 11 persen. Secara lengkap data mengenai brand recall restoran fast food dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Brand Recall Restoran Fast Food
Merek Restoran Fast Food Jumlah orang
Persentase
Mc Donald’s McD 220
28 Kentucky Fried Chicken KFC
217 28
California Fried Chicken CFC 146
19 Popeye’s 85
11 A W
112 14
TOTAL 780 100
Tingkat kesadaran terhadap merek yang paling rendah disebut brand recognitio
n pengenalan merek atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan aided recall. Dari survei
menunjukkan bahwa responden perlu diingatkan akan keberadaan merek Popeye’s adalah 26 persen, kemudian disusul merek AW sebesar 22
persen, selanjutnya merek CFC sebesar 18 persen, merek KFC sebesar 18 persen dan merek McD sebesar 17 persen. Secara lengkap data mengenai
brand recognition restoran fast food dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Brand Recognition Restoran Fast Food
Merek Restoran Fast Food Jumlah orang
Persentase
Mc Donald’s McD 77
17 Kentucky Fried Chicken KFC
81 18
California Fried Chicken CFC 83
18 Popeye’s 118
26 A W
102 22
TOTAL 461 100
Analisis unaware of brand dilakukan untuk mengetahui tidak adanya pengenalan merek terhadap merek restoran fast food di benak
konsumen. Hasil survei menunjukkan bahwa persentase unaware brand McD dan KFC bernilai nol. Hal ini berarti seluruh responden menyadari
keberadaan merek restoran tersebut walaupun masih ada yang harus diingatkan terlebih dahulu. Responden yang tidak mengenal sama sekali
merek Popeye’s adalah 73 persen, sedangkan untuk merek AW responden yang tidak mengenal sama sekali adalah 19 persen, dan 8
persen responden tidak mengenal sama sekali merek CFC. Secara lengkap data mengenai unaware brand restoran fast food dapat dilihat
pada Tabel 10. Tabel 10. Data Unaware Brand Restoran Fast Food
Merek Restoran Fast Food Jumlah orang
Persentase
Mc Donald’s McD Kentucky Fried Chicken KFC
California Fried Chicken CFC 3
8 Popeye’s 27
73 A W
7 19
TOTAL 37 100
Brand Loyalty merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan
kepada sebuah merek. Analisis brand loyalty dilakukan berdasarkan tingkatan brand loyalty, yaitu switcher, habitual buyer, satisfied buyer,
liking the brand dan committed buyer. Dalam penelitian ini, analisis
brand loyalty dilakukan untuk mengetahui loyalitas pelanggan dari
restoran fast food McDonald’s. Analisis switcher dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak pelanggan restoran fast food McD yang termasuk ke dalam switcher. Konteks switcher dalam penelitian ini adalah pelanggan
McD yang berpindah-pindah merek restoran fast food karena faktor harga. Switcher adalah pelanggan yang menjawab “sering” dan “selalu”
apabila ditanyakan “Seberapa sering Anda berpindah merek restoran fast food
karena faktor harga?”. Dari hasil survei, jumlah pelanggan yang sensitif terhadap harga
dengan sering dan selalu berpindah-pindah merek restoran fast food adalah sebesar 12.89 persen. Hasil perhitungan switcher restoran fast
food McD dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Perhitungan Switcher Restoran Fast Food McDonald’s
Jawaban f x
f.x X
2
f.x
2
Tidak Pernah 33
1 33
1 33
14.67 Jarang
84 2 168 4 336 37.33 Kadang-kadang 79 3 237 9 711 35.11
Sering 25 4 100 16 400 11.11
Selalu 4 5 20 25 100 1.78
TOTAL 225 558 1580 100
Switcher 12.89
Analisis habitual buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan McD yang termasuk ke dalam
habitual buyer . Konteks habitual buyer dalam penelitian ini adalah
pelanggan McD yang melakukan pembelian karena alasan kebiasaan.
Habitual buyer adalah pelanggan yang menjawab “setuju” dan “sangat
setuju” apabila ditanyakan “Apakah Anda setuju bahwa alasan Anda membeli produk merek McD hanya karena kebiasaan ?”.
Dari hasil survei menunjukkan bahwa jumlah pelanggan yang mengkonsumsi produk McD karena kebiasaan sebesar 28 persen. Secara
lengkap hasil perhitungan habitual buyer restoran fast food McD dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Perhitungan Habitual Buyer Restoran Fast Food Mc Donald’s
Jawaban f x
f.x X
2
f.x
2
Sangat Tidak Setuju 15
1 15
1 15
6.67 Tidak Setuju
115 2
230 4
460 51.11
Ragu-ragu 32 3
96 9
288 14.22
Setuju 59
4 236
16 944
26.22 Sangat Setuju
4 5
20 25
100 1.78
TOTAL 225 597 1807 100
Habitual Buyer 28
Analisis satisfied buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan McD yang termasuk ke dalam
satisfied buyer . Konteks satisfied buyer dalam penelitian ini adalah
pelanggan restoran fast food McD yang mendapatkan kepuasan dalam melakukan pembelian. Satisfied buyer adalah pelanggan yang menjawab
“puas” dan “sangat puas” apabila ditanyakan “Apakah Anda menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi produk McD?”.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh jumlah pelanggan yang menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi produk McD sebesar 54.67
persen. Hasil perhitungan satisfied buyer dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Satisfied Buyer Restoran Fast Food Mc Donald’s
Jawaban f x
f.x X
2
f.x
2
Sangat Tidak Puas 1
1 Tidak Puas
6 2
12 4
24 2.67
Biasa Aja 96
3 288
9 864
42.67 Puas 112
4 448
16 1792
49.78 Sangat Puas
11 5
55 25
275 4.89
TOTAL 225 803 2955 100
Satisfied Buyer 54.67
Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan McD yang termasuk ke dalam
liking the brand . Konteks liking the brand dalam penelitian ini adalah
pelanggan restoran fast food McD yang menyukai merek tersebut. Liking the brand
adalah pelanggan yang menjawab “suka” dan “sangat suka” apabila ditanyakan “Apakah Anda benar-benar menyukai produk merek
McD ?” Dari hasil survei menunjukkan bahwa sebesar 50.67 persen benar-
benar menyukai merek tersebut. hasil perhitungan liking the brand dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Perhitungan Liking The Brand Restoran Fast Food Mc Donald’s
Jawaban f x
f.x X
2
f.x
2
Sangat Tidak Suka 1
1 Tidak Suka
4 2
8 4
16 1.78
Biasa Aja 107
3 321
9 963
47.56 Suka 100
4 400
16 1600
44.44 Sangat Suka
14 5
70 25
350 6.22
TOTAL 225 799 2929 100
Liking the Brand 50.67
Analisis committed buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan McD yang termasuk ke dalam
committed buyer . Konteks committed buyer dalam penelitian ini adalah
pelanggan McD yang merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut ke pihak lain. Committed buyer adalah pelanggan yang
menjawab “sering” dan “selalu” apabila ditanyakan “Apakah Anda menyarankan dan mempromosikan ke orang lain untuk mengkonsumsi
produk McD?”. Dari hasil survei didapatkkan jumlah pelanggan yang
mempromosikan dan menyarankan merek tersebut ke pihak lain sebesar 8.89 persen. Hasil perhitungan committed buyer dapat dilihat pada Tabel
15. Tabel 15. Hasil Perhitungan Committed Buyer Restoran Fast Food Mc
Donald’s
Jawaban f x
f.x X
2
f.x
2
Tidak Pernah 67
1 67
1 67
29.78 Jarang 68
2 136
4 272
30.22 Kadang-kadang 70
3 210
9 630
31.11 Sering 15
4 60
16 240
6.67 Selalu 5
5 25
25 125
2.22
TOTAL 225 498 1334 100
Committed Buyer 8.89
3. Media Sumber Informasi Pengenalan Produk McDonald’s
Dari hasil survei konsumen menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengenal produk merek McD dari penayangan iklan di
televisi yaitu sebesar 35.56 persen. Iklan di televisi memang merupakan bentuk promosi yang mampu menjangkau audiens paling luas jika
dibandingkan dengan bentuk promosi lainnya. Sebanyak 18.20 persen responden mengenal produk merek McD dari teman atau saudara, 17.00
persen dari billboard, 10.56 persen dari iklan di majalah, 9.26 persen dari brosur dan leaflet, 8.20 persen dari iklan di radio .dan 0.75 persen
responden lainnya menyatakan mengenal produk merek McD dari media informasi lainnya. Secara lengkap data mengenai media sumber
informasi pengenalan produk McD dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Data Sumber Informasi Pengenalan Produk McDonald’s
Media Jumlah Persentase
Iklan di Televisi 192
35.56 Teman atau saudara
98 18.20
Billboard 95 17.00
Iklan di Majalah 57
10.56 Brosur dan Leaflet 50
9.26 Iklan di Radio
44 8.20
Lainnya 4
0.75
TOTAL 540 100
4. Citra Merek McDonald’s
Terdapat sembilan kesan yang diuji berkaitan dengan citra merek McD, yaitu :
1. Restoran yang terkenal
2. Produk ayamnya yang sangat gurih dan renyah
3. Menu yang bervariasi
4. Suasana restoran yang bersih dan nyaman
5. Harga produk yang terjangkau
6. Keramahan karyawan
7. Pelayanan yang cepat
8. Promosi yang gencar dan kontinyu
9. Promosi yang menarik
Sembilan kesan tersebut diatas selanjutnya diuji dengan menggunakan Uji Cochran . Teknik ini menganggap kesan-kesan
tersebut sebagai keseluruhan elemen pembentuk citra merek. Dengan teknik uji , nilai elemen yang paling kecil akan dikeluarkan dari
perhitungan. Elemen yang masih tersisa diujikan kembali untuk mendapatkan kesan yang paling berpengaruh dalam pembentukan citra
merek McD. Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji cochran terhadap Kesembilan Kesan McD
Tahap Kesan Asosiasi df
Q X
2
Kesimpulan
1 • Restoran yang terkenal
• Produk ayamnya sangat gurih
dan renyah • Menu yang bervariasi
• Suasana restoran yang bersih
dan nyaman • Harga produk terjangkau
• Keramahan karyawan • Pelayanan yang cepat
• Promosinya gencar • Promosinya menarik
8 147.37 15.51 Tolak
Ho
2 • Restoran yang terkenal
• Menu yang bervariasi • Suasana restoran yang bersih
dan nyaman • Harga produk terjangkau
• Keramahan karyawan • Pelayanan yang cepat
• Promosinya gencar • Promosinya menarik
7 69.15 14.07 Tolak Ho
3 • Restoran yang terkenal
• Menu yang bervariasi • Harga produk terjangkau
• Keramahan karyawan • Pelayanan yang cepat
• Promosinya gencar • Promosinya menarik
6 19.64 12.59 Tolak Ho
4 • Restoran yang terkenal
• Menu yang bervariasi • Harga produk terjangkau
• Keramahan karyawan • Promosinya gencar
• Promosinya menarik 5 -16.34 11.07 Terima
Ho
Pada tahap awal pengujian, kesan mengenai produk ayamnya sangat gurih dan renyah dikeluarkan dari perhitungan karena mempunyai
nilai paling kecil dibandingkan dengan nilai kesan yang lain. Demikian halnya dengan suasana restoran yang bersih dan nyaman dan pelayanan
yang cepat tidak diikutsertakan pada pengujian di tahap selanjutnya. Setelah pengujian sampai pada tahap keempat, didapatkan enam elemen
kesan pembentuk citra merek McD yaitu McD restoran yang terkenal, menu yang bervariasi, harga produk terjangkau, karyawan yang ramah,
promosinya gencar serta promosinya menarik. Hasil perhitungan uji Cochran dapat dilihat pada Lampiran 6.
Selain kesan yang telah disebutkan diatas, ada beberapa kegiatan promosi lainnya yang dapat meningkatkan citra merek McD. Berdasarkan
hasil survei konsumen menunjukkan bahwa kegiatan beriklan di televisi paling mampu meningkatkan citra merek McD 96 dibanding kegiatan
promosi lainnya. Selanjutnya dengan menjadi sponsor suatu acara mampu meningkatkan citra merek McD sebesar 90 persen, adanya paket
produk hemat 88, beriklan di majalah 84 dan adanya pemberian
hadiah pada pembelian produk mampu meningkatkan citra merek sebesar 78 persen. Untuk lebih lengkapnya, data mengenai kegiatan promosi
yang dapat meningkatkan citra merek McD dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Data Kegiatan Promosi McDonald’s yang Mampu
Meningkatkan Citra Merek
Kegiatan Promosi Meningkatkan Citra
Merek McD Jumlah
Ya Tidak
Beriklan di televisi 96
4 100
Menjadi sponsor acara 90
10 100
Paket produk hemat 88
12
100
Beriklan di majalah 84
16
100
Pemberian hadiah pada pembelian produk
78 22
100
5. Perpindahan Merek Brand Switching
1. Analisis Regresi
Dengan menggunakan analisis regresi akan diketahui pengaruh antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek. Data yang
dihitung adalah data biaya promosi restoran pada akhir tahun 2004 sampai akhir tahun 2005, serta data tingkat peralihan merek selama
dua tahun pada kurun waktu yang sama. Biaya promosi disini adalah jumlah anggaran yang digunakan untuk jenis promosi schematic saja,
sedangkan untuk jenis promosi thematic ditanggung oleh perusahaan pusat. Data perubahan biaya promosi dan perubahan tingkat peralihan
merek dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Data Perubahan Biaya Promosi dan Perubahan Brand Switching
Bulan Perubahan Biaya
Promosi Persentase Perubahan Tingkat
Peralihan Merek Orang
Januari 7,28
950 Februari
- 14,76 - 2064
Maret 10,16
1212 April
3,04 399
Mei 3,61
488 Juni
0,1 140
Juli 8,25
1168 Agustus
- 20,2 - 3100
September - 0,2
- 23 Oktober
2,3 281
November 12,6
1573 Desember
- 0,45 - 63
Sumber : Restoran McD Cabang Padjadjaran diolah Data perubahan biaya promosi merupakan hasil pengurangan
antara biaya bulan tertentu dengan biaya promosi pada bulan sebelumnya kemudian dibagi dengan data biaya promosi bulan
sebelumnya. Sebagai contoh, data perubahan biaya promosi bulan Januari 2005 diperoleh dari pengurangan biaya promosi pada bulan
Januari 2005 dengan biaya promosi bulan Desember 2004 Lampiran 10 kemudian dibagi dengan dengan biaya promosi bulan Desember
2004. Data peralihan merek diolah dari data tingkat kunjungan
konsumen selama satu tahun terakhir yaitu pada tahun 2005. Jika data tingkat kunjungan konsumen diasumsikan merupakan data tingkat
peralihan dari merek lain ke merek McD ditandai dengan nilai positif dan peralihan dari McD ke merek lain ditandai dengan nilai
negatif maka data tingkat peralihan merek konsumen McD dapat terlihat seperti tabel di atas.
Perhitungan perubahan tingkat peralihan merek konsumen McD adalah pengurangan data tingkat kunjungan pada bulan tersebut
dengan data bulan sebelumnya. Misalnya, data tingkat peralihan merek bulan Januari 2005 diperoleh dari hasil pengurangan tingkat
kunjungan konsumen bulan Januari 2005 dengan tingkat kunjungan konsumen bulan desember 2004 Lampiran 10.
Hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek lain ke merek McD
dan sebaliknya adalah sebagai berikut : Hipotesis nol Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara biaya
promosi dengan tingkat peralihan merek brand switching
. Hipotesis satu H1 : Ada hubungan yang signifikan antara promosi
dengan tingkat peralihan merek brand switching
. Terlihat dalam Lampiran 5, pada output hasil analisis regresi
nilai R Square adalah 0.994. R Square disebut koefisien determinasi atau koefisien korelasi. Besarnya tingkat peralihan merek dapat
dijelaskan melalui nilai R Square. Tabel menunjukkan bahwa korelasi antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek adalah 0.994
dengan signifikansi 0.000. Hasil seperti itu menunjukkan bahwa hubungan antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek
adalah sangat erat. Dari data yang diperoleh bahwa variabel tingkat peralihan merek sebagian dipengaruhi oleh kegiatan promosi McD.
Dari uji t pada constant diperoleh nilai t hitung sebesar -1.941, sedangkan nilai t tabel dengan derajat bebas df sama dengan 10
adalah 1.812. Dengan berlakunya harga mutlak, maka nilai t hitung pada constant bernilai lebih besar dari nilai t tabel dengan taraf
signifikansi dari 0.1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel constant
tersebut dapat diterima signifikan. Sedangkan untuk nilai t
pada coefficients didapatkan nilai t hitung sebesar 39.339. Nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dengan signifikansi dari 0.1
maka variabel coefficients tersebut signifikan. Nilai t baik pada constant
maupun coefficient yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan diterima hipotesis 1 yaitu bahwa ada
hubungan yang signifikan antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek konsumen McD.
Hubungan antara biaya promosi dengan tingkat peralihan merek dinyatakan dalam persamaan regresi, yaitu : Y = -64.676 +
142.037 X, dengan Y adalah tingkat peralihan merek dan X adalah biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan. Konstanta sebesar
-64.676 menyatakan jika tidak ada biaya promosi maka McD kehilangan 65 orang konsumen yang berasal dari peralihan merek lain
ke McD. Koefisien regresi sebesar 142.037 menyatakan bahwa setiap ada penambahan satu kali 100 biaya promosi maka akan
meningkatkan peralihan merek dari merek lain ke merek McD sebesar 142 orang, sehingga total jumlah konsumen yang beralih dari
merek lain ke merek McD sebesar 77 orang Y = -65 + 1421. Begitu pula sebaliknya apabila terjadi penurunan biaya promosi
sebesar satu kali biaya promosi maka tingkat peralihan merek McD ke merek lain sebesar 142 orang, sehingga jumlah konsumen McD
yang beralih ke merek lain berjumlah 207 orang Y = -65 – 1421. Tingginya tingkat peralihan merek yang dilakukan oleh
konsumen merek McD disebabkan oleh beberapa alasan yaitu promosi yang menarik 16.74, lokasi yang strategis 16.18,
kebersihan dan kenyamanan tempat 15.00, produknya berkualitas 14.36, pelayanan yang ramah dan cepat 11.16, tergantung
situasi 11.00, kenaikan harga produk 6.55, hanya coba-coba 4.46, tersedia area bermain anak-anak 3.20, sisanya 13 persen
menyatakan menjawab alasan lain selain yang disebutkan diatas. Secara lengkap data mengenai alasan peralihan merek konsumen
McD beralih ke merek restoran fast food lain dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Data Alasan Peralihan Merek Konsumen McDonald’s
Alasan Jumlah Persentase
Promosi yang menarik 120
16.74 Lokasi yang strategis
116 16.18
Kebersihan dan kenyamanan tempat 107
15.00 Produknya berkualitas
103 14.36
Pelayanan yang ramah dan cepat 80
11.16 Tergantung situasi
76 11.00
Kenaikan harga produk 47
6.55 Hanya coba-coba
32 4.46
Tersedia area bermain anak-anak 23
3.20 Lainnya
13 1.80
TOTAL 717
100
Dari hasil survei 225 responden yang diteliti, sebagian besar responden menjawab pernah mengkonsumsi produk McD. Kegiatan
promosi yang dilakukan McD menurut responden dirasakan sangat membantu mereka dalam beralih merek yaitu sebagian besar
responden 73 menyatakan produk McD dengan harga hemat sangat bermanfaat dan menarik konsumen untuk beralih merek
restoran fast food. Selain itu, sebesar 70 persen menyatakan tayangan iklan di televisi membantu dalam peralihan merek, sebesar 66 persen
menyatakan munculnya produk baru membantu mereka dalam beralih merek, pemberian hadiah pada pembelian produk juga mampu
membantu konsumen dalam peralihan merek 64 sedangkan sebesar 45 persen dengan menjadi sponsorship suatu acara mampu
mendorong konsumen untuk beralih merek restoran fast food lain. Secara rinci data mengenai tanggapan responden tentang pengaruh
kegiatan promosi dalam peralihan merek dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Data Pengaruh Kegiatan Promosi McDonald’s Terhadap Peralihan Merek
Kegiatan Promosi Membantu
Peralihan Merek Jumlah
Ya Tidak
Paket produk dengan harga hemat 73
27
100
Tayangan iklan di televisi dan majalah
70 30
100
Munculnya produk baru 66
34 100
Hadiah pada pembelian produk 64
36 100
Sponsorship suatu acara
45 55
100 2.
Brand Switching Pattern Matrix
McD mempunyai pangsa pasar awal sebesar 28.44 persen, sedangkan KFC memiliki nilai pangsa pasar paling tinggi dibanding
restoran fast food lainnya yaitu sebesar 43.44 persen. Restoran fast food
seperti CFC memiliki pangsa pasar sebesar 6.22 persen. Nilai ini adalah nilai terkecil dibanding restoran fast food lainnya. Popeye’s
dan AW masing-masing mempunyai nilai pangsa pasar sebesar 9.78 persen dan 12 persen. Secara lengkap, data mengenai pangsa
pasar beberapa restoran fast food dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.
Tabel 22. Data Pangsa Pasar Awal Restoran Fast Food
Pangsa Pasar Awal Persentase
McD 28.44 KFC 43.44
CFC 6.22 Popeye’s 9.78
AW 12 TOTAL 100
Hasil perhitungan brand switching pattern matrix menunjukkan bahwa konsumen McD yang merupakan konsumen lama loyal
sebesar 20 persen, selebihnya berasal dari konsumen restoran fast food
lainnya, seperti dari konsumen KFC 58 , konsumen CFC 5, konsumen Popeye’s 8, dan konsumen AW 9. Sebagai
pemilik pangsa pasar tertinggi dibanding restoran fast food lainnya, KFC memiliki konsumen loyal sebesar 20 persen, kemudian dari
konsumen McD sebanyak 44 persen, konsumen CFC sebanyak 4 persen, konsumen Popeye’s sebanyak 13 persen dan sisanya dari
konsumen AW sebanyak 19 persen. CFC memiliki konsumen yang setia loyal sebesar 40 persen,
kemudian mendapatkan tambahan konsumen baru dari konsumen McD 30, konsumen KFC 10, konsumen Popeye’s 10 serta
konsumen AW 10. Sedangkan Popeye’s memiliki konsumen yang setia sebesar 9 persen, sisanya merupakan tambahan dari
konsumen lain, yaitu McD 27, KFC 36, CFC 9, dan AW 18. Di lain pihak, AW mendapatkan tambahan konsumen baru
dari McD 41, KFC 29, CFC 6, dan Popeye’s 12, dan konsumen yang loyal sebesar 12 persen. Data mengenai peralihan
merek konsumen dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 23 dan 24. Tabel 23. Matriks Brand Switching Pattern
Dari Ke McD KFC CFC Popeye’s AW Total
McD
27 24
3 3 7 64
28.44
KFC
77 11
1 4 5 98
43.55
CFC 6 2 4 1 1
14 6.22
Popeye’s
11 7 1 1 2
22 9.78
AW 12 10 1
2 2
27 12
Total 133 54 10 11 17 225
59.11 24 4.44
4.88 7.56
100
Tabel 24. Data Persentase Brand Switching
Dari Ke McD
KFC CFC
Popeye’s AW
McD
20.30 44.44
30 27.27
41.17
KFC
57.89 20.37
10 36.36
29.41
CFC
4.51 3.70
40 9.09
5.88
Popeye’s
8.27 12.96
10 9.09
11.76
AW
9.02 18.52
10 18.18
11.76
Total 100
100 100
100 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa merek CFC mempunyai konsumen loyal atau setia paling tinggi dibanding dengan
konsumen merek fast food lainnya yaitu sebesar 40 persen. Sedangkan konsumen yang mempunyai konsumen loyal paling
rendah adalah Popeye’s yakni hanya sebesar 9 persen. Nilai persentase konsumen yang loyal pada tiap-tiap merek fast food
dihitung berdasarkan besar pangsa pasar tiap merek masing-masing bukan secara keseluruhan pangsa pasar fast food. Misal McD,
persentase konsumen loyal McD sebesar 20.30 persen, ini berarti dari pangsa pasar McD dalam pangsa pasar fast food, McD hanya
mempunyai konsumen yang loyal sebesar 20 persen. Begitu halnya dengan merek fast food lainnya, sehingga meskipun secara nominal
persentase konsumen loyal CFC lebih besar dari McD, akan tetapi jumlah pangsa pasar masing-masing merek fast food berbeda dalam
pangsa pasar industri fast food.
3. Possibility Rate of TransitionPRoT
Berdasarkan tabel possibility rate of transition PRoT, dapat diperoleh bahwa kemungkinan perpindahan merek paling besar
adalah pada merek restoran fast food Popeye’s, yaitu sebesar 309 persen. Kemudian disusul oleh AW sebesar 260 persen. Pada
urutan ketiga diduduki oleh KFC, yaitu mempunyai nilai PRoT sebesar 219 persen, selanjutnya CFC dengan nilai PRoT sebesar 125
persen. McD adalah restoran fast food yang mempunyai nilai kemungkinan perpindahan merek paling kecil yaitu hanya sebesar 86
persen. Selain nilai kemungkinan perpindahan merek diatas, persentase
tidak setia percentage of unloyal dari konsumen masing-masing restoran fast food dapat diketahui. Popeye’s adalah restoran yang
memiliki nilai persentase tidak setia paling tinggi yaitu sebesar 95 persen, AW 93 persen, KFC sebesar 89 persen, CFC sebesar 71
persen serta McD sebesar 58 persen. Setelah nilai PRoT dan PoU diketahui, maka akan didapatkan nilai tingkat pengurangan attrition
rate pada masing-masing restoran fast food tersebut. McD
mempunyai tingkat pengurangan 214 persen, sedangkan restoran lainnya seperti McD 28, KFC 130, CFC 54 dan AW
167. Secara rinci data mengenai possibility rate of transition dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Data Possibility Rate of TransitionPRoT
Merek Possibility Rate of
Transition PRoT
Percentage of Unloyal
PoU Attrition Rate
McD 86
58 28
KFC 219
89 130
CFC 125
71 54
Popeye’s 309
95 214
AW 260
93 167
4. Prediksi Pangsa Pasar
Pangsa pasar akhir merupakan prediksi pangsa pasar untuk waktu yang akan datang dari masing-masing merek restoran fast food.
Pada tabel data pangsa pasar akhir dibawah ini, terlihat terjadi kenaikan pangsa pasar McD untuk masa yang akan datang. Demikian
halnya dengan restoran fast food AW, CFC, dan Popeye’s
mengalami kenaikan pangsa pasar Lain halnya dengan KFC, restoran fast food
ini mengalami penurunan pangsa pasar. Mengenai prediksi pangsa pasar akhir restoran fast food dapat dilihat secara lengkap
pada Tabel 26 berikut ini. Tabel 26. Data Pangsa Pasar Akhir Restoran Fast Food
Merek Pangsa Pasar Awal
Pangsa Pasar Akhir
Indikasi
McD 28.44
34.58 Naik
KFC 43.44
32.40 Turun
CFC 6.22
7.23 Naik
Popeye’s 9.78
10.98 Naik
AW 12
14.81 Naik
TOTAL 100
100
C. PEMBAHASAN
Kesadaran merek brand awareness terkait dengan perpindahan merek. Dilihat dari posisi McD didalam piramida kesadaran merek , tingkat
kesadaran konsumen akan merek McD sudah bagus. Hal ini terbukti dengan hasil survei yang menyatakan bahwa apabila konsumen diminta untuk
mengingat pertama kali merek restoran fast food, maka sebanyak 58 persen responden menyebutkan merek McD. Setelah itu, konsumen baru mengingat
KFC, Popeye’s, AW dan yang terakhir CFC. Kedudukan McD sebagai top of mind
dalam restoran fast food akan sangat membantu dalam memperluas pangsa pasar.
Loyalitas merek brand loyalty konsumen McD merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada merek McD. Ukuran ini mampu
memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain. Suatu gambar piramida brand loyalty yang baik
akan memperlihatkan bentuk piramida yang terbalik yang semakin ke atas semakin melebar. Bentuk piramida brand loyalty McD Lampiran 4 tidak
menunjukkan bentuk piramida yang terbalik. Hal ini berarti bahwa brand loyalty
yang dimiliki oleh McD belum cukup kuat. Dari gambar piramida brand loyalty
terlihat bahwa bentuk piramida mengecil pada tingkatan liking the brand
dan committed buyer. Dari hasil survei, konsumen McD sebagian besar termasuk ke dalam kategori satisfied buyer yaitu sebesar 54.67 persen,
oleh karena itu kedua tingkatan tersebut harus segera diperbaiki oleh perusahaan. Belum cukup kuatnya loyalitas merek konsumen McDonald’s
disini dikarenakan jenis produknya sendiri yaitu fast food merupakan jenis produk harian, dimana untuk jenis produk harian memang mempunyai
tingkat loyalitas yang rendah. Posisi brand awareness yang telah diraih McD dengan menempati
top of mind dari restoran fast food merupakan suatu peluang besar dalam
rangka mewujudkan atau membentuk konsumen pada tingkatan loyalitas merek pada posisi commited buyer atau setia loyal. Hal ini seharusnya
dimanfaatkan oleh McD untuk membentuk konsumennya mempunyai loyalitas tinggi terhadap merek McD sehingga kemungkinan berpindah ke
merek lain akan semakin kecil. McD harus dapat menunjukkan keunggulan kualitas mutu untuk
dapat menghindari semakin banyaknya pembeli yang berpindah-pindah karena faktor harga switcher. Peningkatan dari segi brand awareness merek
McD akan sangat berpengaruh positif kepada pelanggan, yaitu akan meningkatkan liking the brand. Menurut Durianto, dkk 2001, rasa suka
pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami
pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perceived quality
yaitu dengan meningkatkan mutu atribut-atributnya sehingga para pelanggan ataupun para konsumen yang bukan pelanggan McD dapat
merasakan pengalaman emosional dalam mengkonsumsi produk McD tersebut. Pengalaman inilah yang nantinya diharapkan dapat diceritakan
kepada orang lain. Peningkatan mutu atribut yang dapat dilakukan McD
seperti peningkatan kualitas menu utama yaitu ayam goreng fried chicken dan hamburger, menu tambahan seperti ice cream diproduksi dengan
memperbanyak varian rasa dengan cita rasa khas yang berbeda dengan produk fast food lainnya. Menurut hasil wawancara, sebagian besar
konsumen McD menyukai produk ice creamnya, peningkatan kualitas produk ini diharapkan akan meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap kualitas
produk McD. Selain peningkatan kualitas produk, peningkatan kinerja karyawan dalam hal pelayanan kepada konsumen juga dilakukan. Dengan
keramahan dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat meninggalkan kesan positif di mata pelanggan. Dengan demikian, adanya peningkatan
perceived quality yang dilakukan oleh McD akan berdampak positif didalam
peningkatan jumlah satisfied buyer, liking the brand, dan juga commited buyer
. Berdasarkan hasil uji Cochran , responden mengingat McD sebagai
restoran yang terkenal, mempunyai menu yang bervariasi, harga produk terjangkau, karyawan yang ramah, promosinya gencar serta menarik.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa kegiatan beriklan di televisi 96 dan sponsorship 90 akan efektif meningkatkan citra positif McD,
sebaliknya adanya pemberian hadiah pada pembelian produk 78 dianggap kurang memberikan kontribusi dalam meningkatkan citra McD. Hal ini
dikarenakan sebagian besar hadiah yang diberikan lebih ditujukan untuk kalangan anak-anak, sedangkan sebagian besar konsumen yang datang ke
restoran McD adalah kalangan remaja sehingga peningkatan citra kurang terasa bagi para remaja.
Dari hasil analisis regresi, tingkat peralihan merek baik dari merek McD ke merek lain atau sebaliknya sebagian dipengaruhi oleh promosi. Hal
ini didukung dari hasil survei mengenai alasan peralihan merek oleh konsumen restoran fast food yang menyatakan bahwa 16.74 persen promosi
yang menarik mampu mempengaruhi konsumen untuk beralih merek. Selain promosi, lokasi yang strategis 16.18 , kebersihan dan kenyamanan tempat
15, produknya berkualitas 14.36, pelayanan yang ramah dan cepat 11.16, tergantung situasi 11, kenaikan harga produk 6.55, hanya
coba-coba 4.46, tersedia area bermain anak-anak 3.20, serta 1.80 persen faktor lainnya menjadi pertimbangan konsumen untuk beralih.
Promosi memegang peranan penting dalam peralihan merek dikarenakan promosi yang menarik akan menimbulkan rasa penasaran dan keinginan
untuk mencoba serta membeli produk yang dipromosikan. Peralihan merek seringkali terjadi apabila konsumen merasa tidak
terpuaskan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Ketidakpuasan tersebut dapat berasal dari kualitas produk yang semakin menurun, harga
yang semakin mahal, kegiatan promosi yang kurang menarik, dan pelayanan yang sangat minim. Berdasarkan hasil analisis brand switching pattern
matrix dan PRoT, didapatkan bahwa kemungkinan terjadinya peralihan
merek konsumen McD paling rendah jika dibandingkan dengan kemungkinan peralihan merek konsumen restoran fast food lainnya. Nilai
ProT McD 86 persen, KFC 219 persen, CFC 125 persen, Popeye’s 309 persen, dan AW 260 persen. Rendahnya tingkat peralihan merek ini
dikarenakan sebagian besar konsumen McD telah mendapatkan kepuasan terhadap atribut restoran McD.
Kegiatan promosi yang gencar yang dilakukan McD cukup mampu menjaga loyalitas konsumen McD. Ini dikarenakan dengan adanya promosi
secara kontinyu khususnya tayangan iklan di televisi, secara tidak langsung akan selalu mengingatkan akan keberadaan McD kepada konsumen.
Tayangan iklan McD mempunyai kelebihan dibanding dengan iklan restoran fast food
lainnya, seperti dengan memanfaatkan selebriti sebagai bintang iklannya, alur cerita yang menarik dan inovatif. Selanjutnya, intensitas
munculnya produk baru juga mempengaruhi konsumen untuk beralih merek. Dengan adanya produk baru, akan mendorong konsumen untuk mencoba dan
membeli produk tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan McD, yaitu McD selalu memunculkan produk terbaru secara berkala tiap
tahunnya. Sebagai contoh, produk terbaru terakhir yang dikeluarkan McD saat ini yaitu Gourmet Wrap. Selain jenis promosi diatas, promosi dengan
adanya paket hemat adalah jenis promosi yang paling banyak menarik perhatian bagi konsumen terutama pada kalangan remaja yaitu pelajar dan
mahasiswa. Ini dikarenakan, remaja pada umumnya masih bergantung dalam hal uang saku yang diperoleh, sehingga alternatif adanya Paket Hemat akan
mendorong mereka untuk tetap bisa menikmati produk McD dengan harga yang mudah dijangkau.
Meskipun kemungkinan peralihan merek konsumen McD ke merek lain rendah, perlu diperhatikan bahwa kemungkinan konsumen McD untuk
beralih ke KFC lebih besar dibandingkan dengan restoran fast food merek lain. Dari hasil perhitungan brand switching pattern matrix menyatakan
bahwa hampir 45 persen konsumen KFC berasal dari konsumen McD yang beralih. Menurut hasil wawancara, alasan peralihan ini sebagian besar
dikarenakan cita rasa produk ayam KFC dirasakan lebih unggul dibanding McD. Selain itu, variasi menu hemat yang dikeluarkan KFC Paket Rp.
5000,- mampu menarik konsumen untuk mencoba sehingga beralih merek ke KFC.
Lokasi restoran KFC juga menjadi pertimbangan beberapa konsumen McD beralih ke KFC. Di Bogor, cabang restoran McD terdapat 3 cabang
yaitu McD cabang Plaza Yogya Baru, McD cabang Hero Padjadjaran, serta stand outlet cabang Bogor Trade Mall. Beberapa keunggulan lokasi KFC
diantaranya terdapat pada area yang dirasakan sangat strategis, yaitu dekat dengan pusat perbelanjaan Giant, berada di jalur jalan utama dan terminal
pusat serta dekat dengan area rekreasi Kebun Raya Bogor. Disamping itu, cabang restoran KFC lainnya berada didalam mall yang sangat ramai
pengunjungnya. Misalnya , Plaza Ekalokasari, disini KFC memiliki cabang restoran sedangkan McD tidak ada. Selain itu, KFC juga membuka cabang
restoran di Bogor Trade Mall, sedangkan McD hanya membuka stand outlet khusus es krim saja. Konsumen yang awalnya loyal terhadap McD,
dikarenakan mengalami kesulitan menemukan restoran McD pada tempat yang sedang dikunjungi menyebabkan mereka akhirnya berpindah ke KFC.
Hal ini perlu diperhatikan bagi McD untuk mempertimbangkan kembali pembukaan cabang restoran pada area pusat hiburan tersebut. Dengan adanya
kemudahan lokasi cabang restoran McD, kemungkinan konsumen untuk
beralih ke merek lain akan berkurang terutama pada konsumen yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap McD.
Pesaing kedua terdekat McD setelah KFC adalah AW. Empat puluh satu persen konsumen AW berasal dari konsumen McD. Sebagian besar
konsumen McD yang beralih dikarenakan hanya faktor coba-coba. Dibandingkan dengan KFC, AW jarang melakukan promosi baik melalui
media cetak maupun elektronik. Minimnya kegiatan promosi AW menyebabkan AW berada pada posisi brand recognition, yaitu responden
masih membutuhkan bantuan untuk mengingat keberadaan AW. CFC adalah pesaing ketiga McD. Kegiatan promosi CFC pun tidak
segencar McD dan KFC. Selain itu, sebagian besar konsumen CFC merupakan konsumen yang loyal terhadap CFC itu sendiri yaitu sekitar 40
persen. Pesaing terakhir adalah Popeye’s. Sekitar 27 persen kosumen
Popeye’s adalah konsumen peralihan dari McD. Di Bogor, cabang restoran ini hanya terdapat satu cabang dan masih tergolong pendatang baru. Sebagian
besar konsumen yang beralih ke Popeye’s hanya karena faktor ingin mencoba. Akan tetapi, dikarenakan jarangnya Popeye’s berpromosi baik
pada media cetak maupun elektronik, maka tidak mengherankan jika responden masih ada yang belum pernah mengenal restoran fast food ini. Hal
ini sesuai dengan hasil analisis brand awareness, bahwa Popeye’s menempati posisi unaware brand. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh McD
untuk mengambil pangsa pasar konsumen Popeye’s untuk beralih ke McD, salah satu cara adalah dengan menggunakan promosi yang lebih menarik.
Di sisi lain, pada peralihan merek dari merek restoran fast food merek lain ke McD, sebagian besar konsumen KFC berpeluang beralih ke McD
yaitu sekitar 58 persen. Kemudian disusul dengan konsumen AW, Popeye’s serta CFC. Peralihan kosumen KFC ke McD dapat disebabkan
karena diferensiasi produk yang tidak jauh berbeda diantara keduanya. Dapat dikatakan bahwa kedua merek tersebut saling bersubstitusi.
Ditinjau dari tujuan promosi McD, promosi bertujuan untuk menginformasikan produk kepada konsumen, memperluas pangsa pasar,
serta meningkatkan kesadaran dan loyalitas merek. Sejauh ini promosi yang dilakukan McD cenderung bertujuan menarik konsumen baru untuk beralih
ke merek McD. Ini berarti, promosi McD belum sepenuhnya menciptakan kesetiaan konsumen akan merek McD. Promosi McD lebih bersifat promosi
jangka pendek schematic daripada promosi jangka panjang thematic. Padahal dampak yang ditimbulkan oleh promosi yang bersifat jangka
panjang akan menciptakan keengganan konsumen untuk beralih merek ke restoran fast food lainnya. Untuk itu, McD harus selalu inovatif dalam
melakukan kegiatan promosi dengan proporsi yang tepat antara promosi yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Pangsa pasar McD untuk tiga bulan mendatang mengalami peningkatan sebesar hampir 6.14 persen. Sedangkan KFC, sebagai pemilik
pangsa pasar awal terbesar dibanding restoran fast food lainnya mengalami penurunan pangsa pasar sebesar 11.04 persen. Proporsi pangsa pasar yang
hilang ini kemungkinan diambil oleh McD, CFC, Popeye’s dan AW. Selain McD yang mengalami peningkatan pangsa pasar, CFC mengalami kenaikan
pangsa pasar sebesar 1.01 persen, Popeye’s 1.2 persen dan AW 2.81 persen.
Kenaikan pangsa pasar McD ini menandakan bahwa tujuan promosi schematic
McD sudah tercapai yakni mengembangkan pangsa pasar, akan tetapi tujuan untuk meningkatkan loyalitas merek belum sepenuhnya
tercapai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh McD, yaitu jika perusahaan lebih banyak fokus pada promosi schematic dimana bertujuan
hanya mengajak atau membujuk konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut misalnya dengan memberi “iming-iming” atau jenis alat promosi
lainnya, apabila suatu saat muncul pesaing dengan “iming-iming” yang lebih bagus maka akan dapat dengan mudahnya konsumen yang awalnya
merupakan konsumen McD menjadi beralih ke merek pesaing tersebut. Hal ini dikarenakan belum cukup kuatnya tingkat loyalitas konsumen yang
tertanam pada konsumen McD. Berkaitan dengan promosi schematic yang telah dilakukan McD,
dapat dilihat dari promosi above the linenya. Promosi ATL McD sangat
gencar seperti iklan di media cetak maupun elektronik, billboard, spanduk, leaflet
serta brosur. Semuanya itu mampu menarik konsumen untuk beralih ke merek McD. Akan tetapi, untuk mempertahankan konsumen yang sudah
ada sebelumnya diperlukan suatu promosi yang mampu menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen sehingga akan menjadikan konsumen itu
setia terhadap McD. Selain dengan melakukan peningkatan kualitas produk dan pelayanan, yang bisa dilakukan diantaranya yakni dengan mengevaluasi
kembali kegiatan promosi below the line McD. Sejauh ini promosi below the line
McD sudah dirasakan cukup, namun ada beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan referensi untuk peningkatan kegiatan promosi BTL McD.
Promosi BTL yang dapat dilakukan McD diantaranya adalah dengan menambah jenis gift atau souvenir yang diberikan kepada konsumen.
Souvenir tidak hanya diperuntukkan kalangan anak-anak saja, tetapi
diperluas disesuaikan untuk kalangan remaja maupun orang dewasa. Ini akan menarik perhatian bagi kalangan remaja atau dewasa yang ingin berkunjung
ke McD. Selain itu, jika dilihat dari konsumen McD sebagian besar berlatar belakang pendidikan pelajar dan mahasiswa. Ini dapat dimanfaatkan oleh
McD untuk mengadakan acara goes to school or campus, misalnya sebagai sponsor suatu acara kemahasiswaan atau pelajar dan pemberian beasiswa.
Dengan demikian, selain membantu kegiatan kependidikan, McD secara tidak langsung berpromosi untuk selalu mengingatkan keberadaannya
sehingga di kalangan remaja McD akan tertanam merek McD. Inovasi lainnya yang dapat dilakukan McD yaitu dengan mencetak
member card bagi pelanggan McD. Dengan adanya member card tersebut,
McD akan memberikan beberapa keuntungan lebih bagi pelanggan setia McD, misal berupa potongan harga, pengumpulan point pembelian dengan
penukaran hadiah atau voucher gratis. Beberapa kegiatan promosi diatas nantinya diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan pangsa pasar serta
membentuk loyalitas yang tinggi kepada konsumen McD yang pada akhirnya akan memperkecil peluang beralihnya konsumen McD ke merek fast food
lain.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Promosi yang dilakukan oleh McDonald’s bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi dari produsen ke konsumen sedemikian rupa
sehingga menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Selain itu, promosi juga berfungsi menciptakan kesadaran konsumen akan
merek McD, meningkatkan citra merek McD dan meningkatkan nilai penjualan produk serta mengembangkan pangsa pasar. Jenis kegiatan
promosi yang dilakukan perusahaan diantaranya adalah beriklan advertising seperti iklan di media cetak maupun elektronik, billboard,
spanduk, brosur, leaflet, dan banner. Bentuk kegiatan promosi lainnya yaitu berupa promosi penjualan seperti adanya Paket Hemat Pahe, Paket Nasi
Panas, Paket Ayam, Happy Meal with Premium. Kegiatan promosi lainnya yaitu dalam bentuk hubungan masyarakat dan publisitas seperti melibatkan
diri dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan sponsorship, McD juga berperan serta dalam kegiatan pendidikan.
Berdasarkan analisis kesadaran merek brand awareness, McD menempati posisi top of mind yaitu sebesar 58 persen responden
menyebutkan merek McD ketika pertama kali ketika ditanya tentang merek fast food
. Sedangkan dari analisis loyalitas merek brand loyalty menunjukkan bahwa brand loyalty McD belum cukup kuat, hanya pada
tingkatan pelanggan yang merasakan kepuasan dalam mengkonsumsi produk McD satisfied buyer sebesar 54.67 persen. Peningkatan brand loyalty McD
ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki perceived quality yang dilakukan McD yaitu dengan melakukan peningkatan kualitas atribut-atribut
McD. Berdasarkan hasil perhitungan Uji Cochran, citra merek McD
terbentuk dari enam elemen kesan yaitu restoran yang terkenal, mempunyai menu yang bervariasi, harga produk terjangkau, karyawan yang ramah,
promosinya gencar serta menarik. Kegiatan promosi McD yang telah