Stabilitas Emulsi Karakterisasi Hand and Body Cream Kelor

72 Menurut Suryani et al 2000, emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, pemanasan, dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, serta guncangan mekanik atau getaran. Zat pengemulsi merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil Anief, 2004. Emulsifier yang digunakan dalam sampel produk cream yang dibuat yaitu setil alkohol dan trietanolamin. Pada sediaan cream komersil juga digunakan zat pengmulsi yang sama dengan produk cream yang telah dibuat. Suatu senyawa dikatakan sebagai emulsifier jika memiliki kemampuan mengikat air dan lemak karena adanya gugus hidrofobik dan hidrofilik pada struktur kimia senyawa tersebut Suharto, 1987. Bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan bagian hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil.

4.8.4. Cemaran Mikroba

Produk cream merupakan sediaan perawatan kulit berpotensi terkontaminasi mikroorganisme karena di dalam formulanya terdapat air dan bahan-bahan lain yang dapat dirusak mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam produk selain dipengaruhi oleh kandungan bahan pengawet, juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti kadar padatan, aktivtas air, pH, suhu serta kandungan oksigen. Untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pada produk kosmetik maka dalam produk ditambahkan pengawet berupa zat antimikroba seperti benzil alkohol, asam borat, asam sorbat, 73 kloroheksidin, formaldehid, paraben, senyawa amonium quartener, fenol, senyawa imidazolidinil, dll Brannan, 2006. Pengujian cemaran mikroba pada produk merupakan salah satu analisa yang menjadikan produk layak atau tidak layak untuk dikonsumsi atau digunakan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada dalam suatu bahan. Salah satu metode yang sering digunakan pada analisa total cemaran mikroba adalah TPC Total Plate Count. Menurut Fardiaz 1989, prinsip metode ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa mikroskop. Menurut Fardiaz 1989, beberapa koloni yang bergabung menjadi suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni. Hasil uji total cemaran mikroba terhadap produk cream hasil uji organoleptik terbaik dan antioksidan terbaik menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terkandung dalam kedua produk negatif. Hal ini dikarenakan adanya penambahan metil paraben pada formulasi produk hand and body cream. Metil paraben sendiri merupakan suatu bahan yang ditambahkan dalam cream yang berfungsi sebagai pengawet karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur Rieger, 2000. Selain penambahan metil paraben, senyawa aktif dalam ekstrak daun kelor juga memiliki sifat antimikroba, diantaranya yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid yang memiliki mekanisme kerja dengan merusak membran sel bakteri 74 Bukar et al., 2010. Sehingga mengoptimalkan pencegahan cemaran mikroba dalam sampel produk cream. Pada cream komersil, bahan pengawet yang digunakan yaitu berupa fenoksietanol yang merupakan pengawet yang larut dalam minyak. Komposisi BHT dalam produk komersil juga merupakan suatu senyawa yang dapat berperan sebagai pengawet, dimana menurut Parhusip 2006, senyawa BHT dapat menyebabkan gangguan pada membran sel sehingga mengakibatkan terganggunya proses-proses metabolisme dalam membran sel, seperti penyerapan nutrient, produksi energi, dan transfer elektron.