Analisis Spasial Ir. Evi Naria, M.Kes dan Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku komisi penguji yang

pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun interpretasi persamaan regresi linier tersebut sebagai berikut : 1. Koefisien konstanta bernilai negative maka ketiadaan variabel kelembaban udara dan lama penyinaran matahari, maka kejadian Tuberkulosis paru cenderung menurun, artinya kejadian tuberkulosis paru -14.926 jika tidak ada kelembaban udara dan lama penyinaran matahari. 2. Koefisien kelembaban udara bernilai positif menunjukkan bahwa dengan ketiadaan variabel independen lama penyinaran matahari maka kejadian tuberkulosis paru cenderung meningkat, artinya kejadian tuberkulosis paru diprediksikan akan bertambah 0,181 jika kelembaban udara bertambah satu satuan dan kejadian tuberkulosis paru diprediksikan berkurang 0,181, jika kelembaban udara berkurang satu satuan. 3. Koefisien lama penyinaran matahari bernilai positif menunjukkan bahwa dengan ketiadaan variabel indepen kelembaban udara maka kejadian Tuberkulosis paru cenderung meningkat, artinya kejadian Tuberkulosis paru diprediksikan akan bertambah 0,041 jika lama penyinaran matahari bertambah satu satuan dan kejadian Tuberkulosis paru diprediksikan berkurang 0,041, jika lama penyinaran matahari berkurang satu satuan.

4.6 Analisis Spasial

Metode analisis spasial yang digunakan adalah menggunakan teknik overlay methode, yang meliputi distribusi kasus tuberkulosis paru berdasarkan Universitas Sumatera Utara variabel iklim dalam rata-rata perbulan berdasarkan data dari BMKG. Selanjutnya untuk memudahkan penyajian informasi tentang pemetaan kasus tuberkulosis paru berdasarkan variabel iklim diberi degradasi warna. Degrasi warna yang diberikan untuk membedakan keadaan iklim pada tiap kecamatan yang diteliti di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan nilai rata-rata perbulan. 4.6.1 Overlay Suhu Udara Dengan Kejadian Tuberkulosis paru di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Gambar 4.13 merupakan overlay hubungan rata-rata suhu udara dengan kejadian Tuberkulosis paru pada daerah pesisir dan bukan pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2009-2012. Degrasi warna diberikan menurut rendah dan tingginya rata-rata suhu udara pertahun yang didapat dari hasil pengukuran BMKG perkecamatan yang diteliti dan jumlah kejadian tuberkulosis pertahun berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai perkecamatan. Jumlah kasus tuberkulosis paru terbanyak pertahunnya yaitu sebanyak 93 kasus terjadi pada tahun 2012, dengan rata-rata suhu udara 27,4 Terjadinya peningkatan suhu udara antara tahun 2009 dan 2010 juga antara tahun 2011 dan 2012 diikuti peningkatan jumlah kasus. Untuk daerah pesisir keadaan ini terjadi di Kecamatan Perbaungan dan Tanjung Beringin. Sedangkan daerah bukan pesisir keadaan ini terjadi di Kecamatan Kotarih dan Tebing Sahbandar. C di Kecamatan Perbaungan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13. Overlay Rata-rata Suhu Udara dengan Jumlah Kejadian Tuberkulosis paru Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Universitas Sumatera Utara 4.6.2 Overlay Kelembaban Udara Dengan Kejadian Tuberkulosis paru di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Dari overlay rata-rata kelembaban udara dengan jumlah kejadian tuberkulosis paru yang dapat dilihat pada gambar 4.14, diketahui jumlah kasus tuberkulosis paru terbanyak di daerah pesisir berada di Kecamatan Perbaungan pada tahun 2012 dengan rata-rata kelembaban udara pertahun 82 , sedangkan daerah bukan pesisir berada di Sipispis tahun 2011 dengan rata-rata kelembaban 79 dan 2012 dengan rata-rata kelembaban 82 . Peningkatan kelembaban udara diikuti dengan peningkatan jumlah kejadian tuberkulosis paru dari tahun 2011 hingga 2012 terjadi di Kecamatan Kotarih dan Tebing Sahbandar. Sedangkan penurunan kelembaban udara tahun 2009 dan 2010, serta tahun 2011 dan 2012, diikuti dengan peningkatan jumlah kejadian tuberkulosis paru pada Kecamatan Perbaungan, Sei Rampah, Tanjung Beringin dan Tebing Sahbandar. 4.6.3 Overlay Curah Hujan Dengan Kejadian Tb Paru di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Overlay yang ditampilkan gambar 4.15, menggambarkan saat rata-rata curah hujan antara tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan, kejadian tuberkulosis paru cenderung meningkat. Rata-rata curah hujan antara tahun 2010 dan 2011 mengalami kenaikan, kejadian tuberkulosis paru cenderung menurun. Rata-rata curah hujan antara tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan, jumlah kejadian Tuberkulosis paru mengalami kenaikan. Pola hubungan tersebut terjadi di Kecamatan Perbaungan, Tanjung Beringin, Kotarih dan Tebing Sahbandar. Rata-rata curah hujan sebesar 107 mm, saat jumlah kejadian tuberkulosis paru terbanyak terjadi di Kecamatan Perbaungan tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.14 Overlay Rata-rata Kelembaban Udara dengan Jumlah Kejadian Tuberkulosis paru Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.15 Overlay Rata-rata Curah Hujan dengan Jumlah Kejadian Tuberkulosis paru Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Universitas Sumatera Utara 4.6.4 Overlay Lama Penyinaran Matahari Dengan Kejadian Tuberkulosis paru di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Gambar 4.16, overlay antara rata-rata lama penyinaran matahari dengan jumlah kejadian tuberkulosis paru periode tahun 2009-2012 di Kabupaten Serdang Bedagai, menunjukkan saat lama penyinaran matahari mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga 2010, saat itu juga kejadian tuberkulosis paru mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat terjadi di Kecamatan Perbaungan, Tanjung Beringin, dan Tebing Sahbandar. Peningkatan kejadian tuberkulosis paru juga terjadi di Kecamatan Sipispis, dimana terjadi penurunan intensitas matahari dari tahun 2010 – 2011. Untuk periode tahun 2011-2012, peningkatan lama penyinaran matahari diikuti peningkatan kejadian tuberkulosis paru. Saat rata-rata penyinaran matahari pada tahun 2012 di Kecamatan Perbaungan, kejadian tuberkulosis paru tertinggi terjadi pada tahun ini. 4.6.5 Overlay Kecepatan Angin Dengan Kejadian Tb Paru di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Dari gambar 4.17, pada tahun 2009, keenam kecamatan yang diamati memiliki rata-rata kecepatan angin yang sama. Kenaikan kecepatan angin pada tahun 2009 dan 2010, diikuti kenaikan Tuberkulosis paru di Kecamatan Sei Rampah dan Kotarih. Kenaikan rata-rata kecepatan angin dari tahun 2011-2012, diikuti dengan naiknya kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Perbaungan, Tanjung Beringin, Tebing Sahbandar dan Kotarih. Sedangkan penurunan kecepatan angin tahun 2009 ke tahun 2010, diikuti dengan kenaikan jumlah kejadian tuberkulosis paru di Kecamatan Perbaungan, Tanjung Beringin dan Tebing Sahbandar. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.16 Overlay Rata-rata Lama Penyinaran Matahari dengan Jumlah Kejadian Tuberkulosis paru Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.17 Overlay Rata-rata Kecepatan Angin dengan Jumlah Kejadian Tuberkulosis paru Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012 Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Iklim Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009-2012