Penggunaan ArcView dalam SIG

pewilayahan spasial dan pemodelannya serta permasalahan spasial dapat dianalisis dengan lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan Prahasta, 2009. Pemanfaatan SIG sebagai bagian dari Sistem Informasi Kesehatan bidang kesehatan adalah sebagai upaya untuk mendeteksi lokasi fenomana spasial dan dapat menduga penyakit karena lingkungan yang berhubungan dengan manusia dan hewan, sehingga dapat untuk melindungi kesehatan masyarakat melalui kewaspadaan yang dini terhadap kemungkinan munculnya fenomena spasial. Selain itu SIG dapat melihat sumber daya kesehatan, penyakit tertentu dan kejadian kesehatan lain melalui visualisasi peta menurut lingkungan sekeliling dan infrastrukturnya. SIG sebagai alat untuk memetakan risiko penyakit, identifikasi pola distribusi penyakit, memantau surveilan dan kegiatan penanggulangan penyakit, mengevaluasi aksesbilitas ke fasilitas kesehatan dan memperkirakan terjadinya wabah penyakit Nazaruddin, 2009.

2.3.3. Penggunaan ArcView dalam SIG

ArcView adalah salah satu perangkat lunak GIS yang paling populer dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial dewasa ini. Software ini dibuat oleh ESRI Environmental Systems Research Institute, perusahaan yang mengembangkan program ArcInfo. Dengan ArcView kita dengan mudah dapat melakukan input data, menampilkan data, mengelola data, menganalisis data, dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis Prahasta, 2009. Universitas Sumatera Utara ArcView mengorganisasikan sistem perangkat lunaknya sedemikian rupa sehingga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa komponen-komponen penting sebagai berikut: Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView mirip projects yang dimiliki oleh bahasa-bahasa pemprograman atau paling tidak merupakan suatu file kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengelompokkan dan mengorganisasikan semua komponen-komponen program: view, theme, table, chart, layout dan script dalam satu kesatuan yang utuh; theme merupakan suatu bangunan dasar sistem ArcView, dan juga merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang membentuk suatu tematik tertentu; view mengorganisasikan theme dan merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa layer atau theme informasi spasial titik, garis, poligon dan citra raster Prahasta, 2009. Software yang digunakan untuk melakukan analisis spasial dalam penelitian ini adalah ArcView versi 9.1 yang dikeluarkan ESRI. Fasilitas yang terdapat dalam ArcView versi 9.1 sangat beragam, sementara pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah metode overlay. Melalui overlay dapat diketahui hasil interaksi atau gabungan dari beberapa peta sehingga nanti akan menghasilkan satu peta yang menggambarkan luasan atau poligon yang terbentuk dari irisan beberapa peta dan juga menghasilkan gabungan data dari beberapa peta yang saling beririsan As-syakur, 2006. Overlay tumpang tindih, yaitu suatu analisis spasial esensial yang mengkombinasikan dua layertematik yang menjadi masukkannya Prahasta, Universitas Sumatera Utara 2009. Layer dapat berupa lapisan vektor atau raster. Misalnya, layer berupa batas administrasi, garis jalan, garis sungai, lokasi perkantoran dan lain sebagainya. Layer-layer tersebut jika digabungkan overlay akan membentuk sebuah peta tertentu. 2.3.4. Teknik Analisa Spasial Dalam penerapan analisis spasial, Achmadi 2008 menjelaskan ada beberapa teknik analisa spasial yang dapat dilakukan untuk menghubungkan sebuah titik dengan berbagai benda atau komponen diatas muka bumi dalam satu wilayah, yaitu: 1 Pengukuran, diukur langsung dengan skala dengan garis lurus, melengkung atau luas. Untuk itu telah dikembangkan software untuk analisa hubungan antar variabel yang diobservasi. Lokasi diukur berdasar ukuran langsung, skala, proyeksi, dan lain-lain. 2 Analisa topologis, deskripsi dan analisis hubungan spasial antar variabel. Misalnya, teknik overlay, kejadian tuberkulosis paru dengan ekosistem daerah aliran dataran tinggi dengan dataran rendah. 3 Analisa jejaring network analysis adalah cabang analisa spasial yang menginvestigasi alur atau aliran melalui jejaring. Model satu set titik yang dihubungkan satu sama lain dan gambaran aliran, misal untuk menentukan jalur terpendek pelayanan emergensi. 4 Teknik analisa permukaan surface analysis mengeliminir beberapa data yang tidak diperlukan agar terlihat lebih mudah melihat hubungan sebuah Universitas Sumatera Utara titik atau beberapa titik dengan benda-benda atau unit-unit dalam satu wilayah spasial. 5 Statistik spasial, misalnya menentukan korelasi secara statistik, trend permukaan ataupun menentukan tetangga terdekat, dan lain-lain. Metode spasial lain yang lazim dikenal adalah metode spasial epidemiologi. Yaitu suatu bidang ilmu untuk mendeskripsikan dan menganalisis keragaman geografis pada penyakit dengan memperhatikan dimensi geografis, lingkungan, prilaku, sosial ekonomi, genetika, dan faktor risiko penularan. Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan. Achmadi 2008 menerangkan, kategori analisis spasial dibagi menjadi 3 tiga kelompok utama, yaitu: 1 Pemetaan kasus penyakit Pemetaan penyakit memberikan suatu ringkasan visual yang cepat tentang informasi geografis yang amat kompleks, dan dapat mengidentifikasi hal-hal atau beberapa informasi yang hilang apabila disajikan dalam bentuk tabel. Pemetaan dapat dapat digunakan untuk tujuan deskriptif, baik untuk menghasilkan hipotesis seperti etiologi, untuk surveilans untuk pengawasan yang menyoroti area pada risiko yang tinggi, dan untuk membantu alokasi sumber daya dan kebijaksanaan. Pemetaan penyakit secara khusus dapat menunjukkan angka mortalitas atau morbiditas untuk suatu area geografi seperti suatu negara, provinsi, atau daerah. Universitas Sumatera Utara Pemetaan penyakit mempunyai dua aspek yakni gambaran visual dan pendekatan intuitif, perlu diperhatikan pula pada penafsiran. Pada gambaran yang menyangkut gambaran citra satelit dengan adanya perbedaan resolusi meski data dan ukuran sama juga dapat menimbulkan salah tafsir. 2 Studi hubungan geografis Tujuannya adalah untuk menguji variasi geografi disilangkan dengan populasi kelompok pemajanan ke variabel lingkungan yang mungkin diukur di darat, air, atau tanah, ukuran demografi dan sosial ekonomi seperti pendapatan dan ras, atau faktor gaya hidup seperti merokok dan diet dalam hubungan dengan hasil kesehatan mengukur pada suatu skala geografi. 3 Pengelompokkan penyakit Penyakit tertentu yang mengelompok pada wilayah tertentu patut dicurigai. Dengan bantuan pemetaan yang baik, insidensi penyakit diketahui berada pada lokasi tertentu. Dengan penyelidikan lebih mendalam, maka dapat dihubungkan dengan sumber-sumber penyakit seperti, tempat pembuangan sampah akhir, jalan raya, pabrik tertentu, pembangkit atau saluran udara tegangan tinggi. Namun penyelidikan dengan teknik pengelompokkan penyakit dan insiden penyakit yang dekat sumber penyakit pada umumnya berasumsi bahwa latar belakang derajat risiko yang sama, padahal sebenarnya konsentrasi amat bervariasi antar waktu dan antar wilayah. Sensitivitas serta instuisi dalam melihat sebuah fenomena, dalam hal ini amat penting. Elliot P, et.al 1992 dalam Achmadi 2008 menyebutkan bahwa Universitas Sumatera Utara geografikal-epidemiologi dapat didefinisikan sebagai deskripsi pola-pola spasial insiden penyakit dan kematian. Ini merupakan bagian dari epidemiologi deskriptif yang mana lebih umumnya mengenai penggambaran kejadian penyakit berkenaan dengan karakteristik demografi seperti umur, ras, jenis kelamin, tempat dan waktu. 2.4. Defenisi Daerah Pesisir Menurut Suprihayono 2007 wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan menurut Kay dan Alder 1999 menyatakan bahwa pesisir merupakan wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan. Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi Universitas Sumatera Utara setempat. Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau kearah perairan kepulauan.

2.5 Landasan Teori