Pembahasan Peta Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan Berdasarkan Noise Mapping Rekayasa Kebisingan di SMP Negeri 7 Medan

Gambar 6.1. Layout SMP Negeri 7 Medan Sebelum Ditanami Bambu Pringgodani Gambar 6.2. Layout SMP Negeri 7 Medan Setelah Ditanami Bambu Pringgodani SEBELUM SESUDAH Gambar 6.3. Rancangan Penanaman Pohon Bambu dan Rumput di Area SMP Negeri 7 Medan 2. Perbaikan material ruang kelas Ruang kelas yang akan diperbaiki adalah ruang kelas yang mengalami paparan kebisingan tinggi atau yang berada pada zona kuning dengan menggunakan material akustik. Tabel 6.4. menunjukkan serapan kebisingan penggunaan material di ruangan kelas pada kondisi awal di SMP Negeri 7 Medan. Tabel 6.4. Serapan Total Material di Ruangan Kelas Pada Kondisi Awal di SMP Negeri 7 Medan No Elemen Bahan Koefisien Serapan, α 500 Hz Sabine Luas, S m 2

S. α

m 2 Sabine 1 Langit Eternit 0,17 6 x 5 = 30 5,1 2 Dinding Batu Bata Diplester Halus 0,02 26 x 2 = 24 0,48 25 x 2 = 20 0,4 3 Lantai Semen Dilapisi Keramik 0,01 6 x 5 = 30 0,3 4 Jendela Kaca jendela biasa 0,18 21,2 x 0,6=1,44 0,2592 Total serapan a = ∑S. α m 2 Sabine 6,5392 Sumber : Christina, Akustika Bangunan 2005 Satwiko, Fisika Bangunan 2008 Jadi Serapan total material di ruangan kelas pada kondisi awal SMP Negeri 7 Medan adalah 6,5392 m 2 Sabine. Maka dapat dilakukan rekayasa kebisingan dengan penggunaan material akustik yang lebih baik dalam mereduksi kebisingan. Tabel 6.5. menunjukkan penggunaan material akustik hasil rekayasa kebisingan. Tabel 6.5. Rekayasa Kebisingan Dengan Menggunakan Material Akustik Pada Ruangan Kelas di SMP Negeri 7 Medan No Elemen Bahan Koefisien Serapan, α 500 Hz Sabine Luas, S m 2

S. α

m 2 Sabine 1 Langit Papan akustik 34 digantung 0,83 6 x 5 = 30 24,9 2 Dinding Batu bata diplester halus 0,29 2 6 x 2 = 24 6,96 2 5 x 2 = 20 5,8 3 Lantai Semen dilapisi karpet tebal 0,14 6 x 5 = 30 4,2 4 Jendela Kaca tebal 6 mm 0,18 21,2 x 0,6=1,44 0,2592 Total serapan a = ∑S. α m 2 Sabine 42,1192 Sumber : Christina, Akustika Bangunan 2005 Satwiko, Fisika Bangunan 2008 Jadi serapan total material akustik di ruangan kelas SMP Negeri 7 Medan setelah direkayasa adalah 42,1192 m 2 Sabine. Maka pengurangan kebisingan NR pada pengunaan material akustik sebagai peredam adalah NR = 10 log a 2 a 1 dBA NR = 10 log 42,1192 m 2 Sabine6,5392 m 2 Sabine dBA NR = 10 log 6,4410 dBA NR = 8,08 dBA Maka tingkat kebisingan pada ruangan kelas di SMP Negeri 7 Medan dapat berkurang sebesar 8,08 dB A. Gambar 6.4. menunjukkan gambar rancangan ruangan kelas SMP Negeri 7 Medan dengan menggunakan material akustik. SEBELUM SESUDAH Gambar 6.4. Rancangan Ruangan Kelas SMP Negeri 7 Medan Setelah Menggunakan Material Akustik I-68 Tabel 6.6. menunjukkan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan sejumlah material akustik bagi pihak sekolah dimana harga setiap material akustik merupakan harga estimasi. Tabel 6.6. Perhitungan Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Mengurangi Kebisingan Di SMP Negeri 7 Medan No Material Harga Rpm 2 Luas m 2 unit Jumlah Kelas unit Total Biaya Rp 1 Papan akustik 34” 51.000 30 9 13.770.000 2 Batu bata diplester halus 110.000 44 9 43.560.000 3 Semen dilapisi karpet tebal 65.000 30 9 17.550.000 4 Kaca tebal 6 mm 250.500 1,44 9 3.246.480 5 Bambu Pringgodani 2.000 159 318.000 6 Rumput 12.000 116 1 1.392.000 Total Biaya Rp 79.836.480 Berdasarkan perhitungan biaya pada Tabel 6.6. pihak sekolah memerlukan biaya sebesar Rp. 79.836.480,- untuk penggunaan material akustik dan penanaman bambu dan rumput dalam mengurangi tingkat kebisingan sebesar 8,08 dBA. Berdasarkan penggunaan barrierdan material akustik pada ruangan kelas maka dapat diketahui total kebisingan yang dapat diredam dari hasil rekayasa yakni Total kebisingan yang tereduksi = NR barrier + NR rekayasa material akustik Total kebisingan yang tereduksi = 3 + 8,08 = 11,08 dBA Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui setiap pengurangan kebisingan yang dapat dirasakan pihak sekolah SMP Negeri 7 Medan dari penggunaan barrierdan penggunaan material akustik. Tabel 6.4 menunjukkan pengurangan kebisingan pada ruangan kelas yang terkena pada zona kuning sebagai berikut: Tabel 6.7. Penurunan Kebisingan Pada Ruangan Kelas Dari RekayasaPenggunaan Barrier dan Material Aksutik di SMP Negeri 7 Medan No Kelas Tingkat Kebisingan Aktual dBA Tingkat Kebisingan Perbaikan dBA 1 IX-1 72,63 61,55 IX-2 72,60 61,52 IX-3 72,54 61,46 IX-4 72,55 61,47 IX-5 72,58 61,50 IX-6 72,63 61,55 IX-7 72,79 61,71 IX-8 68,12 57,04 IX-9 68,08 57,00 Sumber : Pembahasan 3. Perbaikan posisi jendela ruangan kelas Perbaikan lain pada ruang kelas adalah dengan merubah posisi jendela yang menghadap sumber kebisingan ke bagian belakang ruang kelas dan mengganti jendela yang menghadap sumber kebisingan tadi dengan dinding yang sesuai dengan bahan material akustik yang telah dijelaskan pada Tabel 6.5. 4. Pemindahan sekolah. Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 salah satu syarat pendirian sekolah adalah lokasi sekolah harus terhindar dari gangguan kebisingan. Berdasarkan peraturan tersebut, saran lain bagi SMP Negeri 7 Medan adalah memindahkan sekolah ke tempat lain yang tidak padat lalu lintas atau ke daerah pinggiran kota yang jauh dari keramaian sehingga siswa akan lebih fokus dan semangat ketika belajar.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan melebihi standard yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No: Kep-48MENLH111996 yakni 55 dBA untuk baku kebisingan di sekolah. Tingkat kebisingan di SMP Negeri 7 Medan berdasarkan hasil pengolahan data adalah 65,19 dBA 55 dBA. 2. Ruangan kelas yang masuk ke dalam zona kebisingan zona kuning berdasarkan noise mapping adalah kelas IX-1 sd IX-9 untuk kelas pagi dan VII-1 sd VII-9 untuk kelas sore dimana tingkat kebisingan berada pada range 68 – 74 dBA. 3. Dampak kebisingan berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di dapat dampak fisiologis yang sering dialami siswa dan guru adalah kebisingan menyebabkan pusing. Sedangkan dampak psikologis dan komunikasi adalah kebisingan membuat tidak nyaman dan membuat berteriak ketika berbicara. Dampak terhadap proses belajar mengajar adalah mengganggu kenyamanan dan konsentrasi pada saat belajarmengajar. 4. Usulan perbaikan untuk mengurangi kebisingan adalah sebagai berikut : a. Untuk mengurangi tingkat kebisingan di sekolah adalah dengan menggunakan barrier seperti penanaman pohon bambu dan rumput di sekitar area sekolah. b. Untuk mengurangi tingkat kebisingan di kelas adalah melakukan perbaikan pada bahan material ruangan kelas seperti pemakaian jendela kaca setebal 6 mm, membuat dinding dari batu bata yang diplester halus, melapisi lantai dengan karpet, pemakaian papan akustik 34” pada langit-langit ruangan kelas, c. Pemindahan posisi jendela ruangan kelas yang menghadap sumber kebisingan ke bagian belakang ruang kelas dan mengganti jendela yang menghadap sumber kebisingan tadi dengan dinding yang berbahan material akustik. d. Saran lain bagi sekolah adalah pemindahan sekolah ke daerah yang jauh dari keramaian dan terhindar dari suara bising kendaraan bermotor.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini antara lain: 1. Saran bagi pihak sekolah adalah penggunaan barrier seperti penanaman bambu pada area depan sekolah. Saran untuk perbaikan ruangan kelas dengan menggunakan material akustik seperti jendela kaca setebal 6 mm, penggunaan lantai karpet, penggunaan papan akustik 34” pada langit – langit ruangan kelas. Pemindahan jendela pada posisi yang menjauhi sumber kebisingan, jendela dapat diganti dengan dinding. Saran lain bagi sekolah adalah pemindahan sekolah ke daerah yang jauh dari keramaian dan terhindar dari suara bising kendaraan bermotor. 2. Saran bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini adalah dengan melakukan penelitian pengaruh tingkat kebisingan terhadap minat belajar dan prestasi siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu. Justian Alex. 2012. Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Performa Siswa Sekolah Dasar Di Ruang Kelas, Jurnal Teknik Industri. Depok: Universitas Indonesia. Hal. 1-3 Republik Indonesia, 1996. Tentang Baku Kebisingan No. KEP 48 MENLH 11 1996. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup. Mediastika, Christina. 2005. Akustik Bangunan. Jakarta: Erlangga. Metawati Nur,dkk. 2013. Evaluasi Pemenuhan Standar Tingkat Kebisingan Kelas di SMPN 23 Bandung. Junal Teknik Arsitek. Bandung: FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Hal. 1-12 Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi. Sinulingga, Sukaria. 2012.Metode Penelitian.Medan: USU Press. Suama I.W,dkk. 2007. Permasalahan Kebisingan di Kota Denpasar. Jurnal Teknik Lingkungan. Bali: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana. Hal. 1-8 Suma’mur, 1981. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Sutalaksana Iftikar Z,2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja.Bandung : ITB Walpole E. Ronald, 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama