Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)

(1)

PENERAPAN AUTOMASI PERPUSTAKAAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN

(STUDI KASUS PADA LAYANAN PENGGUNA)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

OLEH

NONA ASTRI NASUTION 110723014

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)

Oleh : Nona Astri Nasution

NIM : 110723014

Pembimbing I : Ishak, S.S., M.Hum

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________

Pembimbing II : Abdul Hafiz Harahap, S.Sos., M.I.Kom

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)

Oleh : Nona Astri Nasution

NIM : 110723014

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A.Kahar, M.Pd

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron lubis, M.A

Tanda Tangan : ______________________________ Tanggal : ______________________________


(4)

PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulisa membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Juli 2013 Penulis,

Nona Astri Nasution NIM: 110723014


(5)

ABSTRAK

Nasution, Nona Astri. 2013. Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna). Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan automasi perpustakaan di Perpustakaan Umum Kota Medan dalam meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota aktif Perpustakaan Umum Kota Medan tahun 2012 sebanyak 807 orang. Yang terdiri dari Umum, PNS, Mahasiswa dan Pelajar Tingkat SMA. Penentuan sampel berdasarkan rumus Slovin sehingga didapat 89 orang. Teknik yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel adalah teknik probability sampling dengan metode propotionate stratified random sampling dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, kuesioner dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 55% responden menyatakan bahwa penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan yang ada di perpustakaan, hampir setengah yaitu 44% responden menyatakan penerapan automasi pada layanan sirkulasi sangat penting untuk memudahkan pemustaka dalam proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka serta sistem keanggotaan, dan hampir setengah yaitu 46% responden menyatakan kurang memahami cara penggunaan OPAC, hampir setengah yaitu 35% responden menyatakan minimnya jumlah komputer yang tersedia untuk OPAC serta hampir setengah yaitu 23% responden yang menyatakan kurang memahami tampilan OPAC yang ada pada komputer.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang mana karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan pertolongannya dikemudian hari kelak (Amin). Skripsi ini berjudul “Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna). Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Ucapan hormat dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis persembahkan untuk kedua orang tua Ayahanda Fauji, S.Pd. dan Ibunda Nurhayati, yang telah begitu banyak memberikan dukungan dan perhatian yang luar biasa kepada penulis baik materi, moral, dan doa. Terima kasih juga untuk kesabaran Ayah dan Mamak selama ini. Untuk kakak dan adik tersayang Indah Dwifayati Nst, S.Sos. dan Fathi Akbar Nst terima kasih atas semangat dan dukungan yang tak pernah putus untuk penulis.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali pihak-pihak yang telah membantu baik itu berupa bimbingan, masukan-masukan, serta nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar M.Pd., selaku Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ishak, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya, membantu, membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

4. Bapak Abdul Hafiz Harahap, S.Sos., M.I.Kom., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Nazaruddin, M.A selaku penguji I dan Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan masukan yang membangun untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Staf pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak memberikan ilmu dibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi penulis.

7. Bapak Drs. Januari Pane selaku Kepala Perpustakaan Umum Kota Medan yang telah memberikan masukan yang membangun kepada penulis.

8. Seluruh staf Perpustakaan Umum Kota Medan khususnya Ibu Habibah Lubis, Novita Riana, Miftahul Jannah, Emi Riana Hasibuan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat penulis Siti Nurbaidah, Windy Medya Ferila, Puspita Winda Misa, Annisa Zainal, Andhini Safitri, Indah Febriani dan semua sahabat ekstensi angkatan 2011 terima kasih atas semangat, doa, canda, tawa, dan kebahagiaan yang kalian berikan selama penulis ada di jurusan ini, semoga hari-hari indah bersama kalian bisa abadi untuk selamanya..

Medan, Juli 2013

Penulis,

Nona Astri Nasution


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Automasi Perpustakaan ... 7

2.1.1 Pengertian Automasi Perpustakaan ... 7

2.1.2 Tujuan Automasi Perpustakaan ... 7

2.1.3 Manfaat Sistem Automasi Perpustakaan ... 8

2.1.4 Unsur-unsur Automasi Perpustakaan ... 9

2.1.5 Cakupan Automasi Perpustakaan ... 10

2.1.6 Kelebihan, Kelemahan dan Solusi dalam Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan ... 11

2.2 Kualitas Layanan Perpustakaan ... 13

2.2.1 Pengertian Kualitas Layanan ... 13

2.2.2 Dimensi Kualitas Layanan ... 14

2.2.3 Karakteristik Kualitas Layanan Perpustakaan ... 15

2.2.4 Peningkatan Kualitas Layanan ... 17

2.3 Sistem Pelayanan Perpustakaan ... 18

2.3.1 Layanan Pengguna ... 19

2.3.2 Jenis-jenis Layanan Pengguna ... 20

2.3.3 Sistem Sirkulasi ... 21

2.3.4 Sistem Keanggotaan ... 24

2.3.3 Online Public Access Catalogue (OPAC)... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31


(9)

3.2 Lokasi Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Jenis Sumber Data ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6 Variabel Penelitian ... 34

3.7 Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 36

4.1.1 Asal Status Responden ... 36

4.2 Tanggapan Responden Terhadap Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)... 37

4.2.1 Pentingnya Penerapan Automasi Perpustakaan ... 37

4.2.2 Penerapan Automasi pada Layanan Sirkulasi ... 38

4.2.3 Dampak Penerapan Automasi Perpustakaan di Bagian Sirkulasi ... 39

4.2.4 Jumlah Komputer dalam Penelusuran Informasi ... 40

4.2.5 Penggunaan OPAC... 41

4.2.6 Tampilan OPAC di Komputer ... 42

4.2.7 Fasilitas OPAC ... 42

4.2.8 Sistem Keanggotaan ... 43

4.2.9 Antrian pada Proses Peminjaman Koleksi ... 44

4.2.10 Antrian pada Proses Pengembalian ... 45

4.2.11 Jumlah Buku yang Dipinjam oleh Pemustaka ... 46

4.2.12 Kemutakhiran Koleksi ... 47

4.2.13 Keuntungan Menggunakan Sistem Automasi ... 48

4.2.14 Penelusuran Informasi melalui OPAC... 49

4.2.15 Cara Pemustaka Menemukan Koleksi di Perpustakaan ... 50

4.3 Rangkuman Pembahasan ... ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Strata... 33

Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Status ... 36

Tabel 4.2.1 Pentingnya Penerapan Automasi Perpustakaan ... 37

Tabel 4.2.2 Penerapan Automasi pada Layanan Sirkulasi ... 38

Tabel 4.2.3 Dampak Penerapan Automasi Perpustakaan di Bagian Sirkulasi... 39

Tabel 4.2.4 Jumlah Komputer dalam Penelusuran Informasi ... 40

Tabel 4.2.5 Penggunaan OPAC ... 41

Tabel 4.2.6 Tampilan OPAC di Komputer ... 42

Tabel 4.2.7 Fasilitas OPAC ... 43

Tabel 4.2.8 Sistem Keanggotaan ... 44

Tabel 4.2.9 Antrian pada Proses Peminjaman Koleksi ... 45

Tabel 4.2.10 Antrian pada Proses Pengembalian ... 46

Tabel 4.2.11 Jumlah Buku yang Dipinjam oleh Pemustaka ... 47

Tabel 4.2.12 Kemutakhiran Koleksi ... 48

Tabel 4.2.13 Keuntungan Menggunakan Sistem Automasi ... 49

Tabel 4.2.14 Penelusuran Informasi Melalui OPAC ... 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tingkat Pentingnya Penerapan Automasi Perpustakaan ... 52

Gambar 4.2 Online Public Access Catalog (OPAC) ... 53

Gambar 4.3 Layanan Sirkulasi ... 54

Gambar 4.4 Keuntungan Automasi Perpustakaan ... 55

Gambar 4.5 Penelusuran OPAC ... 56

Gambar 4.6 Temu Kembali Koleksi ... 56

Gambar 4.7 Jumlah Komputer dalam Penelusuran Informasi ... 57

Gambar 1 Kantor Perpustakaan Umum Kota Medan ... 74

Gambar 2 Layanan Sirkulasi Perpustakaan Umum Kota Medan ... 74

Gambar 3 Layanan Sirkulasi yang Sudah Terautomasi ... 75

Gambar 4 Proses Pengembalian Buku ... 76

Gambar 5 Layanan Sirkulasi yang Manual ... 76

Gambar 6 Sarana Penelusuran Informasi OPAC ... 77

Gambar 7 Pengguna Melakukan Penelusuran Melalui OPAC ... 77


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kisi-kisi Kuesioner ... 64

Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 65

Lampiran II Gambaran Umum Perpustakaan Umum Kota Medan ... 68

Lampiran III Tabulasi Jawaban Responden ... 72


(13)

ABSTRAK

Nasution, Nona Astri. 2013. Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna). Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan automasi perpustakaan di Perpustakaan Umum Kota Medan dalam meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota aktif Perpustakaan Umum Kota Medan tahun 2012 sebanyak 807 orang. Yang terdiri dari Umum, PNS, Mahasiswa dan Pelajar Tingkat SMA. Penentuan sampel berdasarkan rumus Slovin sehingga didapat 89 orang. Teknik yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel adalah teknik probability sampling dengan metode propotionate stratified random sampling dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, kuesioner dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 55% responden menyatakan bahwa penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan yang ada di perpustakaan, hampir setengah yaitu 44% responden menyatakan penerapan automasi pada layanan sirkulasi sangat penting untuk memudahkan pemustaka dalam proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka serta sistem keanggotaan, dan hampir setengah yaitu 46% responden menyatakan kurang memahami cara penggunaan OPAC, hampir setengah yaitu 35% responden menyatakan minimnya jumlah komputer yang tersedia untuk OPAC serta hampir setengah yaitu 23% responden yang menyatakan kurang memahami tampilan OPAC yang ada pada komputer.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Perpustakaan umum merupakan salah satu pusat informasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi utama yaitu menghimpun, memelihara, melestarikan, mengolah dan menyajikan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Perpustakaan umum bagi masyarakat menjadi tempat bahan rujukan dalam mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing yang pada akhirnya masyarakat mendapat informasi yang baik dan berkualitas. Kegiatan utama di perpustakaan umum adalah melayani masyarakat sebagai pemustaka. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan untuk menyediakan koleksi dan melayani kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, usia dan pekerjaan.

Penggunaan sistem informasi perpustakaan saat ini sudah tidak asing lagi. Banyak perpustakaan mulai menggunakan sistem informasi perpustakaan sebagai bagian penting untuk meningkatkan kinerja staf perpustakaan dan organisasi perpustakaan. Begitu juga dengan sistem informasi perpustakaan yang semakin berkembang baik yang disediakan secara gratis maupun sistem yang dikembangkan sendiri oleh perpustakaan. Suatu perpustakaan memiliki kebebasan untuk memilih sistem informasi perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan tersebut. Perpustakaan harus bisa menentukan sistem informasi yang mampu terimplementasi dengan baik dan bisa diterima oleh pemustaka.

Pemanfaatan teknologi informasi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini bisa dilihat pada organisasi atau lembaga tempat mereka bekerja yang telah dipengaruhi oleh teknologi informasi. Perilaku masyarakat yang serba ingin cepat juga berdampak pada pola mereka dalam mencari dan memanfaatkan informasi. Misalnya mereka butuh informasi yang up to date, cepat, akurat yang bisa diakses dari mana pun dan kapan pun. Peningkatan kebutuhan masyarakat dalam bidang telekomunikasi dan informasi memberikan layanan yang


(15)

dirasakan semakin berkembang akibat saling ketergantungan manusia dalam era globalisasi sekarang ini. Dengan demikian kebutuhan yang sangat nampak sekali peningkatannya adalah kebutuhan teknologi informasi.

Dalam ruang lingkup perpustakaan, teknologi informasi diartikan sebagai aplikasi komputer dan teknologi lain untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali dan penyebaran informasi. Salah satu produk teknologi informasi yang bisa digunakan sebagai sarana dalam peningkatan kebutuhan yang paling menonjol dalam dunia perpustakaan adalah teknologi komputer. Menurut Hartono (2002: 1) Teknologi komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan juga tepat serta dirancang dan diorganisasikan secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah-langkah instruksi-instruksi program yang tersimpan dalam memori. Dari segi pelayanannya kepada pemustaka, perpustakaan harus memberikan pelayanan yang memuaskan, misalnya harus memiliki sistem pelayanan tertentu untuk memudahkan dan memberikan ketertarikan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan.

Automasi perpustakaan adalah solusi untuk membantu pelaksanaan kegiatan di perpustakaan. Kegiatan ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kerja serta meningkatkan layanan perpustakaan, agar para pemustaka dapat melakukan penelusuran informasi secara cepat dan tepat. Automasi perpustakaan mencakup bidang pengadaan, sirkulasi, pengatalogan, temu balik informasi serta kegiatan administrasi lainnya. Tujuan automasi perpustakaan adalah untuk memudahkan integrasi berbagai kegiatan perpustakaan, memudahkan kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan, membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan, menghindari pekerjaan yang bersifat mengulang dan membosankan, memperluas jasa perpustakaan, memberi peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan dan meningkatkan efisiensi. Dengan adanya automasi perpustakaan maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu


(16)

lebihnya untuk memikirkan pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang sudah diambil oleh komputer.

Dalam dunia perpustakaan, kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diwujudkan, karena merupakan ujung tombak perpustakaan. Menurut Soeatminah (1992: 129) Baik tidaknya perpustakaan tergantung bagaimana pelayanannya, sebab bagian pelayanan inilah yang berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan. Oleh sebab itu, kegiatan pelayanan dalam organisasi apapun termasuk didalamnya perpustakaan, harus senantiasa memperhatikan kualitas pelayanannya.

Peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan berkaitan dengan SDM sebagai pengelola perpustakaan, sistem automasi yang ada di perpustakaan, jenis layanan yang ada di perpustakaan serta sarana dan prasarana sebagai penunjang layanan dan juga lingkungan yang mendukung untuk terciptanya suasana yang menyenangkan di perpustakaan. Dalam meningkatkan layanan perpustakaan, pustakawan harus memperhatikan hal-hal seperti mengetahui kebutuhan pemustaka, memiliki manajemen perpustakaan yang baik, mudah dalam proses sirkulasi, mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan keinginan pemustaka.

Perpustakaan Umum Kota Medan adalah salah satu perpustakaan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai tempat rujukan dalam mencari informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat kota Medan pada umumnya. Dimana semua pemustaka bebas berkunjung dan para pemustaka juga dapat melihat langsung koleksi-koleksi bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan tersebut. Tugas pokok Perpustakaan Umum Kota Medan adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintah daerah di bidang perpustakaan. Sedangkan fungsi Perpustakaan Umum Kota Medan adalah merumuskan kebijakan teknis di bidang perpustakaan, pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang perpustakaan, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perpustakaan dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(17)

Perpustakaan Umum Kota Medan merupakan perpustakaan umum yang bernaung dibawah Pemerintah Kota. Seperti perpustakaan umum lainnya, Perpustakaan Umum Kota Medan berfungsi untuk menyebarkan informasi agar mudah diakses oleh pemustaka. Begitu pula dengan penggunaan teknologi informasi yang mempengaruhi perkembangan Perpustakaan Umum Kota Medan. Perpustakaan Umum Kota Medan sudah menerapkan sistem automasi perpustakaan dengan menggunakan SIPUS terpadu versi 3.0 yang mencakup semua layanan yang ada di perpustakaan termasuk layanan sirkulasi dan penelusuran informasi melalui OPAC. Pada Perpustakaan Umum Kota Medan tersedia beberapa fasilitas layanan perpustakaan, seperti: layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan perpustakaan keliling, layanan anak, layanan jalur akses internet (Wi-Fi), layanan penelusuran informasi dan layanan ruang baca. Jam buka Perpustakaan Umum Kota Medan adalah setiap hari senin sampai jumat mulai pukul 08.00 sampai 19.00 WIB, pada hari sabtu dan minggu mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.

Perpustakaan Umum Kota Medan telah menerapkan sistem automasi dalam pengolahan data perpustakaannya. Hal ini dilakukan pada kegiatan rutin di perpustakaan seperti inventarisasi, pengolahan bahan pustaka dan pengatalogan. Penyediaan katalog terpasang OPAC (Online Public Access Catalogue) dalam penelusuran informasi memberikan pelayanan yang efisien bagi pemustaka. Berdasarkan pengamatan awal di Perpustakaan Umum Kota Medan, pemustaka tidak banyak yang memanfaatkan fasilitas OPAC sebagai sarana penelusuran informasi. Pemustaka lebih memilih untuk langsung ke rak dan mencari bahan pustaka yang dibutuhkan. Keadaan tersebut menunjukkan akibat dari minimnya sarana katalog online yang ada di perpustakaan sehingga pemustaka langsung ke rak untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

Selain itu penerapan automasi perpustakaan di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah pada bagian layanan sirkulasi. Layanan sirkulasi di Perpustakaan Umum Kota Medan meliputi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan. Peminjaman bahan pustaka yaitu selama 2 minggu sebanyak 3 eksemplar. Data yang diperoleh pada bagian peminjaman Tahun 2013 yaitu sebanyak 557 judul 1290 eksemplar, dengan rincian


(18)

sebagai berikut: Umum jumlah buku yang terpinjam 1084 eksemplar dengan 397 peminjam, layanan perpustakaan keliling sebanyak 197 eksemplar dengan 152 peminjam, layanan anak 1 eksemplar 1 peminjam, LTPS 5 eksemplar dengan 4 peminjam dan yang terakhir yaitu buku referensi 3 eksemplar 3 peminjam. Hal ini menunjukkan bahwa pemustaka pada Perpustakaan Umum Kota Medan memiliki tingkat minat baca yang tinggi dan koleksi di perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pemustaka dilihat dari banyaknya jumlah peminjam selama tahun 2013.

Berdasarkan hasil pengamatan awal di Perpustakaan Umum Kota Medan, terdapat kendala dalam pengolahan anggota perpustakaan pada sistem automasi. Masalah yang sering ditemui yaitu terdapat duplikasi nama anggota perpustakaan, sehingga masih ada anggota yang memiliki 2 nomor urut atau 2 kartu perpustakaan. Selain itu kendala pada bagian sirkulasi yaitu masih terdapat koleksi bahan pustaka yang belum memiliki barcode tetapi bisa dilayankan kepada pemustaka. Misalnya dalam layanan sirkulasi, buku yang belum memiliki barcode tersebut sudah bisa dipinjamkan kepada pemustaka tetapi melalui proses manual. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya antrian panjang pada saat proses peminjaman maupun pengembalian bahan pustaka sementara Perpustakaan Umum Kota Medan telah terautomasi.

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana penerapan sistem automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan dalam meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan tersebut. Penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penerapan automasi di perpustakaan tersebut guna meningkatkan kualitas layanan perpustakaannya. Oleh karena itu penulis memilih judul “Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)”.


(19)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan automasi Perpustakaan Umum Kota Medan untuk meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan automasi perpustakaan di Perpustakaan Umum Kota Medan dalam meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perpustakaan Umum Kota Medan

Sebagai bahan masukan dan kebijakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan dengan menerapkan sistem automasi perpustakaan.

2. Bagi Peneliti Lanjutan

Agar dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpustakaan khususnya tentang penerapan automasi di perpustakaan dalam meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan.

1.5Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya membahas tentang penerapan automasi dan kualitas layanan perpustakaan yang meliputi layanan pengguna yaitu layanan sirkulasi dan layanan penelusuran informasi (OPAC).


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Automasi Perpustakaan

2.1.1 Pengertian Automasi Perpustakaan

Pengertian automasi berkaitan dengan ilmu komputer. Pengertian automasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 709) diambil dari kata “Otomatis atau pengotomatisan yang artinya penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan pengawasan manusia”. Sedangkan menurut Lasa HS (1998: 76) “Automasi perpustakaan atau library automation adalah penggunaan mesin, komputer dan peralatan elektronik lain untuk memperlancar tugas-tugas perpustakaan”. Pengertian lain dari Sulistyo Basuki (1994: 96) bahwa “Automasi perpustakaan merupakan penerapan teknologi informasi untuk kepentingan perpustakaan, mulai dari pengadaan hingga ke jasa informasi bagi pembaca”.

Dari ketiga pendapat di atas dapat diketahui bahwa automasi perpustakaan adalah sebuah proses dalam pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi untuk memudahkan pekerjaan pustakawan. Dalam hal pelayanan kepada pemustaka, automasi perpustakaan sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan di perpustakaan serta untuk mempercepat proses layanan di perpustakaan khususnya pada bagian peminjaman dan pengembalian bahan pustaka kepada pemustaka.

2.1.2 Tujuan Automasi Perpustakaan

Tujuan dari pengembangan sistem komputer adalah untuk menyediakan suatu sistem standar yang bisa dipakai bersama diantara perpustakaan yang bekerja sama. Alasan lain yaitu dengan adanya sistem automasi perpustakaan, maka dapat meringankan tugas perpustakaan menjadi lebih akurat, cepat dan terkontrol. Sistem automasi perpustakaan yang baik adalah yang terintegrasi, mulai dari sistem pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem pencarian kembali bahan pustaka, sistem sirkulasi, membership, pengaturan denda keterlambatan pengembalian, dan sistem reporting aktifitas perpustakaan dengan berbagai parameter pilihan. Lebih sempurna lagi apabila sistem automasi perpustakaan dilengkapi dengan barcoding dan mekanisme pengaksesan data berbasis web dan internet.

Wijoyo (2009: 1) mengemukakan bahwa tujuan dari automasi perpustakaan yaitu:

1) untuk meningkatkan pelayanan, mempercepat, mengefisienkan dan mengakurasi pekerjaan

2) Untuk memberi keluasan akses informasi 3) Untuk meningkatkan akses ke perpustakaan lain


(21)

4) Untuk memenuhi tuntutan perkembangan TI 5) Untuk meningkatkan prestise/citra

6) Agar perpustakaan tidak terisolasi 7) Untuk menyebarkan informasi

8) Untuk mengembangkan kerjasama dan “resource sharing”.

Sedangkan menurut Cochrane yang dikutip oleh Miyarso (2009: 4) mengemukakan bahwa tujuan automasi perpustakaan adalah:

1) Memudahkan integrasi berbagai kegiatan perpustakaan

2) Memudahkan kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan 3) Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan

4) Menghindari pekerjaan yang bersifat mengulang dan membosankan 5) Memperluas jasa perpustakaan

6) Memberi peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan 7) Meningkatkan efisiensi.

Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan automasi perpustakaan yaitu mencakup hampir seluruh kegiatan di perpustakaan seperti dapat memperluas akses informasi, memudahkan kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan serta meringankan tugas perpustakaan dalam hal pelayanannya dan meningkatkan pelayanan di perpustakaan. Pada Perpustakaan Umum Kota Medan, sistem automasi perpustakaan sangat membantu pekerjaan pustakawannya, baik dari pengolahan bahan pustaka hingga ke layanan sirkulasinya.

2.1.3 Manfaat Sistem Automasi Perpustakaan

Untuk mengelola perpustakaan secara mudah dan cepat dapat direalisasikan dengan menerapkan automasi. Menurut Shopia yang dikutip oleh Miyarso (2009: 5) penggunaan teknologi komputer di perpustakaan memiliki manfaat yang sangat besar karena dapat:

1) Mempercepat proses temu balik informasi (information Retrieval) 2) Memperlancar proses pengolahan dan pengadaan bahan pustaka 3) Komunikasi antar perpustakaan

4) Menjamin pengelolaan data administrasi perpustakaan.

Pendapat lain menurut Harmawan (2008: 2) menyebutkan bahwa manfaat dari sistem automasi perpustakaan yaitu sebagai berikut:

1) Mengatasi keterbatasan waktu

2) Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan misalnya dari judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang

3) Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama

4) Mempercepat proses pengolahan, peminjaman dan pengembalian 5) Memperingan pekerjaan


(22)

6) Meningkatkan layanan

7) Memudahkan dalam pembuatan laporan statistik 8) Menghemat biaya

9) Menumbuhkan rasa bangga

10)Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi.

Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa sistem automasi perpustakaan sangat bermanfaat bagi perpustakaan dalam membantu kegiatan pustakawan seperti memperlancar proses pengolahan dan pengadaan bahan pustaka dan memudahkan dalam kegiatan administrasi perpustakaan, misalnya dalam hal keanggotaan dan pembuatan laporan statistik, selain itu pemustaka juga dapat lebih mudah dalam pencarian informasi, misalnya dalam hal penggunaan OPAC.

2.1.4 Unsur-unsur Automasi Perpustakaan

Automasi perpustakaan menurut Supriyanto (2008: 38) memiliki beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu sama lainnya, unsur-unsur tersebut yaitu:

a. Pengguna (user)

Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakaan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna perpustakaan.

b. Perangkat Keras (hardware)

Sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat serta diperlukan program untuk menjalankannya. Fungsi perangkat keras untuk mengumpulkan data dan mengonversinya ke dalam suatu bentuk yang dapat diproses oleh komputer.

c. Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan instruksi-instruksi yang memberitahu perangkat keras untuk melakukan suatu tugas sesuai perintah. Perangkat lunak juga sering diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai baik multi-tasking maupun multi-user.

d. Network/Jaringan

Automasi perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi informasi.

e. Data

Merupakan bahan baku informasi. Data dapat berupa alfabet, angka maupun simbol khusus.


(23)

Biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Manual adalah kunci bagi kelancaran suatu sistem otomasi perpustakaan.

Pendapat lain menurut Arif (2003: 3) menyatakan bahwa unsur-unsur automasi perpustakaan terdiri dari pengguna (users) yang merupakan unsur utama, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), network (jaringan) dan data. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat diketahui bahwa pengguna, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan dan data adalah unsur-unsur atau syarat yang saling mendukung antara satu dengan lainnya sampai terbentuknya sistem automasi perpustakaan.

2.1.5 Cakupan Automasi Perpustakaan

Menurut Hasugian (2009: 171) rutinitas kerumahtanggaan perpustakaan mencakup sejumlah pekerjaan sebagai berikut:

1) Pengadaan (acquisitions)

Yaitu mencakup seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan bahan pustaka, baik yang dilakukan melalui pembelian, pertukaran maupun berupa hadiah. Kegiatan pengecekan bibliografi yang dilakukan sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka termasuk didalamnya. Kegiatan lain yang juga termasuk ke dalamnya adalah mencakup pemrosesan dan pemeliharaan administrasi atau arsip yang berhubungan dengan pengadaan tersebut.

2) Pengatalogan (cataloguing)

Yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan cantuman (record) bibliografi, dengan tujuan untuk menghasilkan katalog yang digunakan sebagai sarana temu kembali koleksi perpustakaan. Katalog tersebut dapat berbentuk kartu ataupun dalam bentuk online atau OPAC. 3) Pengawasan Sirkulasi (circulation control)

Yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan transaksi peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Kegiatan ini mencakup pencatatan peminjaman dan pengembalian koleksi yang biasanya untuk penggunaan diluar perpustakaan. Dengan kata lain kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan.

4) Pengawasan Serial (serial control)

Yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap koleksi serial, pengajuan tuntutan (claim), peminjaman dan penjilidan terbitan berkala atau serial.

5) Katalog Online (OPAC)

Yaitu penyediaan fasilitas temu kembali koleksi perpustakaan melalui terminal komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan.


(24)

Yaitu pencatatan kuantitas pekerjaan yang mencakup jumlah perolehan bahan pustaka, jumlah pengolahan bahan pustaka, jumlah anggota perpustakaan, jumlah pengunjung, jumlah peminjam, jumlah bahan pustaka yang dipinjamkan kepada pengguna, keterlambatan pengembalian dan sebagainya. Sistem kerumahtanggaan perpustakaan mengumpulkan dan mengolah data ini untuk keperluan informasi manajemen dan pelaporan.

2.1.6 Kelebihan, Kelemahan dan Solusi dalam Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan

Untuk mengelola perpustakaan secara mudah dan cepat dapat direalisasikan dengan menerapkan automasi. Dengan adanya automasi di perpustakaan maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Menurut Hermanto (2008: 2) dalam penerapan automasi perpustakaan terdapat kelebihan, kelemahan dan solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut yaitu sebagai berikut:

Kelebihan yang diperoleh dari penerapan automasi perpustakaan adalah: 1) Layanan lebih cepat, mudah dan praktis

2) Penelusuran lebih cepat dan mudah 3) Menghemat waktu

4) Menghemat tenaga

5) Membutuhkan sedikit SDM (pustakawan).

Kelemahan yang dihadapi dalam penerapan automasi perpustakaan adalah: 1) Tergantung pada aliran listrik

2) Bila komputer rusak layanan terganggu 3) Minimnya teknisi komputer

Solusi pemecahan dalam mengatasi kelemahan tersebut adalah: 1) Perlu adanya genset untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik 2) Merekrut tenaga teknisi komputer

3) Mengirim pustakawan kursus teknisi komputer 4) Pengadaan komputer yang baru.

Selain terdapat kelebihan dan kelemahan dalam penerapan sistem automasi perpustakaan, ditemukan juga beberapa kendala dalam automasi perpustakaan menurut Harmawan (2008: 2) yaitu:

1) Kesalahpahaman tentang Automasi Perpustakaan

Yang menyebabkan kesalahpahaman tentang automasi perpustakaan adalah banyaknya pihak yang beranggapan bahwa biaya automasi perpustakaan yang besar dan pustakawan yang takut kehilangan pekerjaannya, maksudnya yaitu beberapa beranggapan bahwa jika perpustakaan sudah terautomasi maka semua pekerjaan dapat diambil oleh komputer, padahal pada bidang-bidang tertentu pustakawan masih berperan penting seperti klasifikasi,


(25)

layanan referensi dan pekerjaan lain yang dapat meningkatkan kualitas perpustakaan.

2) Kurangnya staf yang terlatih

Kurangnya staf yang terlatih biasanya menjadi kendala yang menghambat pengembangan automasi perpustakaan. Dalam hal ini seharusnya pustakawan harus mampu mengoperasikan komputer.

3) Kurangnya dukungan dari pihak pimpinan

Dukungan pimpinan merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun automasi perpustakaan. Tanpa dukungan pimpinan yang memadai rencana automasi perpustakaan tidak akan berhasil dengan baik. Dukungan tersebut dapat berupa dana, pengembangan staf, dan dukungan moril.

4) Input Data

Proses input data juga biasanya menjadi kendala dalam membangun automasi perpustakaan. Apalagi kalau jumlah koleksi perpustakaan sudah terlalu besar, maka di perlukan proses input data untuk mempermudah proses pelayanan di perpustakaan.

2.2Kualitas Layanan Perpustakaan 2.2.1 Pengertian Kualitas Layanan

Lupiyoadi (2001: 144) menjelaskan bahwa “Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat relatif”.

Sedangkan menurut Tjiptono (2001: 3) definisi kualitas yaitu:

1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang diangap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.

Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa kualitas merupakan suatu usaha yang dilakukan penyedia jasa untuk memenuhi kebutuhan para pengguna suatu jasa sehingga menimbulkan kepuasan kepada penggunanya yang bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk atau jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Jika dikaitkan dengan kualitas layanan yang ada di perpustakaan maka yang harus dievaluasi adalah SDM sebagai pengelola perpustakaan, sistem yang ada di perpustakaan, bentuk layanan yang ada di perpustakaan, serta sarana dan prasarana yang menunjang layanan dan lingkungan yang mendukung untuk terciptanya suasana yang menyenangkan di perpustakaan.


(26)

Pelayanan didefenisikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, hal tersebut pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen (Kotler: 2002, 83). Menurut Moenir (1995: 27) “Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan dalam proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain, oleh karena itu pelayanan merupakan proses, sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan”. Haryani (2011: 1) mengatakan dalam sebuah artikel “Kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan antara harapan pemakai jasa dengan kualitas kinerja jasa pelayanan”.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan sebuah proses yang berlangsung tidak hanya sekali melainkan beberapa kali dalam memenuhi kebutuhan konsumen melalui aktifitas orang lain. Misalnya dalam pelayanan di perpustakaan, jika pelayanan yang diberikan perpustakaan sama dengan yang diharapkan pemustaka maka pemustaka akan puas.

2.2.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Lupiyoadi (2001: 148) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yaitu sebagai berikut:

1) Tangibles atau bukti nyata

Yaitu kemampuan suatu organisasi dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik organisasi dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Ini meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2) Reliability atau keandalan

Yaitu kemampuan organisasi (perusahaan) untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus disesuaikan untuk pelanggan, seperti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik.

3) Responsiveness atau ketanggapan

Yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4) Assurance atau jaminan dan kepastian

Yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan pegawai untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan perusahaan (organisasi). Dimana


(27)

jaminan ini terdiri dari beberapa komponen yaitu komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun.

5) Emphaty

Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau bersifat pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan (organisasi) diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Perpustakaan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang menyenangkan dan nyaman bagi pemustaka dengan tujuan untuk menarik minat pemustaka agar selalu datang ke perpustakaan. Dengan kualitas yang baik maka pemustaka akan merasa puas.

Menurut Moenir (1995: 40) banyak kemungkinan tidak adanya layanan yang memadai karena:

1) Tidak/kurang adanya kesadaran terhadap tugas atau kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya; sistem, prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2) Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum serasi, sehingga terjadi simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecernya suatu tugas tidak ada yang menangani.

3) Pendapatan pegawai tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja.

4) Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadanya. Akibatnya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

5) Tidak tersedianya sarana pelayanan yang memadai, yang mengakibatkan pekerjaan menjadi lamban, waktu banyak yang hilang dan penyelesaian masalah terlambat.

2.2.3 Karakteristik Kualitas Layanan Perpustakaan

Menurut Rahayuningsih (2007: 86) karakteristik layanan pengguna perpustakaan yang berkualitas dapat dilihat dari segi:

1) Koleksi

a. Kuantitas, berkaitan dengan banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.


(28)

2) Fasilitas

a. Kelengkapan, meliputi lingkup layanan dan ketersediaan sarana pendukung serta layanan pelengkap lainnya.

b. Kenyamanan memperoleh layanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan, petunjuk, ketersediaan informasi dan kebersihan.

3) Sumber Daya Manusia

a. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberi layanan terutama bagi petugas yang berinteraksi langsung dengan pengguna.

b. Tanggung jawab dalam melayani pengguna perpustakaan.

c. Empati, wajar dan adil dalam memecahkan masalah dan menangani keluhan pengguna.

d. Profesional, yaitu siap mengutamakan pelayanan, menyenangkan dan menarik, antusias atau bangga terhadap profesi, ramah dan menghargai pengguna jasa.

4) Layanan Perpustakaan

a. Ketepatan waktu layanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

b. Akurasi layanan, berkaitan dengan layanan yang meminimalkan kesalahan.

c. Kemudahan mendapatkan layanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani, fasilitas pendukung seperti komputer.

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa layanan pengguna adalah kegiatan melayankan koleksi, fasilitas dan jasa perpustakaan kepada pemustaka. Dimana agar pemustaka merasa puas maka layanan pengguna yang ada di perpustakaan harus berkualitas.

Menurut Saputro (2009: 18) terdapat beberapa hal yang sama berkaitan dengan kualitas layanan perpustakaan yang diharapkan pengguna. Beberapa persamaan itu diantaranya yaitu:

1) Pemustaka mengharapkan kenyamanan dalam menggunakan seluruh layanan perpustakaan

2) Pemustaka mengharapkan koleksi yang tersedia memenuhi kebutuhannya 3) Pemustaka mengharapkan sikap yang ramah, bersahabat dan responsif dari

petugas

4) Pemustaka mengharapkan perpustakaan memiliki akses internet yang cepat.

Dalam memenuhi harapan dan keinginan pemustaka, maka pemberi jasa layanan harus mengetahui berbagai indikator kualitas layanan perpustakaan sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara pemustaka dengan pihak perpustakaan. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan dapat dikatakan baik dan berkualitas jika perpustakaan tersebut memiliki beberapa kriteria antara lain koleksi yang relevan,


(29)

aktual dan akurat, tenaga yang berkualitas dan profesional, sistem pelayanan yang cepat dan tepat dan didukung sarana dan prasarana yang memadai.

Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama disetiap perpustakaan. Layanan tersebut merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan.

Bentuk riil layanan perpustakaan menurut Sutarno (2006: 90) adalah:

1) Layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki masyarakat pemakai

2) Berorientasi kepada pemakai

3) Berlangsung cepat waktu dan tepat sasaran 4) Berjalan mudah dan sederhana

5) Murah dan ekonomis

6) Menarik, menyenangkan dan menimbulkan rasa simpati 7) Bervariatif

8) Mengundang rasa ingin kembali 9) Ramah tamah

10)Bersifat informatif, membimbing dan mengarahkan tetapi tidak bersifat menggurui

11)Mengembangkan hal-hal yang baru atau inovatif 12)Mampu berkompetisi dengan layanan dibidang lain

13)Mampu menimbulkan rasa percaya bagi pengguna dan bersifat mandiri. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembinaan layanan perpustakaan juga bisa disebut dengan layanan prima yaitu layanan yang cepat, tepat, mudah, sederhana dan murah serta memuaskan pemustaka. Pada perpustakaan umum biasanya memiliki lebih banyak jenis layanan karena melayani masyarakat umum.

2.2.4 Peningkatan Kualitas Pelayanan

Untuk memperoleh suatu bentuk kepuasan pelayanan yang sesuai dengan harapan pemustaka maka diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan. Menurut Kurniawati (2007: 5) terdapat dua metode untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan yaitu:

1) Melalui peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yakni dengan diikutsertakannya petugas dalam berbagai pendidikan, kegiatan dan keterampilan.

2) Melalui peningkatan sarana dan prasarana yaitu peningkatan semua barang atau perlengkapan yang disediakan perpustakaan.

Sementara itu menurut Dwijati (2006: 61) ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas jasa layanan di perpustakaan yaitu:


(30)

1) Penambahan koleksi baru baik buku maupun jurnal dalam bentuk digital. 2) Meningkatkan kerjasama layanan antar perpustakaan.

3) Mengembangkan jasa layanan baru berupa paket informasi atau informasi terbaru menurut subjek tertentu.

4) Meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan teknologi informasi dalam menunjang layanan.

Dari kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan harus memperhatikan kualitas sumber daya manusia serta harus selalu meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan, meningkatkan kerjasama layanan dan menambah koleksi bahan pustaka agar sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

2.3 Sistem Pelayanan Perpustakaan

Jenis layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan bergantung kepada besar kecilnya perpustakaan. Layanan yang biasanya ditawarkan oleh perpustakaan adalah layanan sirkulasi dan layanan referensi. Layanan sirkulasi di perpustakaan mengatur peminjaman, pengembalian dan perpanjangan bahan pustaka. Selain itu pada layanan ini juga memberikan sanksi pada pemustaka yang terlambat mengembalikan buku. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan komputer. Layanan harus dilakukan dengan cepat, mudah dan teratur. Maka dari itu diperlukan adanya automasi perpustakaan untuk memudahkan seluruh kegiatan di perpustakaan.

2.3.1 Layanan Pengguna

Layanan pengguna merupakan salah satu kegiatan pokok di perpustakaan. Layanan pengguna merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perpustakaan. Perpustakaan akan dinilai baik oleh pemustaka jika sudah memberikan layanan yang terbaik. Layanan yang diberikan kepada pemustaka yaitu koleksi, fasilitas dan jasa perpustakaan.

Sulistyo Basuki (1993: 8) menyatakan bahwa “Pengguna dapat dibedakan sebagai pengguna yang aktif dan yang tidak aktif”. Dalam istilah yang lebih luas pengguna dapat dikatakan sebagai orang yang berhubungan dengan perpustakaan baik langsung maupun tidak langsung dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Pendapat lain menurut Lupiyoadi (2001: 143) bahwa “Pelanggan/pengguna adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pengguna perpustakaan adalah seseorang atau sekelompok orang yang datang ke perpustakaan guna mencari


(31)

informasi dan menggunakan jasa layanan perpustakaan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Berdasarkan UU No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, pada Bab V tentang Layanan Perpustakaan, Pasal 14 menyebutkan:

(1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka.

(2) Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar nasional perpustakaan.

(3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

(4) Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.

(5) Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka.

(6) Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama antar perpustakaan.

(7) Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan melalui jejaring telematika.

2.3.2 Jenis-jenis Layanan Pengguna

Menurut Rahayuningsih (2007: 87) Perpustakaan sebagai organisasi pemberi jasa informasi dapat memberikan layanan kepada pengguna antara lain sebagai berikut:

1) Layanan Locker

Layanan locker adalah penyediaan fasilitas untuk menitipkan tas atau barang-barang yang tidak boleh dibawa masuk ke perpustakaan.

2) Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi merupakan salah satu kegiatan yang berkaitan dengan pengguna perpustakaan. Pengertian layanan sirkulasi adalah layanan pengguna yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian dan perpanjangan koleksi. Selain mengatur bagian peminjaman dan pengembalian, layanan sirkulasi juga memiliki tugas dalam hal penagihan koleksi yang belum dikembalikan, penagihan denda, memberikan surat administrasi perpustakaan dan mencatat jumlah pengunjung dan peminjam. 3) Layanan Referensi

Layanan referensi adalah suatu kegiatan layanan yang berupa pemberian bantuan kepada pengguna perpustakaan agar dapat menemukan informasi yang dibutuhkan.


(32)

Layanan penelusuran informasi adalah suatu kegiatan layanan untuk mencari kembali dokumen/informasi yang pernah ditulis atau diterbitkan mengenai suatu objek tertentu. Sistem temu balik informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting, tanpa adanya sistem temu balik maka pengguna akan mengalami kesulitan pada saat mencari informasi yang mereka butuhkan. Salah satu bentuk dari layanan penelusuran informasi yaitu katalog terkomputerisasi.

5) Layanan Informasi Koleksi Terbaru

Layanan informasi terbaru adalah suatu bentuk jasa kesiagaan informasi terbaru yang diupayakan untuk disampaikan sesegera mungkin kepada pengguna perpustakaan.

6) Layanan Koleksi

Layanan koleksi adalah suatu kegiatan untuk melayankan berbagai jenis koleksi yang dimiliki perpustakaan yang meliputi layanan koleksi umum, layanan koleksi terbitan berkala, layanan koleksi digital, layanan koleksi referensi, layanan koleksi khusus, layanan repository, layanan ruang baca, layanan fotokopi dan layanan internet.

7) Layanan Ruang Baca

Layanan ruang baca berupa penyediaan fasilitas untuk membaca atau belajar di ruang-ruang perpustakaan.

8) Layanan Fotokopi

Layanan fotokopi adalah penyediaan fasilitas penggandaan informasi tertulis dan tercetak untuk keperluan studi dan penelitian.

9) Layanan Workstation dan Multimedia

Layanan workstation adalah penyediaan fasilitas komputer yang dapat digunakan untuk pengetikan, penelitian maupun internet. Dapat juga dalam ruang layanan workstation ini disediakan peralatan multimedia untuk mengakses koleksi digital.

10)Layanan Lain-lain

Layanan ini terdiri dari pengawasan keluar masuknya koleksi, penataan koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna dan sosialisasi peraturan yang ada di perpustakaan.

2.3.3 Sistem Sirkulasi

Layanan sirkulasi merupakan salah satu kegiatan yang berkaitan dengan pemustaka. Pengertian layanan sirkulasi adalah layanan pengguna yang berkaitan


(33)

dengan peminjaman, pengembalian dan perpanjangan koleksi. Selain mengatur bagian peminjaman dan pengembalian, layanan sirkulasi juga memiliki tugas dalam hal penagihan koleksi yang belum dikembalikan, penagihan denda, memberikan surat administrasi perpustakaan dan mencatat jumlah pengunjung dan peminjam ( Rahayuningsih: 2007, 95).

Menurut Lasa (1994: 1) pengertian layanan sirkulasi adalah “Mencakup semua kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna jasa perpustakaan”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi meliputi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan bahan pustaka. Namun layanan sirkulasi tidak hanya kegiatan yang meliputi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan koleksi saja, namun merupakan kegiatan menyeluruh dalam proses pemenuhan kebutuhan pemustaka melalui jasa sirkulasi.

Tujuan pelayanan sirkulasi menurut Lasa (2005: 213) yaitu:

1) Agar para pemakai mampu memanfaatkan koleksi perpustakaan secara optimal.

2) Agar mudah dijelaskan identitas peminjaman buku yang dipinjam dan waktu pengembalian.

3) Untuk menjamin pengembalian pinjaman dalam waktu yang ditentukan. 4) Untuk memperoleh data kegiatan pemanfaatan koleksi suatu perpustakaan. 5) Untuk mengontrol jika terdapat pelanggaran.

Untuk mencapai tujuan layanan sirkulasi tersebut, ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan unit pelayanan sirkulasi. Menurut Sulistyo Basuki (1993: 257) tugas yang harus dilakukan bagian sirkulasi yaitu:

1) Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan

2) Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan, dan pengunduran diri anggota perpustakaan

3) Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman

4) Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan

5) Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada waktunya

6) Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak


(34)

8) Membuat statistika peminjaman 9) Peminjam antar perpustakaan

10)Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan

11)Tugas lainnya terutama yang berkaitan dengan peminjaman.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi memiliki tugas yang mencakup bagian peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Serta melakukan pengawasan pada bagian tersebut agar tidak terjadi kesalahan dalam hal peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.

Menurut Rahayuningsih (2007: 95) kegiatan yang ada pada layanan sirkulasi adalah sebagai berikut:

1) Pendaftaran anggota perpustakaan

Salah satu tugas di bagian sirkulasi adalah menerima pendaftaran anggota perpustakaan dan melayani perpanjangan keanggotaan. Syarat keanggotaan pada perpustakaan yang sudah terautomasi tentu saja berbeda dengan perpustakaan yang manual.

2) Peminjaman

Peminjaman koleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam sirkulasi. Kegiatan peminjaman adalah suatu proses pencatatan transaksi yang dilakukan oleh petugas perpustakaan dengan pengguna pada saat pengguna meminjam koleksi. Jangka waktu peminjaman meliputi peminjaman jangka pendek (harian), peminjaman biasa (mingguan) dan peminjaman jangka panjang (bulanan).

3) Pengembalian dan Perpanjangan

Kegiatan pengembalian adalah kegiatan pencatatan bukti bahwa pengguna telah mengembalikan koleksi yang dipinjamnya. Kegiatan perpanjangan adalah kegiatan pencatatan kembali koleksi yang pernah dipinjam sesuai kurun waktu yang ditentukan. Perpanjangan koleksi biasanya dilakukan satu kali periode peminjaman.

4) Penagihan

Kegiatan penagihan adalah kegiatan pemberitahuan kepada peminjam untuk meminta kembali koleksi yang dipinjam karena telah melampaui batas waktu peminjaman. Penagihan biasanya dilakukan paling banyak tiga kali pada setiap keterlambatan.

5) Pemberian Sanksi

Sanksi adalah suatu tindakan pemberian hukuman atas orang yang melakukan pelanggaran. Jenis pelanggaran yang dilakukan antara lain keterlambatan pengembalian koleksi, membawa koleksi tanpa melalui prosedur yang benar, mengembalikan koleksi dalam keadaan yang rusak, menghilangkan koleksi yang dipinjam dan melanggar peraturan perpustakaan.


(35)

Beres administrasi perpustakaan adalah kegiatan pemeriksaan bahwa pengguna tidak lagi mempunyai pinjaman dan denda serta pemberian tanda bukti bahwa pengguna telah bebas dan tidak mempunyai tanggungan apapun pada perpustakaan. Adapun fungsinya yaitu untuk mencegah atau menekan kemungkinan hilangnya koleksi.

7) Statistik

Statistik adalah kegiatan pengumpulan data kegiatan sirkulasi sebagai bahan untuk melihat keadaan dan perkembangan perpustakaan. Statistik pada perpustakaan meliputi data pengunjung, keanggotaan, jumlah peminjam, koleksi yang dipinjam dan koleksi yang dikembalikan. Adapun fungsi dari statistik yaitu untuk menyusun laporan tahunan perpustakaan, menyusun kegiatan rencana perpustakaan, menyajikan tingkat keberhasilan perpustakaan kepada lembaga dan pengguna serta memperkuat alasan dalam penambahan anggaran dan tenaga.

Berdasarkan uraian di atas, jika dihubungkan dengan layanan sirkulasi yang sudah terautomasi maka pekerjaan manual seperti peminjaman, pengembalian, perpanjangan, perhitungan denda, administrasi perpustakaan seperti pembuatan kartu anggota sudah diambil oleh komputerisasi. Dengan adanya automasi pada layanan sirkulasi memungkinkan proses pekerjaan lebih cepat dan akurat sehingga tidak menimbulkan antrian panjang pada saat peminjaman.

2.3.4 Sistem Keanggotaan

Keanggotaan merupakan tanda bukti bahwa pemustaka sudah mendaftarkan dirinya sebagai anggota perpustakaan. Keanggotaan ini menunjukkan bahwa pemegangnya mempunyai hak untuk fasilitas perpustakaan, membaca dan meminjam bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Keanggotaan sangat penting untuk memudahkan pemustaka pada saat meminjam bahan pustaka. Setiap perpustakaan memiliki kebijakan tersendiri dalam hal pengurusan anggota perpustakaannya. Untuk menjalankan peminjaman dengan lancar dan teratur perlu diadakan administrasi pendaftaran anggota perpustakaan. Setiap pemustaka dapat meminjam bahan pustaka untuk dibaca diruang baca atau dibawa pulang tetapi harus mendaftar terlebih dahulu menjadi anggota perpustakaan. Calon anggota perpustakaan terlebih dahulu mengisi blanko pendaftaran dan membaca tata tertib yang berlaku selama menjadi anggota perpustakaan. Setelah mengisi data dengan lengkap maka petugas akan mencetak kartu perpustakaan dan mengaktifkan permintaan anggota di perpustakaan tersebut.

Noerhayati (1998: 191) menyebutkan “Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh setiap calon anggota perpustakaan adalah membayar uang pendaftaran, menyerahkan dua pasphoto, menunjukkan kartu anggota”.


(36)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa syarat utama untuk menjadi anggota perpustakaan adalah dengan membayar administrasi, menyerahkan pasphoto dan menunjukkan kartu anggota. Jika persyaratan tersebut telah dipenuhi maka orang tersebut telah terdaftar sebagai anggota perpustakaan dan memiliki kartu anggota yang dapat digunakan untuk meminjam koleksi yang ada di perpustakaan.

Menurut Sutarno (2006: 98) kegunaan dari pada pendaftaran anggota adalah: 1) Mengetahui jati diri peminjam, memperlihatkan tanggung jawab untuk

mengamankan milik perpustakaan dan melindungi hak pembaca yang lain, yang memungkinkan ingin mempergunakan dengan baik

2) Mengukur daya guna perpustakaan bagi mereka yang dilayaninya

3) Mengukur kedudukan sosialnya dengan jalan mengetahui jumlah buku yang dipinjam oleh para pembaca

4) Mengetahui golongan peminjaman untuk mengetahui pula kebutuhan mereka, selera yang sesuai dapat dipergunakan sebagai data perbandingan dengan perpustakaan lain, kemudian meningkatkan.

Dalam Pedoman Perpustakaan Nasional Indonesia (2002: 24) setiap anggota memiliki hak dan kewajiban. Setiap anggota berhak mendapatkan dan memanfaatkan fasilitas layanan jasa perpustakaan dan informasi berupa:

1) Sarana penelusuran (kartu katalog maupun OPAC)

2) Saranan ruang baca (buku, majalah, surat kabar, AV dan koleksi langka) 3) Pemesanan koleksi sebanyak 3 (tiga) judul khusus untuk buku setiap kali

permintaan

4) Pembuatan reproduksi koleksi baik dalam bentuk foto kopi, rekaman, bentuk mikro maupun digital (untuk jasa ini dikenakan biaya sesuai dengan peraturan yang berlaku)

5) Mengikuti seleksi dan kompetisi dalam pemilihan pengunjung Perpustakaan Nasional RI terbaik. (Diselenggarakan untuk memperingati Hari Kunjung Perpustakaan dan Budaya Baca pada setiap tanggal 14 September)

6) Mengikuti bimbingan dan penyuluhan tentang Perpustakaan Nasional RI. Selain mempunyai hak, setiap anggota perpustakaan juga memiliki kewajiban yang harus ditaati dan dipatuhi sesuai dengan ketentuan, tata tertib dan peraturan yang berlaku di perpustakaan. Biasanya peraturan tata tertib anggota ini mewajibkan anggota


(37)

perpustakaan untuk membawa kartu anggota setiap kali berkunjung dan kartu anggota perpustakaan tidak dapat dipinjamkan ke pemustaka lain.

2.3.5 Online Public Access Catalogue (OPAC)

Layanan penelusuran informasi adalah suatu kegiatan layanan untuk mencari kembali dokumen/informasi yang pernah ditulis atau diterbitkan mengenai suatu objek tertentu. Sistem temu balik informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting, tanpa adanya sistem temu balik maka pemustaka akan mengalami kesulitan pada saat mencari informasi yang mereka butuhkan. Salah satu bentuk dari layanan penelusuran informasi yaitu katalog terkomputerisasi.

Menurut Yusup (2010: 221) yang dimaksud dengan katalog terkomputerisasi adalah “Katalog yang menggunakan program-program komputer. Sebagai alat bantu penelusuran informasi khususnya buku dan media lainnya yang ada di perpustakaan katalog komputer mempunyai fungsi yang sama dengan katalog manual, hanya saja dari aspek penggunaannya, katalog komputer relatif lebih praktis”.

Yusup (2010: 224) menyatakan bahwa katalog terkomputerisasi yang telah dilayankan secara online ke pengguna perpustakaan biasanya menggunakan sistem OPAC (Online Public Access Catalogue). OPAC berfungsi sebagai alat bantu dalam penelusuran informasi berupa buku dan dokumen lain yang ada di perpustakaan. OPAC dapat digunakan untuk mencari informasi suatu bahan pustaka melalui subjek, nama pengarang, judul atau informasi bibliografis lainnya. Pendapat lain menurut Feather seperti yang dikutip oleh Hasugian (2003: 4) menyatakan bahwa “OPAC adalah suatu pangkalan data cantuman bibliografi yang biasanya menggambarkan koleksi perpustakaan tertentu dimana pengguna dapat melakukan penelusuran melalui pengarang, judul, subjek, kata kunci dan sebagainya”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa OPAC merupakan sarana dalam penelusuran informasi dengan menggunakan terminal komputer untuk memudahkan pemustaka dalam mencari informasi yang mereka butuhkan, dimana penelusuran informasi tersebut bisa melalui pengarang, judul, subjek dan kata kunci.

Fungsi katalog menurut Yusup (1995: 76) adalah sebagai berikut:

1) Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan lain dengan menggunakan lambang-lambang angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil (call number).


(38)

2) Mendaftar semua buku dan bahan lain dengan susunan alfabetis nama pengarang, judul buku, atau subjek buku yang bersangkutan ke dalam suatu tempat khusus di perpustakaan untuk memudahkan pencarian entri-entri atau informasi yang diperlukan.

3) Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Pendapat lain dinyatakan oleh Tedd yang dikutip oleh Hasugian (2009: 154) bahwa OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam. Pendapat ini menunjukkan fungsi dari OPAC sebagai sarana temu balik informasi yang dapat diintegrasikan dengan sistem sirkulasi. Selain sebagai alat bantu penelusuran, OPAC dapat juga digunakan sebagai sarana untuk memeriksa status suatu bahan pustaka. Melalui OPAC pengguna dimungkinkan juga dapat mengetahui lokasi atau tempat penyimpanannya.

Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa fungsi katalog online secara umum adalah sebagai daftar inventarisasi seluruh koleksi perpustakaan yang menunjukkan letak atau lokasi dari suatu koleksi perpustakaan serta memberikan kemudahan bagi pemustaka dalam mencari koleksi yang dibutuhkan. Bila dihubungkan dengan layanan sirkulasi yang sudah terintegrasi dengan OPAC maka pemustaka dapat mengetahui status koleksi bahan pustaka yang sedang dicari berada dirak atau sedang dipinjam.

Penggunaan OPAC di suatu perpustakaan memiliki tujuan tertentu untuk pemustaka. Menurut Cutter yang dikutip oleh Darmono (2001: 87) tujuan pengkatalogan adalah:

1) Memudahkan seseorang menemukan sebuah karya yang telah dijelaskan pengarang, judul atau subjeknya.

2) Memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama pengarang, subjek dan jenis literaturnya.

3) Membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisinya secara bibliografis dan karakternya (topic).


(39)

Sedangkan menurut Kusmayadi dan Andriaty (2006: 53) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan OPAC adalah:

1) Pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data yang dimiliki perpustakaan

2) Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi

3) Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja

4) Mempercepat pencarian informasi

5) Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan yang luas. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari penggunaan OPAC adalah untuk memudahkan pemustaka dalam menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga pemustaka dapat menghemat waktu dan tenaga dalam menemukan informasi.

OPAC memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh jenis katalog lainnya. Menurut Hermanto (2010: 2) OPAC memiliki keuntungan antara lain:

1) Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat

2) Penelusuran dapat dilakukan dimana saja tidak harus datang ke perpustakaan 3) Menghemat waktu dan tenaga

4) Pengguna dapat mengetahui keberadaan koleksi dan status koleksi apakah sedang dipinjam atau tidak

5) Pengguna mendapatkan peluang lebih banyak dalam menelusur bahan pustaka

6) Dapat menemukan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan 7) Meningkatkan layanan perpustakaan

8) Keberadaan perpustakaan dijelaskan masyarakat luas.

Hasugian (2009: 166) juga berpendapat bahwa salah satu keunggulan sistem OPAC dari katalog kartu dan katalog manual lainnya adalah kemudahan dalam penelusuran. Melalui OPAC, pengguna bisa menelusur dokumen yang dibutuhkan dengan berbagai cara yang tidak mungkin dapat dilakukan pada katalog kartu atau katalog manual lainnya, misalnya menelusur berdasarkan kata kunci ke semua ruas, menelusur menggunakan operator boolean, operator word adjacency dan sebagainya. Sistem OPAC biasanya menawarkan atau menyediakan akses yang luas kepada seluruh cantuman bibliografi. Hasil penelusuran melalui sistem OPAC dapat ditampilkan secara sistematis dan bervariasi.

Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa OPAC merupakan jenis katalog yang cocok untuk digunakan di perpustakaan dibandingkan dengan katalog lainnya karena OPAC memiliki kelebihan-kelebihan seperti memudahkan dalam hal penelusuran informasi dengan menggunakan berbagai titik akses sehingga pemustaka tidak harus datang ke perpustakaan jika ingin mencari informasi yang dibutuhkan.


(40)

Dalam melakukan penelusuran menggunakan OPAC, perlu diketahui berbagai teknik atau strategi agar penelusuran dapat dilakukan dengan mudah dan cepat serta hasil penelusuran sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Rowley yang dikutip oleh Hasugian (2006: 4) menyatakan bahwa “Strategi pencarian merupakan himpunan keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam proses pencarian, dengan tujuan untuk menemukan sejumlah cantuman yang relevan, menghindari jumlah cantuman yang terlalu banyak, dan juga menghindari tidak ditemukannya cantuman sama sekali”.

Pendapat lain menurut Saleh dkk (1996: 73) “Teknik penelusuran OPAC terbagi dalam lima bagian yaitu penelusuran dengan kamus istilah, penelusuran bebas, penelusuran dengan ekspresi boolean, penggunaan teknik ANY (pengelompokan istilah) dan pemotongan istilah”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa strategi pencarian adalah suatu proses untuk mendapatkan dokumen yang benar-benar relevan dengan kebutuhan informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Teknik penelusuran katalog dapat dilakukan melalui penelusuran dengan kamus istilah, penelusuran bebas atau penelusuran dengan menggunakan ekspresi boolean.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Metodologi penelitian adalah ilmu penelitian tentang berbagai teknik untuk melakukan penelitian. Untuk memperoleh hasil penelitian yang benar atau mendekati kebenaran, proses penelitian harus dilakukan dengan teknik-teknik tertentu, yang metode dan tekniknya dapat dipilih dan ditentukan dari berbagai macam teori ilmiah yang membahas tentang metode penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan suatu gejala atau fenomena tanpa membandingkannya dengan variabel lain. Menurut Sugiyono (2006: 11) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan Umum Kota Medan yang beralamat di Jln. Iskandar Muda Nomor 270 Medan.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Perpustakaan Umum Kota Medan yang terdaftar sebagai anggota aktif perpustakaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 807 orang yang terdiri dari Umum sebanyak 179 orang, PNS sebanyak 134 orang, Mahasiswa sebanyak 169 orang dan Pelajar Tingkat SMA sebanyak 325 orang.


(42)

3.3.2 Sampel

Mengingat jumlah populasi penelitian yang besar maka peneliti membatasi jumlah populasi untuk dijadikan sampel. Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin yaitu:

n = N

1 + Ne2

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi

e = Standar error, sebesar 10%

Maka jumlah sampel penelitian ini adalah: 807

n =

1 + (807) (0,1)2 807 n =

1 + (807) (0,01)

807 n =

9,07 n = 88,97 n = 89

Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan teknik propotionate stratified random sampling karena populasinya berstrata. Menurut Sumarni (2002: 72) “Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara random atau acak memberikan peluang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan peneliti menetapkan teknik pengambilan sampel berdasarkan propotionate stratified random sampling karena populasi penelitian adalah berstrata. Sumarni (2002: 74) mengatakan “Propotionate stratified random


(43)

sampling digunakan apabila kondisi populasi heterogen dan berstrata secara proposional”.

Menentukan besarnya sampel berdasarkan strata secara proposional adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Strata No Jenis Anggota Sub

Populasi

Sampel Jumlah

(hasil pembulatan)

1 Umum 179 179

807 x 89

20

2 PNS 134 134

807 x 89

15

3 Mahasiswa 169 169

807 x 89

18

4 Pelajar Tingkat SMA 325 325 807x 89

36

Jumlah Populasi 807 Jumlah Sampel 89

3.4 Jenis Sumber Data

Jenis sumber data penelitian ini adalah:

1) Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari responden melalui kuesioner dan wawancara.

2) Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.5 Teknik pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan cara:

1) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Perpustakaan Umum Kota Medan.


(44)

2) Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.

3) Studi kepustakaan dan dokumen melalui berbagai bahan pustaka seperti buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 96). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Automasi Perpustakaan.

2. Layanan Pengguna yang mencakup layanan sirkulasi dan layanan penelusuran informasi (OPAC).

3.7 Analisis Data

Sehubungan dengan penelitian yang berbentuk deskriptif, maka penulis menganalisis data berdasarkan persentase. Data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan metode deskriptif. Data yang diperoleh ditabulasi untuk mengetahui persentase, selanjutunya dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif.

Untuk mengolah data yang diterima dari responden, penulis menggunakan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

1) Tahap pertama yang dilakukan adalah pemeriksaaan terhadap data yang diperoleh. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan apakah responden telah menjawab seluruh pertanyaan secara benar.

2) Selanjutnya menghimpun data yang akan diolah, data dikelompokan berdasarkan kategori jawaban yang dapat disediakan pada kolom isian.

3) Menghitung persentase dari setiap jawaban responden. Untuk mengitung persentase jawaban responden, penulis menggunakan rumus persentase menurut Hadi (2001: 421) sebagai berikut:


(45)

P = n

f

x 100 %

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah Jawaban Responden

n = Sampel

4) Untuk menafsirkan besarnya persentase yang di dapat dari tabulasi, peneliti menggunakan metode penafsiran menurut Supardi (1979: 20) yaitu:

1 – 25 % Sebagian Kecil 26 – 49 % Hampir Setengah 50 % Setengah

51 – 75 % Sebagian Besar 76 – 99 % Pada Umumnya 100 % Seluruhnya


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan hasil dan pembahasan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun jumlah pertanyaan seluruhnya adalah sebanyak 15 butir. Berdasarkan dari tujuan penelitian ini bahwa kuesioner disebar kepada responden yang berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai penerapan automasi perpustakaan untuk meningkatkan kualitas layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna) yang meliputi layanan sirkulasi dan OPAC (Online Public Access Catalog).

4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Asal Status Responden

Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan status yang ada di Perpustakaan Umum Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Status

No Populasi Jumlah Persentase (%)

1 Umum 20 22,5

2 PNS 15 16,8

3 Mahasiswa 18 20,2

4 Pelajar Tingkat SMA 36 40,4

Jumlah 89 100

Dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak jumlah dan persentasenya adalah Pelajar Tingkat SMA yaitu sebanyak 36 responden (40%), sedangkan yang paling sedikit jumlah dan persentasenya adalah berstatus PNS yaitu sebanyak 15 orang (17%).

Banyaknya jumlah responden yang berstatus pelajar yang memanfaatkan penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan disebabkan karena para pelajar ingin mengetahui bagaimana penerapan automasi itu sendiri terutama pada layanan pengguna yaitu layanan sirkulasi dan layanan penelusuran informasi (OPAC). Sebaliknya sedikitnya jumlah responden yang berstatus PNS dalam memanfaatkan fasilitas yang berhubungan dengan automasi perpustakaan di Perpustakaan Umum Kota Medan disebabkan karena mereka telah mengetahui sebelumnya cara pemakaian OPAC.


(47)

4.2 Tanggapan Responden Terhadap Penerapan Automasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Perpustakaan Umum Kota Medan (Studi Kasus Pada Layanan Pengguna)

4.2.1 Pentingnya Penerapan Automasi Perpustakaan

Automasi adalah sebuah proses dalam pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi untuk memudahkan pekerjaan pustakawan. Indikator pertama yang digunakan untuk mengetahui penerapan automasi di perpustakaan adalah seberapa penting penerapan automasi yang ada di perpustakaan. Tanggapan responden mengenai seberapa penting penerapan sistem automasi di perpustakaan dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut ini:

Tabel 4.2.1 Pentingnya Penerapan Automasi Perpustakaan NO Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Responden

f %

1 Menurut Saudara

seberapa penting penerapan sistem automasi di perpustakaan?

a. Sangat penting 49 55

b. Penting 30 34

c. Kurang penting 8 9 d. Tidak penting 2 2

Jumlah 89 100

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa 49 responden (55%) menjawab sangat penting, 30 responden (34%) menjawab penting, 8 responden (9%) menjawab kurang penting dan 2 responden (2%) yang menjawab tidak penting.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab penerapan automasi di perpustakaan sangat penting dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemustaka merasakan adanya dampak positif dari penerapan automasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sehingga pemustaka merasa penerapan automasi itu sangat penting. Hal ini sesuai dengan tujuan automasi perpustakaan menurut Wijoyo (2009: 1) yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan automasi adalah untuk meningkatkan pelayanan, mempercepat, mengefisienkan dan mengakurasi pekerjaan serta untuk memberi keluasan akses informasi.

4.2.2 Penerapan Automasi pada Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi adalah layanan pengguna yang berkaitan dengan peminjaman, pengembalian dan perpanjangan bahan pustaka. Penerapan automasi pada layanan sirkulasi di Perpustakaan Umum Kota Medan sangat penting agar dapat meningkatkan


(48)

kualitas layanan perpustakaan. Tanggapan responden mengenai seberapa penting penerapan automasi pada bagian layanan sirkulasi dapat dilihat pada tabel 4.2.2 berikut ini:

Tabel 4.2.2 Penerapan Automasi pada Layanan Sirkulasi NO Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Responden

f %

2 Menurut Saudara

seberapa penting penerapan sistem automasi di bagian layanan sirkulasi

a. Sangat penting 39 44

b. Penting 42 47

c. Kurang penting 5 6 d. Tidak penting 3 3

Jumlah 89 100

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 39 responden (44%) menjawab sangat penting, 42 responden (47%) menjawab penting, 5 responden (6%) menjawab kurang penting dan 3 responden (3%) menjawab bahwa penerapan automasi di bagian layanan sirkulasi itu tidak penting.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa hampir setengah dari responden menjawab penerapan automasi di bagian layanan sirkulasi sangat penting. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya minat baca pemustaka pada Perpustakaan Umum Kota Medan dilihat dari banyaknya pemustaka yang meminjam bahan pustaka pada bagian layanan sirkulasi, sehingga mereka merasa penting dilakukannya penerapan automasi pada layanan sirkulasi. Dengan adanya automasi pada layanan sirkulasi memungkinkan proses pekerjaan lebih cepat dan akurat sehingga tidak menimbulkan antrian panjang.

4.2.3 Dampak Penerapan Automasi Perpustakaan di Bagian Sirkulasi

Penerapan automasi pada layanan sirkulasi sangat penting agar dapat mempermudah proses pekerjaan serta meningkatkan kualitas layanan khususnya di bagian sirkulasi. Tanggapan responden tentang apakah dengan diterapkannya automasi perpustakaan dapat memudahkan pemustaka dalam proses peminjaman dan pengembalian buku dapat dilihat pada tabel 4.2.3 berikut ini:

Tabel 4.2.3 Dampak Penerapan Automasi Perpustakaan di Bagian Sirkulasi NO Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Responden


(49)

3 Apakah dengan diterapkannya sistem automasi perpustakaan telah memudahkan Saudara dalam proses

peminjaman dan pengembalian buku?

a. Sangat memudahkan

35 39

b. Memudahkan 39 44

c. Kurang memudahkan

11 12

d. Tidak

memudahkan

4 5

Jumlah 89 100

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa 35 responden (39 %) menyatakan bahwa dengan diterapkannya sistem automasi sangat memudahkan dalam proses peminjaman dan pengembalian buku, 39 responden (44 %) menyatakan bahwa memudahkan, 11 responden (12 %) menyatakan kurang memudahkan dan 4 responden (5 %) menyatakan tidak memudahkan.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa hampir setengah dari responden menyatakan bahwa dengan diterapkannya sistem automasi perpustakaan memudahkan pemustaka dalam proses peminjaman dan pengembalian. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem kerja pada bagian sirkulasi yang dirasakan cepat dan efisien oleh pemustaka.

4.2.4 Jumlah Komputer dalam Penelusuran Informasi

Dalam melakukan penelusuran informasi dibutuhkan jumlah komputer yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka agar pemustaka dapat memanfaatkan fasilitas OPAC dengan baik. Tanggapan responden tentang jumlah komputer yang dibutuhkan pemustaka dalam melakukan penelusuran informasi dapat dilihat pada tabel 4.2.4 berikut ini:

Tabel 4.2.4 Jumlah Komputer dalam Penelusuran Informasi NO Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Responden

f %

4 Menurut Saudara

berapakah jumlah komputer yang dibutuhkan untuk

a. 4 17 19

b. 5 24 27


(50)

melakukan penelusuran informasi?

d. ≥ 7 31 35

Jumlah 89 100

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa 17 responden (19 %) menjawab 4, 24 responden (27%) menjawab 5, 17 responden (19%) menjawab 6 dan sebanyak 31 responden (35%) menjawab ≥ 7 komputer yang dibutuhkan dalam melakukan penelusuran informasi.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa hampir setengah responden menjawab jumlah komputer yang dibutuhkan untuk melakukan penelusuran informasi yaitu sebanyak ≥ 7. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah pemustaka pada Perpustakaan Umum Kota Medan yang ingin mencari informasi sehingga dibutuhkan banyak komputer untuk penelusuran informasi agar dapat mengefesienkan waktu.

4.2.5 Penggunaan OPAC

OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan sistem katalog terpasang yang dapat diakses oleh pemustaka untuk mengetahui koleksi apa saja yang ada di perpustakaan. Pada Perpustakaan Umum Kota Medan terlihat tidak banyak yang menggunakan OPAC dalam melakukan penelusuran informasi. Tanggapan responden tentang pemahaman dalam menggunakan OPAC ketika melakukan penelusuran informasi dapat dilihat pada tabel 4.2.3 berikut ini:

Tabel 4.2.5 Penggunaan OPAC

NO Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban Responden

f %

5 Apakah Saudara

memahami cara penggunaan OPAC ketika melakukan penelusuran informasi

a. Sangat memahami 16 18

b. Memahami 23 26

c. Kurang memahami 41 46 d. Tidak memahami 9 10

Jumlah 89 100

Dari data di atas dapat diinterpretasikan bahwa 16 responden (18%) menyatakan sangat memahami, 23 responden (26%) memahami, 41 responden (46%) menyatakan kurang memahami dan 9 responden (10%) menyatakan tidak memahami cara penggunaan OPAC.


(1)

83

Gambar 7: Pengguna Melakukan Penelusuran Melalui OPAC


(2)

(3)

85

Gambar 8: Pengguna Mencari Koleksi Buku Langsung ke Rak


(4)

(5)

87 Lampiran III

Tabulasi Jawaban Responden

No Kuesi

oner

Pilihan Jawaban

A B C D

f P (%) f P (%) f P (%) f P (%)

1 49 55 30 34 8 9 2 2

2. 39 44 42 47 5 6 3 3

3. 35 39 39 44 11 12 4 5

4 17 19 24 27 17 19 31 35

5 16 18 23 26 41 46 9 10

6 10 11 50 56 20 23 9 10

7 36 41 14 15 36 41 3 3

8 21 24 40 45 20 22 8 9


(6)

No Kuesi

oner

Pilihan Jawaban

A B C D

f P (%) f P (%) f P (%) f P (%)

9 5 6 47 53 11 12 26 29

10 6 7 35 39 14 16 34 38

11 8 9 40 45 24 27 17 19

12 13 15 18 20 40 45 18 20

13 39 44 7 8 37 41 6 7

14 55 62 15 17 10 11 9 10

15 19 21 36 41 31 35 3 3

Rumus Persentase : P = n

f

x 100 % Dimana n = 89 sampel

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah Jawaban Responden n = Sampel