1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah  satu  diantara  masalah  besar  dalam  bidang  pendidikan  adalah  salah satu  aspek  kehidupan  yang  banyak  mendapat  perhatian  baik  dari  masyarakat
maupun  pemerintah.  Sekolah  merupakan  sarana  pendidikan  formal  yang  timbul dan  berkembang seiring  dengan  perkembangan  ilmu pengetahuan  dan  teknologi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya  untuk  memiliki  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian  diri, kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan
dirinya,  masyarakat,  bangsa  dan  Negara.
1
Dengan  demikaian,  dalam  undang- undang  sistem  pendidikan  nasional  tersebut  berupaya  mengembangkan  potensi
peserta  didik  agar  menjadi  manusia  yang  beriman  yang  bertakwa  kepada  Allah Tuhan  Yang  Maha Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu  cakap,  kreatif,  mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bila  pendidikan  mencapai  tujuan  tersebut,  yaitu  manjadi  manusia  yang
bertakwa, maka akan menghailkan manusia  yang mempunyai sikap takut berbuat salah,  takut  merusak  tatanan  bumi,  saling  menghargai  sesama  makhluk,  rendah
hati,  penuh  rasa  pengabdian  dan  selalu  berupaya  agar  dalam  hidupnya  selalu bemanfaat bagi sesama.
Hakikat  pendidikan  adalah  perubahan  tingkah  laku.apabila  tidak  terjadi perubahan perilaku, maka pada hakikatnya tidak  ada pendidikan atau pendidikan
yang  dilaksanakan  tidak  berhasil.  Oleh  karena  itu,  perubahan  perilaku  siswa merupakan tujuan akhir dari suatu pendidikan
“Sikap  adalah  suatu  bentuk  evaluasi  atau  reaksi  perasaan  terhadap  objek sikap.  Sikap  memiliki  tiga  komponen,  yaitu  komponen  kognitif,  afektif,  dan
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, h. 9
konatif.”
2
Kemudian  sikap  memiliki  sifat  yang  relatif  menetap  untuk  bereaksi dengan  cara  baik  positif  atau  buruk  negatif  terhadap  objek  sikap.
3
Namun sikap pun dapat berubah dari sikap yang positif menjadi sikap yang negative dan
ataupun  sebaliknya  karena  pada  dasarnya  sikap  merupakan  hasil  dari  proses interaksi,  sosialisasi  dimana  seseorang  bereaksi  sesuai  dengan  rangsangan  yang
diterimanya  atau  objek  sikap  yang  dihadapinya.  Dengan  demikian,  bahwa terbentuk  dan  berubahnya  suatu  sikap-sikap  itu  yang  banyak    dipengaruhi  atau
dirangsang  stimulus  oleh  objek  sikap  yang  dihadapinya.  Dengan  demkian, bahwa  terbentuk  dan  berubahnya  suatu sikap-sikap  itu banyak  yang  dipengaruhi
atau dirangsang stimulus oleh objek sikap baik  itu dilingkungan  sosial maupun kebudayaan, misalnya, dunia pendidikan, keluarga, norma, golongan, agama, dan
adat  istiadat.  Jadi  sikap  hasil  belajar    dapat  dibentuk  maupun  diubah  sepanjang perkembangan hidup si individu.
Sikap  merupakan  aspek  perilaku  yang  tidak  statis,  potensi  reaksi  yang sudah terbentuk dalam diri  individu akan muncul berupa perilaku aktual  sebagai
cerminan sikapnya terhadap sesuatu. Suatu stimulus yang sama belum tentu akan menimbulkan  bentuk  reaksi  yang  sama  dari  individu  tergantung  kepada  situasi
dan kondisi lingkungan dimana dan kapan stimulus itu terjadi Jadi,  perubahan  sikap  tergantung  kepada  ada  tidaknya  perubahan
pengalaman,  motivasi,  persepsi,  keyakinan,  dan  kondisi  lingkungan  seorang individu..
Ilmu pengetahuan  sosial merupakan  seperangkat  fakta, peristiwa, konsep, dan  generalisasi  yang  berkaitan  dengan  perilaku  dan  tindakan  manusia  untuk
membangun  dirinya,  masyarakat,  bangsa,  dan  lingkungannya  berdasarkan  pada pengalaman  masa  lalu  yang  dapat  dimaknai  untuk  masa  kini,  dan  diantisipasi
untuk masa yang akan datang.
4
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu perencanaan  program  pelajaran  yang  baik,  pemilihan  dan  penggunaan  metode
2
Syaifuddin  Azwar,  Sikap  Manusia  Teori  dan  Pengukurannya,  Yogyakarta:  Pustaka  Pelajar, 2007 h. 5
3
Muhibbin  Syah,  Psikologi  Pendidikan  Dengan  Pendekatan  Baru,  Bandung:  Remaja Rosdakarya h. 120
4
Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. 2003 h.1
yang  tepat  serta  evaluasi  sebagai  perbaikan  dan  penyempurnaan  menuju  tujuan yang ditetapkan.
Namun  demikian,  pelaksanaan  di  sekolah  SMPMTs  pembelajaran  IPS sebagian masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi  dasar  mata  pelajaran  IPS  masih  dilakukan  sesuai  dengan  bidang kajian  masing-masing  sosiologi,  sejarah,  geografi,  ekonomi  tanpa  ada
keterpaduan  di  dalamya.  Hal  ini  tentu  saja  menghambat  ketercapaian  tujuan  IPS itu  sendiri  yang  dirumuskan  atas  dasar  realitas  dan  fenomena  sosial  yang
mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial  sosiologi,  sejarah,  geografi,  ekonomi,  politik,  hukum,  dan  budaya  guru
mempunyai  tanggung  jawab  untuk  menyusun  dan  melaksanakan  program pembelajaran di  kelas, sedangkan pimpinan  sekolah mempunyai tanggung  jawab
untuk  mengevaluasi  program  pembelajaran  yang  telah  disusun  dan  dilaksanakan oleh guru.
Hasil  belajar  siswa  dalam  belajar  IPS  secara  garis  besar  dapat dibedakan menjadi tiga macam sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS, yaitu :
1.  Kecakapan akademik academic skill 2.  Kecakapan personal personal skill, dan
3.  Kecakapan sosial sosial skill Sikap  yang  positif  maupun  negatf,  akan  ditemukan  pula  dalam  pelajaran
IPS  sebagai  salah  satu  mata  pelajaran  pada  proses  belajar  mengajar  di  sekolah. Sikap positif terhadap pelajaran IPS misalnya, seorang siswa menganggap bahwa
IPS  itu  menyenangkan.  Sedangkan  sikap  siswa  yang  negatif  mengatakan  bahwa IPS  itu  membosankan.  Dan  secara  kebetulan  dilihat  dari  kedua  kasus  siswa
tersebut, akan didapatkan bahwa sering prestasi siswa yang memiliki sikap positif akan lebih baik prestasinya atau hasil belajarnya bila dibandingkan dengan siswa
yang memiliki sikap negatif. Masalah-masalah  dalam  dunia  pendidikan,  khususnya:  hubungan  antara
guru  dan  siswa,  dan  materi  pelajaran,  sering  menjadi  bahan  pembicaraan  para penanggung  jawab  pendidikan  dan  para  penanggung  jawab  pendidikan  itu
bersama-sama berusaha mengusahakan jalan pemecahannya. Namun masih jarang
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan membentuk sikap anak didik sesuai dengan harapan guru.
Dari  kedua  hal  tersebut  di  atas,  maka  penulis  tertarik  mengadakan penelitian  untuk  mengetahui  apakah  ada  hubungan  antara  sikap  siswa  terhadap
guru dengan hasil belajar IPS  di SMP Al-Ihsan Jakarta Pusat.
B. Identifikasi Masalah