6
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman experience. Pengalaman yang terjadi berulang kali
melahirkan pengetahuan knowledge, atau a body of knowledge
3
. Dari beberapa pengertian belajar terkandung beberapa karakteristik, antara lain:
belajar meliputi proses dan hasil, upaya yang disengaja untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan lain sebagainya. Adapun hasil
yang didapat dari belaja bisa bersifat relatif menetap atau permanen
4
.
2. Pengertian Mengajar
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap
sebagai proses mentransfer ilmu
5
. Mentransfer atau memindahkan disini tidak diartikan dengan memindahkan seperti misalnya mentransfer uang. Kata mentransfer
dalam hal ini diartikan sebagai cara menyebarluaskan, seperti menyebarluaskan atau memindahkan ilmu. Ketika ilmu dipindahkan atau disebarluaskan, maka ilmu itu
tidak akan menjadi habis akan tetapi semakin banyak. Dalam proses mengajar, sebagai proses menyampaikan pengetahuan, maka akan lebih tepat kalau diartikan
dengan menanam ilmu pengetahuan. Tyson dan Caroll 1970 menyimpulkan bahwa mengajar ialah … a way working
with students … a process of interaction … the teacher does something to student; the students do something in return. Dari definisi ini tergambar bahwa mengajar adalah
sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan
6
. Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu
kegiatan belajar kepada seseorang siswa dalam mengembangkan potensi intelektual, emosional serta spiritualnya sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang
secara optimal
7
.
3
Suyono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 9
4
Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, Cet. I, h. 87
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 96
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h.179
7
Arnie Fajar, op. cit., h. 12
7
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengatur lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan
belajar yang baik yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal dan menyenangkan.
Berdasarkan pengertian belajar dan mengajar diatas, dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan
proses perubahan sedangkan mengajar merupakan proses pengaturan agar perubahan itu terjadi. Proses belajar mengajar untuk mata pelajaran IPS harus memperhatikan
karakteristik yang bersifat sosial, memerlukan ketekunan, keuletan, serta rasa cinta terhadap pelajaran IPS itu sendiri.
3. Aktivitas Belajar
Pembelajaran dengan cara belajar siswa aktif adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pembentukan sikap. Dalam belajar semua anggota badan baik fisik maupun psikis harus aktif, siswa
tidak hanya duduk, dan diam menerima pembelajaran yang diberikan guru. Aktivitas fisik siswa adalah jika siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja, siswa tidak hanya duduk manis dan mendengar, melihat atau hanya diam saja pasif pada saat pembelajaran. Siswa yang memiliki aktivitas psikis
kejiwaan adalah siswa yang jiwanya bekerja dan berfikir sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam pembelajaran. Siswa merupakan makhluk hidup yang sedang
berkembang dan dalam perkembangan setiap siswa berbeda-beda antara siswa yang satu dan siswa yang lainnya, karena daya nalar yang dimiliki siswapun berbeda.
Siswa adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
8
.
8
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. I, h. 178
8
Aktivitas fisik dan psikis merupakan satu kesatuan yang erat, pada saat siswa aktif jasmaninya maka dengan sendirinya aktif pula jiwanya, begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
J. Piaget, pakar psikologi keturunan Swiss berpendapat: “Seorang anak berpikir
sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berfikir.Agar ia berfikir sendiri aktif ia harus diberi ke
sempatan untuk berbuat sendiri”
9
. Aktivitas belajar siswa yang bisa diamati secara langsung seperti siswa
mengerjakan tugas, siswa aktif dalam berdiskusi, mampu menyusun laporan, dapat memecahkan masalah sendiri, dan mengumpulkan data. Sedangkan mendengarkan
dan menyimak pembelajaran adalah aktivitas yang tidak bisa diamati. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau tingkah laku yang terjadi selama pembelajaran. Seorang
guru hendaknya menghilangkan rasa takut yang dimiliki oleh siswa, seperti: takut ditertawakan, takut dimarahi jika salah dalam menjawab atau mengeluarkan
pendapat. Siswa yang aktif secara mental mentally active lebih berarti daripada siswa yang aktif secara fisik physically active
10
. Banyak aktivitas siswa yang tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat yang
biasa ada di sekolah-sekolah. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa,
antara lain: 1 Visual activities, 2 Oral activities, 3 Listening activities, 4 Writing activities, 5 Drawing activities, 6 Motor activities, 7 Mental activities,
8 Emotinal activities
11
. Adapun penjelasan yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut:
9
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 8
10
Rahayu Karyadinata, dkk.,PAIKEM Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Menyenangkan, Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2012, Cet. I, h. 21
11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 10