commit to user 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan proses komunikatif interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran
menurut beberapa teori belajar Darsono. Max, Sugandhi, Martensi, Rusda Nugroho, 2000: 24 adalah sebagai berikut :
1 Menurut Teori Behavioristik Pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan stimulus. Agar terjadi hubungan stimulus dan respon tingkah laku yang diinginkan perlu latihan,
dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah reinforcement penguatan.
2 Menurut Teori Kognitif Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang di pelajari. 3 Menurut Teori Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian
rupa sehingga
siswa lebih
mudah mengorganisirnya
mengaturnya menjadi suatu Gestalt pola bermakna. Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam
diri siswa.
4 Menurut Teori Humanistik Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Jadi dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan
materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Dan dalam pembelajaran tersebut siswa diberikan kesempatan untuk mengenal dan memahami apa yang
dipelajari, sehingga dalam hal ini pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah melainkan antara guru dan siswa saling berinteraksi.
12
commit to user 13
Pembelajaran kooperatif Slavin, 2009:8 merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja
dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok- kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan
rendah, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari latar belakang etnik berbeda. “Cooperative learning is not simply a matter of grouping students
heterogeneously but also in understanding that some groups of students, especially students of color, are more inclined to function better in group
settings than individually Pang Barba, 1995; Vaughan, 2002.”
Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “Pembelajaran kooperatif bukan sekedar menggolongkan para siswa secara heterogen tetapi didalamnya
juga ada pemahaman pada beberapa kelompok siswa, terutama ciri khas dari siswa, sehingga kelompok memiliki fungsi yang lebih baik daripada individu.
Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi
pembelajaran yang
mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.
Pengelompokan heterogenitas Lie, 2008: 41 merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk
dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio- ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari
satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Perlu diterapkan pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan belajar, meningkatkan kehadiran siswa dan kerja siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa
senang berada di sekolah. Roger dan David Johnson Lie, 2008:31 mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan
commit to user 14
yaitu: saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b. Tanggungjawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung
dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan
merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
penyusunan tugasnya. c. Tatap muka. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. d. Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok. Perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
2. Metode TGT