Latar Belakang Masalah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN HIDROSFER

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, diharapkan siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing Slavin, 2009:4. Pembelajaran kooperatif menekankan peran aktif siswa dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen baik dari lingkungan maupun tingkat kepandaian. Hal ini bertujuan melatih siswa untuk mau bekerjasama dan berkomunikasi dengan teman yang berbeda latar belakang sosial, sehingga nantinya siswa akan lebih peka dalam lingkungan sosial sesungguhnya di luar sekolah. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif menuntut peran aktif siswa dalam kelompok, namun seorang guru harus tetap berperan dalam kelas tersebut, yaitu sebagai pemberi semangat, dorongan belajar dan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kelompok mereka. SMP Negeri 2 Sumberlawang merupakan sekolah yang dalam hal akademik siswanya memiliki hasil belajar yang bervariasi. Dalam proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami 1 commit to user 2 sendiri, menemukan sendiri maka anak menjadi senang, sehingga termotivasi untuk belajar, khususnya belajar Geografi. Proses pembelajaran IPS geografi kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang belum seluruhnya mencapai hasil yang baik. Terutama pada kelas VII-D karena menemui berbagai kendala yaitu hasil belajar dan motivasi belajar yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru IPS kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang, diketahui bahwa kelas VII-D memiliki rata-rata nilai ulangan paling rendah bila dibandingkan dengan kelas VII yang lain. Berikut disajikan tabel rata-rata nilai ulangan harian geografi kelas VII. Tabel 1 . Nilai rata-rata ulangan harian kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 20092010. Sumber : Dokumen Guru IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang. Dari analisis dokumen hasil belajar semester genap, yang ditunjukkan pada tabel diatas terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS Geografi, baik secara klasikal pada kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang maupun secara individu. Berdasarkan hasil pengamatan awal didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kemampuan belajar siswa, motivasi belajar siswa dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berikut adalah daftar nilai ulangan harian yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa kelas VII-D secara keseluruhan. Tabel 2. Daftar nilai ulangan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Tahun 20092010. NOMOR NAMA LP NILAI KET URUT INDUK 1. 1962 Abdul Rohman Arrosyid L 65 Tuntas 2. 1963 Abdul Rokhim L 58 Belum 3. 1965 Adi Kurniawan Saputro L 65 Tuntas 4. 1975 Ananda Mukhumat Qoir L 55 Belum Kelas VII-A VII-B VII-C VII-D Nilai rata-rata 73,06 69,36 72,50 63,60 commit to user 3 5. 1984 Anugerah Fajar Gumilang L 65 Tuntas 6. 1985 Ari Samsi L 65 Tuntas 7. 1988 Bagas Dwi Setyo Wibowo L 65 Tuntas 8. 1991 Bobby Saputro L 68 Tuntas 9. 1993 Danu Prasetyo P 65 Tuntas 10. 1995 Debi Nita Sari P 60 Belum 11. 1996 Dedi Sanjaya L 65 Tuntas 12. 2004 Diana Fatmawati P 65 Tuntas 13. 2005 Dimas Afian L 60 Belum 14. 2011 Dwi Kurniawan Akbar L 67 Tuntas 15. 2013 Eeng Gilang Saputro L 60 Belum 16. 2020 Ernawati P 70 Tuntas 17. 2031 Isna Al Qodri L 60 Belum 18. 2034 Istiqomah P 70 Tuntas 19. 2039 Lejar Purnomo L 55 Belum 20. 2045 Muhamad Rofiq Abdullah L 60 Belum 21. 2052 Novian Angga Pratama L 70 Tuntas 22. 2057 Prasetyo L 58 Belum 23. 2063 Riki Abdullah L 60 Belum 24. 2064 Riski Andika P 65 Tuntas 25. 2065 Riyanto Jon Robin L 70 Tuntas 26. 2073 Sigit Ariyadi L 72 Tuntas 27. 2075 Siti Mariyam P 60 Belum 28. 2076 Siti Mei Wulandari P 67 Tuntas 29. 2080 Sufiyan Sauri L 65 Tuntas 30. 2082 Susilowati P 70 Tuntas 31. 2083 Sutrisno L 60 Belum 32. 2089 Vera Nur Anggraini P 60 Belum 33. 2094 Wahyu Tri Nur Rosyid L 65 Tuntas 34. 2095 Wartono L 60 Belum 35. 2096 Winda Tri Pamungkas P 60 Belum Nilai Rata-rata 63,6 Ketuntasan klasikal 57.14 Siswa yang sudah tuntas 20 Siswa yang belum tuntas 15 Sumber : Dokumen Guru IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Sumberlawang. commit to user 4 Selain hasil belajar yang kurang maksimal, motivasi siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang juga rendah, ini terlihat dari data hasil observasi awal dan juga hasil wawancara dengan guru IPS Geografi kelas VII. Menurut Uno 2009: 23 motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan guru IPS, motivasi belajar siswa yang rendah ditunjukkan dengan kurang siapnya siswa untuk belajar, hal ini ditandai dengan masih banyak siswa yang tidak membuka buku pelajaran IPS selama pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa yang terdorong untuk bertanya jumlahnya sedikit, mereka lebih banyak mengerjakan pekerjaan lain dibanding memperhatikan penjelasan guru. Kelas juga tampak gaduh dikarenakan banyak siswa yang bicara sendiri dan juga menganggu siswa lain. Beberapa juga terlihat mengantuk dan lesu sehingga suasana belajar kurang kondusif. Dibawah ini adalah tabel data motivasi yang diperoleh dari observasi awal. Tabel 3. Hasil Observasi awal siswa individu. No. Kegiatan Siswa Jumlah Siswa 1. Kehadiran siswa. 33 2. Siap dengan peralatan belajarnya dan membuka bukunya. 14 3. Siswa saling berebut menjawab pertanyaan dari guru. 6 4. Siswa terdorong untuk bertanya pada guru. 2 5. Siswa mencatat materi yang disampaikan guru. 13 6. Siswa secara individu berperan dalam kelompok untuk mendapatkan skor maksimal. 16 7. Siswa mengerjakan setiap tugas yang diperintahkan guru. 28 8. Siswa mengerjakan soal individu dengan sungguh- sungguh untuk mendapatkan nilai maksimal. 6 9. Siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan permainan di kelas. 15 10. Siswa antusias dengan kegiatan belajar yang menyenangkan. 16 commit to user 5 11. Mengerjakan pekerjaan lain. 18 12. Siswa tampak lesu 21 13. Siswa mengantuk 15 14. Menganggu teman lain dan membuat gaduh dalam kelas. 27 15. Siswa bicara sendiri saat pelajaran 24 Sumber : Data Primer PTK Tahun 2010. Bersamaan dengan pengamatan motivasi siswa, peneliti juga mengamati kinerja guru pada saaat pembelajaran Geografi berlangsung. Keterbatasan waktu dan media dirasakan guru menjadi kendala, sehingga guru kurang maksimal dalam menyampaikan materi karena itu guru lebih memilih menggunakan metode yang mudah seperti ceramah dan diskusi. Sebagaimana yang disampaikan guru, bahwa diskusi pun juga berjalan kurang baik disebabkan karakteristik siswa kelas VII-D yang cenderung pasif pada saat diminta berdiskusi dengan kelompoknya. Guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan semangat belajar siswa serta menyampaikan materi yang banyak tersebut kepada siswa, kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa sehingga apa yang disampaikan guru pada siswa tidak tepat sasaran. Kegiatan belajar didalam kelas dengan materi yang banyak, jam pelajaran yang panjang namun terbatas semakin membuat siswa kurang antusias. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi hidrosfer dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa untuk memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan sehingga siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan ketidakpahaman materi melalui pertanyaan akan semakin menyulitkan guru untuk membuat mereka paham akan materi hidrosfer tersebut. commit to user 6 Gambar 1. Keadaan siswa kelas VII-D di dalam kelas Dok. Penulis Berdasarkan fakta yang terjadi di kelas tersebut maka penulis bersama dengan guru berinisiatif untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan diberi unsur permainan, sehingga diharapkan siswa kelas VII-D lebih termotivasi dengan begitu hasil belajarnya dapat memenuhi KKM. Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai metode pembelajaran diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division STAD, Numbered Head Together NHT, dan Teams Games Tournament TGT. Penelitian ini menggunakan metode Teams Games Tournament TGT. Metode Teams Games Tournament TGT memiliki kesamaan dengan metode STAD Student Teams Achievement Division yaitu dalam pembentukan kelompok dan pembagian materi, kecuali dalam satu hal yaitu kuis-kuis diganti dengan permainan. TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menggunakan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan Slavin, 2009:14. Metode pembelajaran TGT Teams Games Tournament mengelompokkan siswa secara heterogen misalnya dalam hal prestasi akademik dan jenis kelamin. Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode TGT Teams Games Tournament yaitu penyampaian materi presentasi kelas, diskusi, permainan turnamen dan reward penghargaan. Tipe ini melibatkan peran commit to user 7 siswa serta mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Semua siswa harus aktif dalam bermain bersama dalam kelompoknya dan diharapkan mampu memberi kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk selalu belajar berprestasi karena dalam metode TGT akan timbul kompetisi antar kelompok satu dengan yang lain dengan positif. Metode pembelajaran TGT Teams Games Tournament juga memiliki keterbatasan yaitu membutuhkan manajemen waktu yang baik dan persiapan yang rumit yaitu mempersiapkan segala instrumen misalnya untuk diskusi dan permainan. Dengan adanya unsur permainan ini akan menjadikan kelas sedikit ribut dan kurang tertib. Metode TGT Teams Games Tournament ini dipilih sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada pada kelas VII-D, hal ini ditunjukkan dengan kurang antusiasnya siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung, siswa yang cenderung pasif dalam pembelajaran sebagai contoh tidak memperhatikan guru, sibuk dengan pekerjaan lain, gaduh dan menganggu teman lain, jarang bertanya dan tidak mengungkapkan paham atau tidaknya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Selain disesuaikan dengan kondisi siswa kelas VII-D, Metode TGT Teams Games Tournament ini juga disesuaikan dengan karakteristik pokok bahasan yang menjadi materi penelitian yaitu Hidrosfer. Materi hidrosfer bersifat hafalan dan luas meliputi siklus hidrologi, perairan darat dan perairan laut. Pembelajaran akan membosankan dan siswa sulit menyerap materi jika kegiatan hanya diisi penyampaian materi dengan metode ceramah. Dalam metode TGT Teams Games Tournament terdapat variasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif, siswa dapat lebih mudah memahami dan tertarik jika dikemas dalam suatu bentuk pembelajaran yang menyenangkan. Media yang digunakan untuk permainan adalah TTS Teka Teki Silang dimana ini merupakan suatu media pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Metode dengan bentuk permainan ini menjadikan kelas jauh dari ketegangan sehingga akan commit to user 8 memudahkan siswa menerima pelajaran. Aktivitas belajar dengan permainan membuat siswa dapat belajar lebih rileks dan tanpa tekanan sehingga dapat menimbulkan ketertarikan siswa. Penghargaan diberikan sebagai pengakuan terhadap keberhasilan kinerja kelompok. Penghargaan dapat memacu setiap siswa untuk berkompetisi dan menjalin kerjasama dengan siswa lain sehingga siswa lebih antusias dalam belajar. Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis memilih judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Geografi Pokok Bahasan Hidrosfer”. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 20092010.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

The Effectiveness of Using Teams Games Tournaments (TGT) in Teaching Reading of Narrative Text, (A Quasi-Experimental Study at the Second Year Students of SMPN I Pakuhaji)

0 10 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENTS UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP PADA SISWA SMP.

0 0 16

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA.

0 2 28

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournaments) Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Siswa Kelas IV MI M Gading 1 Klaten Utara

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA.

0 0 19