2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis
2.6.1. Kerangka Teoritis
Teori belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor
yang ada pada dirinya sendiri. Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir,
yakni pengolahan informasi. Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu
akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Hasil belajar juga tidak tergantung pada jenis jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih
ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di
sekelilingnya. Oleh karena itu, teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Teori belajar kognitif apabila dikaitkan dengan pembelajaran yaitu pendidikan
siswa, maka prestasi belajar juga dipengaruhi oleh persepsi siswa mengenai kompetensi guru.
Berkaitan dengan persepsi siswa mengenai kompetensi guru, siswa memiliki pandangan atau persepsi yang berbeda-beda. Hal ini terkait dengan
kemampuan siswa dalam menerima dan mengolah informasi yang masuk, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Persepsi yang terjadi dapat
berupa respon yang positif maupun negatif. Apabila siswa mempunyai respon yang positif terhadap kompetensi guru maka akan berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi belajar siswa. Pangestuti 2012 menyatakan bahwa ada pengaruh persepsi siswa
mengenai kompetensi guru terhadap prestasi belajar akuntansi secara simultan maupun parsial. Penelitian lain yang dilakukan Bhargava 2011 mengenai
persepsi mahasiswa keguruan tentang kompetensi guru, menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa keguruan terhadap kompetensi guru memberikan pengaruh
gaya dan metode mengajar yang diadopsi oleh dosen mereka. Mahasiswa menganggap bahwa dosen yang percaya diri dan cerdas dapat membantu mereka
mencapai tujuan. Teori konstruktivisme memfokuskan pada siswa untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Teori belajar konstruktivime menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Tiga strategi belajar
yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu: membuat catatan, belajar kelompok dan metode PQ4R. Agar siswa berhasil dalam proses pembelajaran,
maka siswa harus bersungguh-sungguh dan melibatkan diri secara aktif. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, tujuan, dan motivasi
yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu dapat tercapai. Motivasi sangatlah penting untuk
dimiliki oleh seorang siswa karena motivasi dapat mendorong siswa untuk belajar sehingga dapat diperoleh prestasi belajar yang baik. Seseorang dengan motivasi
yang tinggi akan lebih berkonsentrasi di dalam kelas, gigih dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas. Sebaliknya, siswa dengan motivasi yang
rendah cenderung akan acuh tak acuh, mudah menyerah dalam mengerjakan tugas, tidak konsentrasi di dalam kelas, dan suka mengganggu saat kegiatan
belajar mengajar. Penelitian yang dilakukan Mediawati 2010 mengenai pengaruh motivasi
belajar mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar yang menunjukkan motivasi belajar mahasiswa memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial terhadap prestasi belajar mahasiswa. Tella 2007 menjelaskan motivasi belajar berdampak secara signifikan terhadap prestasi
belajar akademik siswa sekolah menengah. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi tampil lebih baik secara akademik dari pada siswa yang mempunyai
motivasi rendah. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang
berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu
memberikan respon terhadap stimulus. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni pengolahan informasi.
Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang.
Persepsi siswa juga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Jika persespi siswa terhadap guru baik maka akan berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Jika siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi maka nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Jadi pengaruh persepsi siswa
mengenai kompetensi guru dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar. Teori tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Werdayanti 2008 tentang pengaruh kompetensi guru dalam proses belajar mengajar di kelas dan fasilitas guru terhadap motivasi belajar siswa yang
menunjukkan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar di kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar, bahkan kompetensi guru lebih besar
pengaruhnya dibandingkan fasilitas belajar terhadap motivasi belajar siswa. Kompetensi guru dalam proses belajar mengajar memberikan pengaruh sebesar
13,25 terhadap motivasi belajar siswa. Teori belajar konstruktivime menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang
mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Tiga strategi belajar
yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu: membuat catatan, belajar kelompok dan metode PQ4R. Inti dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa
belajar merupakan proses penemuan dan transformasi informasi kompleks yang
berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memeriksa informasi baru untuk dikonfirmasikan
dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa berhasil
dalam proses pembelajaran, maka siswa harus bersungguh-sungguh dan melibatkan diri secara aktif. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah
diketahui siswa, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sukari 2013 tentang pengaruh kompetensi guru, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa yang menunjukkan kompetensi guru mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap prestasi belajar ekonomi melalui motivasi belajar sebesar 7,36. Penelitian lain yang dilakukan Surainah 2013 menunjukkan bahwa persepsi
siswa mengenai kompetensi kepribadian guru berpengaruh secara tidak langsung terhadap prestasi belajar melalui motivasi belajar sebesar 4. Persepsi siswa
mengenai kompetensi profesional guru berpengaruh secara tidak langsung terhadap prestasi belajar melalui motivasi belajar sebesar 5.
Penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh Inayah dkk. 2013 mengenai pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah tahun pelajaran 20112012 menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh kompetensi guru terhadap
prestasi belajar mata pelajaran ekonomi melalui motivasi belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi belajar sebagai variable intervening. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian serupa yang sudah dilakukan adalah adanya motivasi belajar sebagai variable intervening. Penelitian ini dimaksudkan menguji
kembali motivasi belajar sebagai variabel intervening, yang sebelumnya telah dilakukan oleh Inayah dkk. 2013 namun tidak mendapatkan hasil yang
signifikan. Dari kerangka teoritis diatas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Model Penelitian Teoritik 2.6.2.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh secara signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi guru terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi jasa dan dagang
siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI Batang. H2: Terdapat pengaruh secara signifikan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran akuntansi jasa dan dagang siswa kelas XI Akuntansi
Teori Belajar Konstruktivisme Teori Belajar Kognitif
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Kognitif
Persepsi Siswa Mengenai
Kompetensi Guru Motivasi Belajar
Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Akuntansi Jasa dan Dagang
SMK PGRI Batang. H3: Terdapat pengaruh secara signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi
guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI Batang.
H4: Terdapat pengaruh secara signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi guru terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi jasa dan dagang
melalui motivasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK PGRI Batang.
59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana pengumpulan data berbentuk angka-angka dan hasil penelitian
dianalisa menggunakan perhitungan statistik. Desain penelitian ini menggunakan penelitian ex post facto. Sugiyono 2013:26 mengungkapkan bahwa penelitian ex
post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya kejadian tersebut.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi
Sugiyono 2013:117 mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi
SMK PGRI Batang tahun ajaran 20142015 yang berjumlah 113 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian
No. Kelas
Jumlah
1 XI AK 1
36 siswa 2
XI AK 2 39 siswa