Teori Belajar Kognitif Teori Belajar Konstruktivisme

14

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1. Grand Theory

2.1.1. Teori Belajar Kognitif

Pembelajaran aliran kognitif telah dikembangkan oleh tiga tokoh, yakni Piaget, Brunner dan Ausebel. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh fakto r yang ada pada dirinya sendiri Rifa’i dan Anni, 2011:128. Faktor- faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni pengolahan informasi. Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya, jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana seseorang mampu mengolah informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu, teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.

2.1.2. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Rifa’i dan Anni 2011:137 teori belajar konstruktivisme memandang bahwa belajar lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, harus mampu memecahkan masalah, menemukan sesuatu, dan berkutat dengan berbagai gagasan. Teori konstruktivisme memfokuskan pada siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Teori belajar konstruktivime menyatakan bahwa guru bukanlah orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Tugas utama guru dalam teori konstruktivisme adalah: 1. Memperlancar proses pengkonstruksian pengetahuan siswa dengan cara membuat informasi secara bermakna dan relevan dengan siswa. 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri. 3. Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri. 4. Mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajari. Slavin dalam R ifa’i dan Anni 2011:139 juga menyarankan tiga strategi belajar yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu: 1. Membuat catatan. Strategi yang paling banyak digunakan pada waktu belajar dari bacaan maupun belajar dari mendengarkan ceramah adalah membuat catatan. Strategi ini akan menjadi efektif apabila siswa mampu memperoleh gagasan utama tentang materi yang dipelajari. 2. Belajar kelompok. Belajar kelompok memungkinkan siswa membahas materi yang telah dibaca atau didengar di kelas. Siswa berkelompok akan belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari secara lebih baik dibandingkan dengan siswa belajar sendiri. Hal ini dikarenakan setiap siswa dalam kelompok belajar bertindak sebagai penyaji materi dan sekaligus menjadi pendengar. Posisi penyaji dan pendengar ini dilakukan secara bergantian, sehingga siswa dalam kelompok memiliki pemahaman yang sama terhadap materi yang dipelajari. 3. Metode PQ4R. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Inti dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memeriksa informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa berhasil dalam proses pembelajaran, maka siswa harus bersungguh-sungguh dan melibatkan diri secara aktif. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

2.2. Konsep Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Jasa dan Dagang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi di Kopo Factory Outlet Bandung

0 10 33

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

5 108 124

PENGARUH PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI PADA PERILAKU KEWARGAAN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( Studi Kasus Pada Karyawan Kantor Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah).

0 0 86

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ipi89940

0 0 7

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 11

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Turnover Intention dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening pada SLB

0 0 18

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP PERILAKU KEWARGANEGARAAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

3 5 11

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN SELF EFFICACY TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 14

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Test Repository

0 4 127

Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasi dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia cabang Purwokerto

0 0 16