BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang mempunyai naluri yang sama untuk bisa mempunyai penghasilan sendiri dan untuk bisa memiliki penghasilan, manusia harus
berusaha. Menurut Saparudin dan Iskandar 2004:1, usaha adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok untuk mendapat
penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Usaha yang dimaksud adalah usaha kecil dan menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak dua ratus juta atau penjualan tahunan dibawah satu milyar. Bekerja untuk memperoleh penghasilan tidak hanya dilakukan dengan
menjadi karyawan ataupun bekerja pada orang lain tetapi bekerja bisa dilakukan dengan mendirikan suatu usaha sendiri dengan berwirausaha.
Namun, kenyataan sehari-hari sering tidak mendukung upaya menciptakan masyarakat wirausaha. Contohnya yang sederhana sebagian orang masih ingin
menjadi pegawai negeri atau pegawai suatu perusahaan dibandingkan dengan berwirausaha.
Sebenarnya semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi wirausaha. Inilah saatnya untuk mewujudkan suatu kemandirian dan
melepaskan diri dari ketergantungan yang sudah menjadi ciri karakteristik negara sedang berkembang ataupun negara miskin. Pencabutan subsidi BBM
merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan. Saat ini kita mulai
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilatih untuk mandiri dan bertahan. Jika ternyata kita bisa bertahan dan mampu mencapai kemajuan berarti sedikit demi sedikit kita bisa melepaskan
diri dari jeratan kemiskinan. Berjuang dan berusaha keras merupakan modal utama untuk bisa menggapai kemajuan, mencari peluang menuju sukses
dengan menjadi pencipta lapangan pekerjaan juga merupakan perwujudan dari kemandirian.
Bekerja keras memang bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, di sini diperlukan mental yang kuat karena hanya dengan bekerja orang bisa
memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Untuk menjadi pengusaha itu tak mengenal usia tua atau muda, kaya atau
miskin, jenius atau tidak, mahasiswa atau bukan, sudah sarjana atau belum dan gelar formal seseorang itu bukanlah jaminan atau faktor penentu satu-satunya
untuk kita berhasil menjadi pengusaha. Keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat bergantung pada
kemampuan kita untuk merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar keluarga. Kegagalan merupakan pengalaman hidup yang biasa dilalui oleh
seorang wirausaha, karena dalam mencapai sukses memang harus melalui rintangan yang tidak ringan oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki
dasar yang
kuat agar
bisa menghadapi
tantangan dalam
bisnisnya Adiprigandari, Republika 8 September 2004.
Dalam rangka mencapai efektifitas mengelola usaha seorang wirausaha juga harus mampu berpikir kreatif. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan
oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang percaya diri yakin, optimis, dan penuh komitmen, berinisiatif energik dan percaya diri, memiliki motif berprestasi berorientasi hasil dan
berwawasan ke depan, memiliki jiwa kepemimpinan berani tampil berbeda, dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan karena itu suka akan
tantangan. Menjadi pengusaha sukses tentunya menjadi dambaan semua orang yang
menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melalui rintangan yang tidak ringan, banyak diantaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam
menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal nekat, seorang pengusaha harus memiliki kecerdasan emosional agar bisa
menghadapi tantangan dalam bisnisnya. Emitonal Intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa Goleman 1999;45.
Apabila seorang wirausaha memiliki kecerdasan emosional yang tinggi diduga dia dapat mengelola usahanya dengan baik sehingga tujuan dapat
dicapai dengan efektif. Untuk melihat efektivitas dalam mengelola usaha peneliti menggunakan permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business
entity sebagai variabel moderator. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
permodalan merupakan sektor penting dalam menjalankan suatu usaha. Sekecil apapun wujud dan jumlahnya modal tetaplah diperlukan. Selain
permodalan tingkat pendidikan seseorang diduga juga berpengaruh terhadap pola seseorang dalam menjalankan suatu usaha karena pendidikan merupakan
perbuatan fundamental manusia yang mengubah menentukan dan membangun hidup manusia Tanlain,1996:18.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan efektivitas mengelola usaha adalah penerapan business entity yang merupakan pemisahan
kas usaha dengan kas pribadi atau pemisahan kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan usaha. Prinsip ini menunjukkan bahwa dalam usaha
pemisahan kekayaan perlu dilakukan karena kekayaan usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi. Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk
memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Permodalan, Tingkat Pendidikan dan Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara
Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha: Survei Pada Toko Kelontong Skala Kecil dan
Menengah di Kecamatan Depok.”
B. Batasan masalah