Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada counter HP di Kecamatan Depok survei pada usaha counter HP di lingk

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Survei pada usaha counter HP di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gadjah Mada CICILIA IKA PUSPITASARI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha; 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha; 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy sebagai variabel moderator.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas me ngelola usaha (? = 0.972 > 0.05); 2) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.959 > 0.05); 3) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.727 > 0.05); 4) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.491 > 0.05); 5) Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.003 < 0.05); 6) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.195 > 0.05).


(2)

vii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPI TAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP

BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS A Survey on the Business of Mobile Phone Outlets surrounding Sanata Dharma

University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University

CICILIA IKA PUSPITASARI Sanata Dharma University

Yogyakarta2007

This study was aimed to reveal: 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.

This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting the ‘dummy’ variable as the moderate variable.

The results of the study showed that: 1) there was no influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.972 > 0.05); 2) there was no influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.959 > 0.05); 3) there was no influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.727 > 0.05); 4) there was no influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.491 > 0.05); 5) there was an influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.003 < 0.05); 6) there was no influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.195 > 0.05).


(3)

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

PENERAPAN

BUSINESS ENTITY

TERHADAP HUBUNGAN

ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA:

SURVEI PADA

COUNTER HP

DI KECAMATAN DEPOK

Survei pada usaha counter HP di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gadjah Mada

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Cicilia Ika Puspitasari NIM: 021334030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya Apa yang kita tenun hari ini akan kita pakai di kemudian hari

Kuper sembahkan unt uk:

Tuhan Yesus Krist us dan Bunda Maria Bapak Simon Suharyant a dan Ibu Ignat ia Suwarsi Adi k-adi kku: Emil iana Anggriyani dan Maria Dina Prat iwi Mas Albert us Sri Hascaryo


(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(8)

vi ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Survei pada usaha counter HP di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gadjah Mada CICILIA IKA PUSPITASARI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha; 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha; 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha; 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy sebagai variabel moderator.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas me ngelola usaha (? = 0.972 > 0.05); 2) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.959 > 0.05); 3) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.727 > 0.05); 4) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.491 > 0.05); 5) Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.003 < 0.05); 6) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (? = 0.195 > 0.05).


(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPI TAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP

BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS A Survey on the Business of Mobile Phone Outlets surrounding Sanata Dharma

University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University

CICILIA IKA PUSPITASARI Sanata Dharma University

Yogyakarta2007

This study was aimed to reveal: 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.

This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting the ‘dummy’ variable as the moderate variable.

The results of the study showed that: 1) there was no influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.972 > 0.05); 2) there was no influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.959 > 0.05); 3) there was no influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.727 > 0.05); 4) there was no influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.491 > 0.05); 5) there was an influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ = 0.003 < 0.05); 6) there was no influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ = 0.195 > 0.05).


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Permodalan, Tingkat Pendidikan, dan Penerapan Business Entity terhadap hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha, Survei pada usaha counter Hp di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku Ketua program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(11)

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Ig. Bondan Suratno., S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku Dosen Tamu yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis untuk penyelesaian skripsi.

7. Segenap Dosen dan Karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Wirausaha counter Hp di lingkungan sekitar kampus USD, Atmajaya, UNY dan UGM yang telah bersedia menjadi responden dalam pelelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Orangtuaku (Bpk. S. Suharyanta dan Ibu Ig. Suwarsi) yang telah mendidik dan membesarkan aku dengan doa dan kasih sayangnya sehingga aku mampu menyelesaikan tugas belajar di USD ini. Matur nuwun pak, buk…sakmenika ika sampun lulus.

10. Adik-adikku ( Anggri dan Dina). Makasih ya atas dukungannya, sekarang mbak da lulus, kalian belajar yang rajin…okey girls!

11. Mas Albertus Sri Hascaryo. Makasih atas cinta, pengertian mas, dukungan mas khususnya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini sangat berarti, makasih da bantu dik keliling USD, Atmajaya, UNY dan UGM, juga bantuin dik sampe malem… akire dik lulus juga…


(12)

x

12. Teman-teman seperjuanganku (Nanik, Ana, Rita, Hanik)….akire kita lulus bareng, good luck friend!, Lia Sukabumi…makasih atas bantuannya, Santi, Wulan…makasih ya dah mau nemenin.

13. Pakde Romo Yusuf Suharyoso, SJ., makasih pakde da selalu ngoyak-oyak kula kapan luluse?…ika sekarang da lulus!

14. Temen-temen Mudika St.Anna dan Mudika Melikan, makasih atas kebersamaannya…mbak Pipit, mas Ivan..aku nyusul kalian.

15. Teman-teman PAK USD angkatan 2002, khususnya PAK A…terimakasih atas kerjasamanya selama kuliah. Ayo semangat!!

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam penulisan ini. Saran dan kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan penulis demi perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat nerguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 4 Juni 2007


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORETIK ... 8

A. Tinjauan Teoretik ... 8


(14)

xii

2. Jiwa Kewirausahaan... 13

3. Kecerdasan Emosional... 16

4. Permodalan... 22

5. Tingkat Pendidikan ... 23

6. Penerapan Business Entity... 26

7. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan denga n efektivitas mengelola usaha ... 27

8. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional denga n efektivitas mengelola usaha ... 28

9. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha ... 29

10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional denga n efektivitas mengelola usaha ... 30

11. Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara Jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha ... 31

12. Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara Kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha ... 32

B. Rasionalitas Penelitian ... 33

C. Paradigma Penelitian... 37


(15)

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 40

1. Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 40

2. Variabel Jiwa Kewirausahaan... 41

3. Variabel Kecerdasan Emosional ... 43

4. Variabel Permodalan... 45

5. Variabel Tingkat Pendidikan... 46

6. Variabel Penerapan Business Entity... 47

E. Teknik Pengumpulan Data... 48

1. Observasi... 48

2. Kuesioner ... 48

a. Pengujian Validitas ... 49

b. Pengujian Reliabilitas... 53

F. Teknik Analisis Data ... 54

1. Deskripsi Data... 54

2. Uji Persyaratan Analisis ... 54

3. Uji Hipotesis... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Deskripsi Data... 59


(16)

xiv

C. Pengujian Hipotesis... 82

D. Pembahasan... 89

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan... 100

B. Keterbatasan... 102

C. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105

Surat Ijin Penelitian... 107


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 40

Tabel III. 2 Kisi-kisi Kuesioner... 40

Tabel III. 3 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan... 41

Tabel III. 4 Kisi-kisi Kuesioner... 41

Tabel III. 5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 44

Tabel III. 6 Kisi-kisi Kuesioner... 44

Tabel III. 7 Operasionalisasi Variabel Permodalan... 46

Tabel III. 8 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan... 46

Tabel III. 9 Operasionalisasi Variabel Penerapan Business Entity ...47

Tabel III. 10 Kisi-kisi Kuesioner... 47

Tabel III. 11 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 49

Tabel III. 12 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan... 50

Tabel III. 13 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner untuk Variabel Kecerdasan Emosional ... 52

Tabel III. 14 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner untuk Variabel Penerapan Business Entity...52

Tabel III. 15 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner... 54

Tabel IV. 1 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha Wirausaha yang Bermodal Besar... 60


(18)

xvi

Tabel IV. 2 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Wirausaha yang Bermodal Kecil ... 61 Tabel IV. 3 Katego risasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Wirausaha yang Berpendidikan Tinggi... 62 Tabel IV. 4 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Wirausaha yang Berpendidikan Rendah... 63 Tabel IV. 5 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Tinggi ... 64 Tabel IV. 6 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas

Mengelola Usaha Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Rendah... 65 Tabel IV. 7 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Bermodal Besar ... 67 Tabel IV. 8 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Bermodal Kecil... 68 Tabel IV. 9 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Berpendidikan

Tinggi ... 69 Tabel IV. 10 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Berpendidikan


(19)

Tabel IV. 11 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Tinggi ... 71 Tabel IV. 12 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Jiwa Kewirausahaan Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Rendah... 73 Tabel IV. 13 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Bermodal Besar... 75 Tabel IV. 14 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Bermodal Kecil ... 75 Tabel IV. 15 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Berpendidikan

Tinggi ... 76 Tabel IV. 16 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Berpendidikan

Rendah... 77 Tabel IV. 17 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Tinggi ... 79 Tabel IV. 18 Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian

Kecerdasan emosional Wirausaha yang Menerapkan

Business Entity Rendah... 80 Tabel IV. 19 Ringkasan Hasil Uji Normalitas... 82


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Penelitian... 117

Lampiran 2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 139

Lampiran 3. Pengujian Deskripsi Data... 160

Lampiran 4. Perhitungan PAP tipe II... 179

Lampiran 5. Pengujian Normalitas ... 187

Lampiran 6. Pengujian Analisis Regresi dengan memasukkan Variabel Dummy sebagai Variabel Moderator ... 189


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk lima negara terbesar di dunia, dalam jumlah penduduk. Aset ini dapat dijadikan sebagai salah satu kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan global, jika dikembangkan secara efektif.

Pengembangan sumber daya manusia Indonesia untuk menjadi pegawai atau karyawan tampaknya menghadapi keterbatasan kesempatan, walau bagi yang ahli atau terampil, tetap masih terbuka lebar. Wirausaha Indonesia bahkan diharapkan mampu memperluas kesempatan berkarya bagi orang lain, yaitu dengan membuka lapangan usaha sendiri.

Dibandingkan tenaga lain, tenaga terdidik setingkat S1 pantas diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar untuk berwirausaha. Mereka memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang. Mereka memiliki wawasan yang luas, tinggal perlu dikembangkan sikap dan keterampilannya, sehingga mereka memiliki kebiasaan-kebiasaan yang positif untuk berwirausaha. Namun, terkadang orang yang mempunyai daya nalar tinggi, dalam menjalankan kegiatan berwirausaha berpeluang mengalami kegagalan karena terlalu banyak pertimbangan dan terlalu perhitungan dalam mengambil keputusan yang pada akhirnya akan menghambat usaha yang akan dijalankan. Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi tenaga lain yang tidak sempat


(23)

mengenyam pendidikan setingkat S1 tetapi mempunyai kemampuan berwirausaha untuk dapat sukses dalam usahanya. Usaha yang didirikan adalah usaha kecil. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta atau penjualan tahuna n di bawah satu milyar. Bentuk usaha kecil adalah perusahaan perseorangan, dimana seorang pengusaha berperan sebagai pemilik sekaligus juga sebagai pengelola. Tingkat keberhasilan pengelolaan usaha dapat diukur dari tingkat efisiensi dan efektivitas suatu usaha. Keefektifan mengelola usaha tergantung pada ketekunan, kegigihan, keuletan dan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Faktor- faktor yang mungkin mempengaruhi keefektifan pengusaha dalam mengelola usaha antara lain: permodalan, tingkat pendidikan, penerapan business entity, jiwa kewirausahaan, dan kecerdasan emosional.

Jiwa kewirausahaan adalah pola tingkah laku yang dimiliki seseorang yang mempunyai naluri dalam berwirausaha, yang meliputi rasa percaya diri, inovatif, kreatif, mempunyai keinginan untuk berprestasi, memiliki sifat kepemimpinan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan yang dimiliki seseorang diduga dapat mempengaruhi efektifitas dalam mengelola usaha. Semakin tinggi jiwa kewirausahaan seseorang diduga semakin tinggi pula efektivitas mengelola usaha. Sedangkan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati, memantau perasaan sendiri dan orang lain serta membina hubungan baik dengan orang lain secara produktif untuk memperoleh keberhasilan. Kecerdasan emosional bukan bawaan lahir


(24)

sehingga dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan. Keberhasilan usaha memang sangat terkait langsung dengan kecerdasan emosi. Semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang diduga kemampuan mengelola usaha semakin efektif.

Derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan efektifitas mengelola usaha diduga kuat dipengaruhi oleh permodalan, tingkat pendidikan, dan penerapan business entity. Modal merupakan urat nadi bagi setiap jenis usaha yang diperlukan untuk memulai usaha. Dalam hal ini modal dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan, yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk memulai usaha dan mendapatkan hasilnya. Seorang wirausaha ya ng kreatif, inovatif, percaya diri dan berorientasi ke depan akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola usahanya dengan efektif. Selain itu, seorang wirausaha yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Diduga semakin tinggi jumlah modal yang digunakan semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia, perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda. Jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dapat dibentuk melalui pendidikan informal (keluarga


(25)

dan masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun melalui lembaga nonformal (lembaga pengembangan ketrampilan). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin ia dapat mengelola emosinya dengan baik dan semakin mampu pula ia mengembangkan jiwa kewirausahaan pada dirinya yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan mengelola usaha. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Business entity mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan, karenanya transaksi yang terjadi yang dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik perusahaan. Suatu usaha dianggap atas nama kepentingan sendiri (perusahaan) dan terpisah dari pemilik. Seorang wirausaha yang kreatif, inovatif, percaya diri dan berorientasi ke depan akan mampu memisahkan antara kekayaan pribadi dan perusahaan dengan baik, sehingga dapat mengelola usahanya dengan efektif. Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu memisahkan kekayaan pribadi dan perusahaan dengan baik. Diduga semakin tinggi penerapan business entity semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh dari modal, penerapan business entity dan tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan


(26)

kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, dengan judul ”Pengaruh Permodalan, Tingkat Pendidikan dan Penerapan Business Entity terhadap hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha : Survei pada Counter HP di Kecamatan Depok”.

B. Batasan Masalah

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas mengelola usaha diantaranya permodalan, pendidikan, kultur keluarga, etnis, penerapan bussines entity, jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional. Karena keterbatasan penulis maka penelitian ini memfokuskan pada hubungan jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha ditinjau dari permodalan, tingkat pendidikan, dan penerapan business entity.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

2. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?


(27)

4. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

5. Apakah ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

6. Apakah ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Untuk mengetahui pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

6. Untuk mengetahui pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.


(28)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, antara lain : 1. Bagi Wirausaha

Sebagai bahan pertimbangan bagi wirausaha dalam mengelola usahanya secara efektif.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan dan referensi di Perpustakaan.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan tentang Kewirausahaan serta menjadi bekal jika ingin memasuki dunia usaha.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoretik

1. Efektivitas Mengelola Usaha a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Arti dari efektif yakni dapat membawa hasil atau berhasil guna. Menurut Anthony, Deardon dan Bedford (1987:201), efektivitas merupakan kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tujuan atau sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut. Menurut Tjitrosidojo (1980:12) adalah derajat keberhasilan suatu organisasi, sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil dalam usaha mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dari uraia n tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya, tetapi untuk memerinci apa yang dimaksud dengan konsep efektivitas itu sendiri sangatlah sulit.


(30)

b. Usaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:997) usaha berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:1) usaha adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok untuk mendapat penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan.

c. Pengelolaan Usaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:411) pengelolaan berasal dari kata kelola yang artinya mengusahakan, sedangkan pengelolaan sendiri artinya merupakan proses, cara dan perbuatan mengelola, dapat pula berarti proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. Pengelolaan usaha terdiri dari dua aspek yaitu perencanaan usaha dan pengelolaan keuangan.

1). Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi penting, yaitu: (1) sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan menajemen usaha, dan (2) sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar. Menurut Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003:95), ada beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaaan usaha, yaitu:


(31)

a). ringkasan pelaksanaan; b). profil usaha;

c). strategi usaha; d). produk dan jasa; e). strategi pemasaran; f). analisis pesaing;

g). ringkasan karyawan dan pemilik; h). rencana operasional;

i). data finansial;

j). proposal/usulan pinjaman; k). jadwal operasional.

2). Pengelolaan Keuangan

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan, yaitu:

a). aspek sumber dana;

b). aspek rencana dan penggunaan dana; c). aspek pengawasan atau pengendalian usaha.

Menjadi pengusaha yang sukses tentunya dambaan semua orang yang menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melaui rintangan yang tidak ringan. Banyak diantaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal nekat. Menurut Adiprigandari (http://www.replubika.co.id/cetak) menilai bahwa


(32)

seorang pengusaha harus memliki beberapa dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan bisnisnya. Dasar-dasar tersebut antara lain: a). Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakan sehingga

membuatnya terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.

b). Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi, pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan.

c). Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa terwujud.

d). Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan. Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impiannya terwujud.

e). Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian, ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mudah dibohongi bawahannya.


(33)

f). Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Hidup anda tidak ditentukan oleh atasan melainkan oleh diri sendiri.

g). Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses, uang akan datang dengan sendirinya.

h). Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan. i). Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas

yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak tejebak pada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.

j). Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak bergantung pada bakat alam. Berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tepat baginya untuk terus mengasah pengetahuan di bidangnya.

k). Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis yang dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun rencana bisnis biasanya seorang pengusaha melibatkan konsultan bisnis professional.


(34)

l). Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apapun.

Jadi efektivitas mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan memperoleh apa yang dicita-citakan.

2. Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2003:2). Menurutnya, ciri-ciri dan watak kewirausahaan, sebagai berikut:

a. Percaya diri (self-confidence).

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.


(35)

Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan

b. Berinisiatif.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, inisiatif berarti usaha (tindakan) yang mula- mula, prakarsa. Jadi sifat berinisiatif ini harus selalu dimiliki oleh seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan. c. Memiliki motif berprestasi.

Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya;

2) selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan;

3) memiliki tanggung jawab personal yang tinggi; 4) berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan;

5) menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. d. Memiliki jiwa kepemimpinan.

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang


(36)

dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar.

e. Berani mengambil resiko.

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro dalam Suryana (2003:21) “seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.

Kemampuan mengambil resiko ditentukan oleh: 1) keyakinan pada diri sendiri;

2) kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; 3) kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitas.

Menurut Dusselman dalam Suryana (2003:16), seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.

b. Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.


(37)

c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajemen, meliputi:

1) usaha perencanaan;

2) usaha untuk mengkoordinir;

3) usaha untuk menjaga kelancaran usaha;

4) usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.

d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian jiwa kewirausahaan adalah pola tingkah laku yang dimiliki seseorang yang mempunyai naluri dalam berwirausaha, yang meliputi rasa percaya diri, inovatif, kreatif, mempunyai keinginan untuk berprestasi, memiliki sifat kepemimpinan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

3. Kecerdasan Emosional a. Pengertian

Emosi pada dasarnya adalah dorongan hati untuk bertindak secara seketika untuk mengatasi masalah yang berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu-ke waktu. Kata emosi berasal dari bahasa Latin yang berarti movere yang diartikan bergerak/menggerakkan dan menjauh. Lebih lanjut dalam kamus bahasa Inggris Oxford mendefinisikan emosi sebagai suatu kegiatan, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan


(38)

untuk bertindak. Menurut Harmoko (http://www.binuscareer.com/), bentuk emosi yang muncul kerap dirasakan atas sikap yang ditampilkan atas dasar suasana perasaan saat itu. Beberapa contoh emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel Goleman dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/), emosi terbagi menjadi: amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati. Kesedihan, seperti: pedih, sedih, asa, depresi berat. Rasa takut, seperti: cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak senang, tidak tenang, fobia, panik. Kenikmatan, seperti: bahagia, gembira, riang, puas, terhibur, bangga, takjub. Cinta, seperti: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih. Benci, seperti: tidak suka, malu, rasa salah, aib.

Menurut Harmoko (http://www.binuscareer.com/), selama ini banyak orang mengagung-agungkan kecerdasan intelektual atau yang dikenal dengan IQ sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Namun akhir-akhir ini, para ahli sepakat bahwa IQ bukanlah faktor utama yang menentukan keberhasilan hidup seseorang, faktor lain tersebut adalah kecerdasan emosional. Kemampuan kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk manajemen emosi agar seseorang bisa membangun hubungan dengan baik. Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ akan lebih jeli dalam melihat peluang, ia lebih cekatan dalam bertindak dan punya inisiatif yang tinggi.


(39)

Emotional intelligence atau kecerdasan emosional, lebih dikenal dengan istilah EQ (Emotional Quotent). Beberapa definisi tentang kecerdasan emosi adalah sebagai berikut: (Harmoko,

http://www.binuscareer.com/) 1) Cooper dan Sawaf

Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi,dan pengaruh yang manusiawi. 2) Goleman

Emotional Intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

3). John Mayer

Psikolog dari University of New Hampshire mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri,

b. Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey (Goleman;1997:57-59) menambahkan dengan mengemukakan definisi dasar tentang kecerdasan emosi. Meskipun Salovey tidak secara spesifik menjelaskan kecerdasan


(40)

emosional di tempat kerja, namun ia memperluas kemampuan kecerdasan emosional, yaitu:

1) Mengenali emosi diri

Mengenali perasaan diri sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional, kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri.

2) Mengelola emosi

Reaksi emosional yang tepat terbangun dari kasadaran diri atau dari mengenali emosi diri sendiri. Kemampuan meredam perasaan-perasaan negatif seperti cemas, marah, sedih; penting bagi seseorang, sehingga bisa menerima hal- hal yang tidak sesuai dengan keinginannya dengan hati yang lapang serta tidak merasa tertekan sehingga akan diperoleh kedamaian di dalam hatinya, keluarga dan lingkungan sekitar.

3) Memotivasi diri sendiri

Kemampuan memotivasi diri akan mendatangkan optimisme sehingga meskipun dihadapkan pada situasi yang bisa membuat frustasi, pada umumnya lebih produktif dan efektif. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri, serta mampu melakukan kreasi secara bebas.


(41)

4) Memahami emosi orang lain

Kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan berinteraksi dengan orang lain. Empati adalah hal yang penting bagi efektivitas interpersonal (kecakapan sosial), ini menyangkut kemampuan memahami orang lain, mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.

5) Membina hubungan

Setelah melakukan identifikasi dan mampu mengenal orang lain, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan tersebut dengan membina hubungan. Keterampilan membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial, hal ini dapat menunjang kita dalam mengembangkan pergaulan.

6) Berkomunikasi ‘dengan jiwa’

Dalam berkomunikasi kita tidak hanya menjadi pembicara, terkadang harus memberi waktu lawan bicara untuk berbicara juga, dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik. Dengan hal ini, kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian. Banyaklah mendengar, sedikitlah berbicara dengan demikian kita mampu memahami apa


(42)

yang orang lain inginkan, sehingga kita mampu memposisikan diri

kita pada situasi dan kondisi yang tepat. Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual merupakan dua

hal yang berbeda, yakni bahwa kecerdasan intelektual pembawaan sejak lahir, diturunkan dari orang tua. Sedangkan kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang bukanlah takdir. Kecerdasan emosional bisa dipelajari dan dikembangkan sepanjang hayat asal kita mau melakukannya. Pembelajaran emosional dimulai sejak awal kehidupan dan berlanjut selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Seperti uraian di atas, kecerdasan emosional seseorang mempengaruhi keberhasilannya, oleh karena itu perlu dikembangkan dengan baik dan ditingkatkan semaksimal mungkin.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena kepercayaan diri serta mampu menguasai emosi dan mempunyai kesehatan mental yang baik.


(43)

4. Permodalan

Faktor produksi modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi, karena modal merupakan urat nadi bagi setiap jenis usaha. Pengertian modal secara klasik adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:588) modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan; barang yang dipergunakan sebagai dasar atau bekal untuk bekerja.

Modal merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan perdagangan. Modal digunakan sebagai sarana untuk memperoleh barang dagangan dan membayar biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan usaha. Menurut Saparudin dan Iskandar (2003:56), modal berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:

a. Modal investasi

Adalah biaya untuk pembelian barang yang bersifat investasi. Ada barang-barang yang berharga tinggi dan berdaya tahan lama. Beberapa usaha dapat dimulai dengan biaya investasi rendah sedangkan yang lain memerlukan biaya investasi yang tinggi.

b. Modal kerja

Adalah uang yang diperlukan untuk pengeluaran biaya sehari- hari guna menjalankan usaha.


(44)

Modal bagi seorang wirausaha sangat penting keberadaannya, besar kecilnya modal mempengaruhi berkembangnya usaha yang dijalankan. Jumlah modal yang besar memungkinkan seorang pengusaha untuk melakukan kegiatan usahanya dan kegiatan la innya secara bersamaan, sehingga ia lebih cepat mengembangkan usahanya dibandingkan dengan pengusaha yang hanya memiliki modal dalam jumlah yang kecil.

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003). Definisi lain yaitu, pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain, 1996:18). Lebih jauh Tanlain, dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Pendidikan mengungkapkan bahwa intisari atau hakikat dari pendidikan itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan


(45)

manusia muda. Manusia dewasa susila inilah yang merupakan tujuan umum yang ingin dicapai dalam pendidikan.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan jaman. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih lanjut berkaitan dengan pendidikan ini, ada satu hal penting yang perlu juga menjadi perhatian bagi kita, yakni mengenai lingkungan pendidikan. Dalam hal ini, penggolongan lingkungan pendidikan yang dimaksud didasarkan pada pola pengelolaannya.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa negeri kita ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun pada tahun 1984 dan telah lebih dari 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada tahun 1994. Adapun maksud dan tujuan pelaksanan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Jika perlu pendidikan dasar


(46)

sembilan tahun seharusnya dapat diberikan secara gratis, karena dalam pendidikan dasar itulah kebutuhan dasar akan ilmu pengetahuan bagi warga Negara mulai diberikan diantaranya membaca, menulis, berhitung serta dasar berbagai pengetahuan lain. Menurut Depdiknas (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara umum jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas:

a. Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.


(47)

6. Penerapan Business Entity

Business entity atau kesatuan usaha tidak dapat dipisahkan dari konsep modal. Business entity dalam hal ini lebih dikenal dengan teori entitas (Chariri dan Ghozali, 2003) mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan, karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik perusahaan. Suatu usaha dianggap atas nama kepentingan sendiri dan terpisah dari pemilik. Konsep kesatuan usaha memiliki dua versi pandangan, yaitu:

a. Versi Tradisional

Perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (pemegang saham) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan, dengan demikian perusahaan harus melaporkan status pendanaan dan perolehan investasi yang dilakukan pemilik.

b. Versi Baru

Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.

Keuangan suatu perusahaan dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya. Prinsip di atas menunjukkan bahwa dalam suatu usaha, pemisahan kekayaan penting dilakukan karena kekayaan


(48)

perusahaan suatu usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi. Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.

7. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Modal merupakan unsur yang penting dalam suatu usaha. Sekecil apapun wujud dan jumlahnya, modal tetap diperlukan. Terutama untuk kelangsungan usaha dan pencapaian hasil. Modal merupakan urat nadi bagi setiap jenis usaha, yang diperlukan untuk memulai usaha. Dalam hal ini modal dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan, yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk memulai usaha dan mendapatkan hasilnya, yang mana dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003). Sampai saat ini, modal merupakan hal penting yang dibutuhkan para pengusaha untuk memulai usahanya dan kemudian mengembangkan usahanya dengan baik.

Dalam menjalankan usaha, dibutuhkan seseorang yang memiliki rasa percaya diri, berinisiatif, memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda, mampu mengarahkan karyawan kepada tujuan), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2001:2). Seseorang yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi akan mampu menggunakan modal dengan baik


(49)

sehingga dapat mengelola usahanya dengan efektif dan tujuan yang hendak dicapai oleh wirausaha dapat terwujud dengan baik.

8. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan seseorang dalam memahami emosi dirinya sendiri dan orang lain, mengelola emosi dan menggunakan emosinya secara efektif dalam rangka pencapaian keberhasilan usaha. Kecerdasan emosional yang tinggi menunjang keberhasilan seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Dalam Secapramana,

http://secapramana.tripod.com/, seorang wirausaha yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Modal sendiri digunakan sebagai sarana untuk memperoleh barang dagangan dan membayar biaya-biaya yang diperlukan dalam kegiatan usaha atau dapat juga digunakan melakukan kegiatan lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:588). Kegiatan lain dapat meliputi: pembelian perle ngkapan dan melakukan kegiatan promosi. Kegiatan usaha dan kegiatan lain tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama, jika modal yang dimiliki dalam jumlah yang besar, lain halnya jika modal yang dimiliki kecil, kegiatan usaha dan kegiatan lain yang meliputi pembelian perlengkapan dan kegiatan promosi tidak dapat dilakukan


(50)

secara bersama-sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa modal merupakan unsur yang penting dalam setiap jenis usaha.

9. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia, perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda. (Tanlain, 1996:18) Dengan pendidikan seseorang diharapkan mampu mencapai kematangan intelektual dan emosional. Kemampuan seseorang dalam mengelola usaha dapat dipengaruhi oleh intelektual dan emosionalnya. Komponen lain yang mempenga ruhi seseorang dalam mengelola usaha adalah jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan adalah pola tingkah laku yang dimiliki seseorang yang mempunyai naluri dalam berwirausaha, yang meliputi rasa percaya diri, inovatif, kreatif, mempunyai keinginan untuk berprestasi, memiliki sifat kepemimpinan, berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (Suryana, 2001:14). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini berpengaruh terhadap derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.


(51)

10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia. (Tanlain, 1996:18). Sedangkan komponen lain yang mempengaruhi efektivitas mengelola usaha, yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Goleman adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Pendidikan pertama kali diperoleh di keluarga, kemudian masyarakat dan sekolah. Dalam lingkungan sekolah, seseorang mendapatkan pengetahuan baru, selain itu, sekolah memungkinkan seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Keadaan seperti ini secara tidak langsung melatih seseorang untuk mengenali karakteristik orang lain. Yang selanjutnya menentukan setiap individu bersikap dalam relasinya dengan orang lain.


(52)

Kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya dengan baik dan kemudian menggunakan emosinya tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencapai keberhasilan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin cerdas dan berkembang emosinya. Hal ini berpengaruh terhadap derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

11. Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Business entity mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan, karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik perusahaan. (Chariri dan Ghozali, 2003). Keuangan suatu perusahaan dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya. Prinsip di atas menunjukkan bahwa dalam suatu usaha, pemisahan kekayaan penting dilakukan karena kekayaan perusahaan suatu usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi.

Komponen lain yang mempengaruhi seseorang dalam mengelola usaha adalah jiwa kewirausahaan. Seorang usahawan yang mempunyai daya kreatif dan inovatif yang tinggi dan berani menghadapi tantangan


(53)

serta berani mengambil resiko akan berhasil dalam menjalankan usahanya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan didirikannya unit usaha tersebut.

12. Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Keuangan suatu perusahaan dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya, pemisahan kekayaan penting dilakukan karena kekayaan perusahaan suatu usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi. (Chariri dan Ghozali, 2003). Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial. Sedangkan kecerdasan emosional yakni kemampuan seseorang dalam memahami emosi diri sendiri dan orang lain serta membina hubungan baik dengan orang lain tersebut. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai kesempatan yang tinggi pula untuk berhasil dalam menjalankan usahanya dan hal ini juga dipengaruhi oleh adanya pemisahan kekayaan unit usaha dan kekayaan pribadi.


(54)

B. Rasionalitas Penelitian

1. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Jiwa kewirausahaan merupakan suatu sikap seorang wirausaha yang meliputi kreatif, inovatif dan suka tantangan. Efektivitas mengelola usaha mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan memperoleh apa yang dicita-citakan. Jiwa kewirausahaan diperlukan untuk menjalankan usaha secara efektif sehingga dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Modal sebagai unsur penting dalam suatu usaha, diduga kuat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi jumlah modal yang digunakan semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah modal yang digunakan semakin rendah pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha

Kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan dan meraih keberhasilan. Efektivitas mengelola usaha adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan usaha telah dicapai. Modal sebagai sarana memperoleh barang dagangan dan membayar biaya-biaya yang diperlukan dalam


(55)

kegiatan usaha, diduga kuat mempengaruhi hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektifitas mengelola usaha. Semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula derajat hubunga n kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, sebaliknya semakin kecil modal yang digunakan semakin kecil derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Jiwa kewirausahaan adalah pola tingkah laku yang dimiliki seseorang yang mempunyai naluri dalam berwirausaha secara efektif dan berhasil mencapai tujuan. Efektivitas mengelola usaha merupakan suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan usaha telah dicapai. Pendidikan yang merupakan perbuatan fundamental manusia yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia diduga kuat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan wirausaha semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin rendah pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.


(56)

4. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dalam mengelola emosi secara efektif dan selanjutnya menggunakan emosinya tersebut untuk meraih keberhasilan. Efektivitas mengelola usaha adalah derajat keberhasilan usaha, seberapa jauh suatu usaha dapat dinyatakan berhasil dalam mencapai apa yang menjadi tujannya. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan diduga kuat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Pengaruh pene rapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha

Jiwa kewirausahaan adalah pola tingkah laku seseorang yang mempunyai naluri dalam berwirausaha. Efektivitas mengelola usaha merupakan suatu tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan usaha. Seorang wirausaha yang mempunyai daya kreatif dan inovatif yang tinggi dan berani menghadapi tantangan akan berhasil dalam menjalankan usahanya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan didirikan usaha tersebut.


(57)

Sedangkan business entity yang mengandung makna bahwa dalam suatu usaha, pemisahan kekayaan penting dilakukan karena kekayaan perusahaan tidak sama dengan kekayaan pribadi, diduga kuat mempengaruhi hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektifitas mengelola usaha. Semakin tinggi penerapan business entity, semakin tinggi pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektifitas mengelola usaha, semakin rendah penerapan business entity, semakin rendah pula derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektifitas mengelola usaha.

6. Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan seseorang dalam memahami emosi dirinya sendiri dan orang lain. Efektivitas mengelola usaha mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengelola emosinya dengan baik dan menggunakan emosinya secara efektif dapat mendukung pencapaian keberhasilan usaha. Penerapan business entity yang mengandung makna ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan, diduga kuat mempengaruhi hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi penerapan business entity, semakin tinggi pula derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektifitas mengelola usaha, sebaliknya semakin rendah penerapan


(58)

Permodalan

Efektivitas Mengelola

Usaha business entity, semakin rendah pula derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektifitas mengelola usaha.

C. Paradigma Penelitian

Gambar II.1 Paradigma Penelitian D. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

6. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Tingkat Pendididkan

Penerapan Business Entity Jiwa

Kewirausahaan

Kecerdasan Emosional


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari metodenya, jenis penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat:

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.

2. Waktu:

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2006

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan usaha counter HP yang terdapat di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata


(60)

Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian usaha counter HP yang terdapat di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Jumlah sampel yang diambil 100 unit usaha dengan pertimbangan sudah cukup untuk mewakili populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78). Berdasarkan penelitian tentang efektivitas mengelola usaha, survei pada counter Hp maka sampelnya adalah wirausaha counter Hp.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Efektivitas Mengelola Usaha

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Semakin efektif usaha yang dijalankan hasilnya akan semakin baik. Hal tersebut ditunjang oleh perencanaan, dan pengelolaan usaha yang baik pula. Efektif yakni dapat membawa hasil atau berhasil guna. Pengukuran variabel efektivitas mengelola usaha didasarkan pada indikator- indikator yang selanjutnya


(61)

dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner diambil dari penelitian Muhadi, dan Saptono (belum diterbitkan). Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel efektivitas mengelola usaha.

Tabel III. 1 Operasionalisasi Variabel Efektivitas Mengelola Usaha Skor Pertanyaan No. Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 2 Kisi-kisi Kuesioner

Pertanyaan

Dimensi Indikator

Positif Negatif Kreativitas - Rencana bisnis 1,2,3

Manajerial - Impian hidup 4,5,6 Interpersonal - Hasil terbaik

- Pengendalian dana/modal

- Pembagian tanggung jawab

- Totalitas

- Kepercayaan diri - Etika Moral

7,8 9 10,11,12,13

14 15,16 17,18 Kepemimpinan - Pengambilan

keputusan


(62)

2. Variabel Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yakni orang yang percaya diri, berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan). Dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh wirausaha akan menunjang keberhasilan usaha yang dijalankan.

Pengukuran variabel jiwa kewirausahaan didasarkan pada indikator- indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner diambil dari penelitian Muhadi, dan Saptono (belum diterbitkan).

Tabel III. 3 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan. Skor Pertanyaan No. Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 4 Kisi-kisi Kuesioner

Pertanyaan

Dimensi Indikator

Positif Negatif Kreativitas - memanfaatkan pendapat

orang lain

- mengembangkan ide - selalu memiliki ide baru - berinisiatif

1 2 3 4


(63)

Resiko - tidak suka kegagalan - menyukai kegiatan yang

menantang

- siap menanggung resiko - bisa memecahkan

persoalan

5 6 7 8 Inovasi - terbuka terhadap

masukan

- terbuka atas berbagai informasi

- mampu melihat masa mendatang 9 10 11 Kerja Kelompok

- mudah bekerjasama dengan kelompok - percaya pada diri sendiri

dan orang lain dalam menyelesaikan tugas - dapat menciptakan

suasana kerjasama yang nyaman 12 13,14,15 16 Kepercayaan diri

- percaya pada orang lain - yakin akan kemampuan

sendiri

- dapat memotivasi diri sendiri

17 18 19 Peraturan - senang menerima

bantuan orang lain - menaati peraturan yang

dibuat

- dapat menyesuaikan diri dengan orang lain

20 21,23

22 Penyesuaian

diri

- cepat mensikapi kondisi tertentu

24 Ilmu

pengetahuan

- pengetahuan dan wawasan yang dimiliki

25,26 Cekatan - mengelola waktu dengan

baik

27 Orientasi

pekerjaan

- pandangan hidup masa depan

- puas dengan keadaan ekonomi saat ini

28 29 Kemampuan

manajerial

- mengambil keputusan yang terbaik


(64)

Bentuk kepribadian

- positive thinking - rendah hati dan

bertanggung jawab

31 32,33 Gaya

kepemimpinan

- mementingkan hasil pekerjaan

34 Pencapaian

pertumbuhan usaha

- menyukai berbagai kegiatan

- nyaman berada pada lingkungan yang persaingannya ketat 35 36 Pencapaian keuntungan

- orientasi pada keuntungan

37 Kondisi

perasaan

- menikmati suasana kerja 38 Pengendalian

diri

- mampu mengendalikan emosi

- mempu mengendalikan aktivitas yang dijalani

39 40

3. Variabel Kecerdasan Emosional

Orang yang berhasil dalam usahanya adalah orang yang memiliki dan mengembangkan kecerdasan emosional dalam dirinya. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih- lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.

Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan pada indikator- indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyakan dalam skala sikap. Berikut ini disajikan tabel


(65)

operasionalisasi variabel jiwa kewirausahaan. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi, dan Saptono (belum diterbitkan).

Tabel III. 5 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional. Skor Pertanyaan No. Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 6 Kisi-kisi Kuesioner

Pertanyaan

Dimensi Indikator

Positif Negatif Self Awarness - Mengetahui kekuatan

- Keyakinan akan kemampuan sendiri - Mengenali

keterbatasan diri sendiri

- Mengenali emosi sendiri

1 2 3

4 Self Regulation - Menahan emosi dan

dorongan negatif - Menjaga norma

kejujuran dan integritas

- Bertanggung jawab atas kinerja pribadi - Luwes terhadap

perubahan - Terbuka terhadap

ide-ide dan informasi baru 5 6 7 8 9


(66)

Motivation - Dorongan untuk menjadi lebih baik - Menyesuaikan

sasaran

kelompok/organisasi - Memanfaatkan

kesempatan - Kegigihan dalam

memperjuangkan

10 11 12 13

Empati - Memahami - Mengembangkan - Pelayanan - Menciptakan

kesempatan dalam pergaulan

- Membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok 14 15 16 17 18

Social skill - Kemampuan persuasi - Mendengar dengan

terbuka dan memberi pesan yang jelas - Kemampuan

menyelesaikan pendapat

- Semangat leadership - Kolaborasi dan

kooperasi - Team building

19 20 21 22 23 24

4. Variabel Permodalan

Modal merupakan urat nadi bagi setiap jenis usaha. Dengan modal yang besar, pemilik usaha dapat mengembangkan usahanya, begitu sebaliknya, jika modal yang dimiliki kecil maka pemilik usaha akan kesulitan untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih maju sesuai


(67)

tujuan yang diharapkan.. Data variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden dan dapat diukur berdasarkan indikator- indikator variabel. Pengukuran modal ditentukan sesuai besar-kecil jumlah modal yang digunakan dan dilakukan dengan pertanyaan terbuka.

Tabel III. 7 Operasionalisasi Variabel Permodalan.

Jumlah Modal Kategori Simbol

= 50.000.000 Besar 1

< 50.000.000 Kecil 0

5. Variabel Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan tersebut terdapat proses pendewasaan diri yang akan membawa dampak pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia. Dalam penelitian ini, yang dipakai adalah pendidikan formal terakhir dari responden. Data variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden dan diukur berdasarkan indikator-indikator variabel dengan pertanyaan terbuka.

Tabel III. 8 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan Kategori Simbol Perguruan Tinggi (D1,D2,D3,S1,S2) Tinggi 1


(68)

6. Variabel Penerapan Business Entity

Business entity mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan, karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik perusahaan. Data variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden. Pengukuran variabel penerapan business entity didasarkan pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap.

Tabel. III. 9 Operasionalisasi Variabel Penerapan Business Entity Skor Pertanyaan No. Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 10 Kisi-kisi Kuesioner

Pertanyaan Dimensi Indikator

Positif Negatif Pemisahan

Kekayaan

- Memisahkan kekayaan usaha dengan kekayaan pribadi

- Mencatat segala transaksi yang terjadi

- Melakukan Pengendalian keuangan

1,5,7,8

4,6,9,10,11,12 3


(69)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data ya ng diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk melakukan pendataan karakteristik responden, seperti nama, dan alamat tempat usaha, yaitu dengan pengamatan secara langsung kepada responden yang diteliti. Untuk mendapatkan hasil yang efektif, digunakan format atau blanko sebagai instrumen..

2. Kuesioner

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat (Sudjana, 1996:800). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, permodalan, tingkat pendidikan, penerapan business entity dan efektivitas mengelola usaha. Sebelum kuesioner disampaikan, peneliti akan melakukan tes uji coba kuesioner untuk memastikan bahwa setiap item pertanyaan dalam kuesioner dapat dipahami secara benar oleh para responden. Tes uji coba kuesioner juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa kuesioner ini sungguh dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan memiliki konsistensi internal


(70)

yang memadai. Untuk menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner maka akan dilakukan pengujian kuesioner, yang meliputi:

a. Pengujian Validitas

Suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Sugiono; 1994:122). Rumus yang digunakan:

( )( )

( )

[

x2 x 2

]

[

y2

( )

y 2

]

y x xy rxy ∑ − ∑ Ν × ∑ − ∑ Ν ∑ ∑ − ∑ Ν = keterangan:

rxy : korelasi product moment x : nilai tiap-tiap item variabel y : nilai total variabel

N : jumlah responden

Dengan taraf signifikansi (α)= 5%. Jika r hitung suatu sistem > r tabel maka kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid. Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas kuesioner untuk variabel efektivitas mengelola usaha, jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, dan penerapan business entity.

Tabel III. 11 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha

No Butir Soal Koefisien Validitas

Nilai r tabel Keterangan

1. Butir 1 0.150 0.361 Tidak Valid

2. Butir 2 0.413 0.361 Valid

3. Butir 3 0.473 0.361 Valid

4. Butir 4 0.247 0.361 Tidak Valid

5. Butir 5 0.523 0.361 Valid


(71)

7. Butir 7 0.523 0.361 Valid

8. Butir 8 0.485 0.361 Valid

9. Butir 9 0.366 0.361 Valid

10. Butir 10 0.487 0.361 Valid

11. Butir 11 0.445 0.361 Valid

12. Butir 12 0.391 0.361 Valid

13. Butir 13 0.568 0.361 Valid

14. Butir 14 0.662 0.361 Valid

15. Butir 15 0.478 0.361 Valid

16. Butir 16 0.366 0.361 Valid

17. Butir 17 0.453 0.361 Valid

18. Butir 18 0.186 0.361 Tidak Valid

19. Butir 19 0.475 0.361 Valid

20. Butir 20 0.283 0.361 Tidak Valid

21. Butir 21 0.593 0.361 Valid

Hasil pengujian kuesioner menunjukkan bahwa dari 21 butir soal untuk variabel efektivitas mengelola usaha yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 17 butir soal yang valid karena koefisien validitas > rtabel , sedangkan 4 butir soal dinyatakan tidak valid karena

koefisien validitas < rtabel. (Lampiran 2 halaman 144)

Tabel III. 12 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan

No Butir Soal Koefisien Validitas

Nilai r Tabel

Keterangan

1. Butir 1 0.608 0.361 Valid

2. Butir 2 0.505 0.361 Valid

3. Butir 3 0.502 0.361 Valid

4. Butir 4 0.436 0.361 Valid

5. Butir 5 0.433 0.361 Valid

6. Butir 6 0.428 0.361 Valid

7. Butir 7 0.412 0.361 Valid

8. Butir 8 0.643 0.361 Valid

9. Butir 9 0.430 0.361 Valid


(1)

L AM PI RAN

5

PENGU JI AN

NORM AL I TAS


(2)

Variabel Efektivitas Mengelola Usaha, Jiwa Kewirausahaan, dan Kecerdasan Emosional

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

100 100 100 53.88 121.37 76.69 4.873 7.721 6.386 .092 .135 .109 .092 .135 .109 -.068 -.093 -.057 .918 1.352 1.087 .369 .052 .188 N

Mean

Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Efektivitas Mengelola Usaha Jiwa Kewirausa haan Kecerdasan Emosional

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

NPar Tests

Variabel Efektivitas Mengelola Usaha, Jiwa Kewirausahaan, Kecerdasan Emosional, dan

Penerapan

Business Entity

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

100 100 100 100 53.88 118.98 76.69 34.35 4.873 8.155 6.386 2.851 .092 .132 .109 .120 .092 .132 .109 .120 -.068 -.124 -.057 -.078 .918 1.322 1.087 1.198 .369 .061 .188 .113 N

Mean

Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Efektivitas Mengelola Usaha Jiwa Kewiraus ahaan Kecerdasan Emosional Business Entity

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(4)

L AM PI RAN

6

PENGU JI AN

ANAL I SI S REGRESI

DENGAN

M EM ASU K K AN

VARI ABEL DU M M Y

SEBAGAI VARI ABEL


(5)

L AM PI RAN

7

SU RAT

KETERAW N GAN

PEN EL I TI AN


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus counter HP di sepanjang Jalan Gejayan dan Jogja Phone Market Yogyakarta.

0 0 216

Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada toko kelontong skala kecil dan menengah di Kecamatan Depok.

1 1 227

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK

0 0 225

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 175

SKRIPSI PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 214

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 163

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA COUNTER HP DI KECAMATAN DEPOK

0 0 214

PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA

0 1 190

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186