61
b. Skala Pengukuran
“Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik.” Djemari Marpadi, 2008:2.
Menurut Endang Mulyatiningsih 2011:34-37 pengukuran adalah proses penetapan bilangan nilai pada objek atau peristiwa yang terjadi pada variabel
penelitian dengan menggunakan aturan tertentu. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkatan pengukuran scale of measurement.
Ada empat macam skala pengukuran yang digunakan di dalam statistika, yakni: nominal, ordinal, interval, rasio.
1 Skala Nominal Data berskala nominal hanya merupakan atribut, symbol, nama, identitas untuk
membedakan data individu dengan data individu lainnya. Contoh data berskala nominal antara lain: jenis kelamin, agama, warna, suku bangsa, dan jenis pekerjaan. Data
berskala nominal merupakan data kualitatif yang tidak bisa diberi skor kuantitatif yang menunjukkan individu yang satu lebih baik dari individu lainnya.
2 Skala Ordinal Data berskala ordinal sudah menunjukkan ada tingkatan atau peringkat. Data
ordinal hanya berupa kategori-kategori untuk menunjukkan kategori yang satu lebih baik dari kategori lainnya, namun jarak antara masing-masing kategori tidak sama. Contoh
data berskala ordinal antara lain: peringkat kejuaraan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan rangking kelas. Dalam penyusunan peringkat kejuaraan dan rangking
kelas sering digunakan peringkat 1. 2. 3 dst. Data status social dan ekonomi yang diperoleh dari penghasilan dapat menjadi skala ordinal tetapi dapat pula menjadi skala
62 interval. Ketika penghasilan menjadi indicator status social ekonomi SES dikategorikan
menjadi rendah, sedang dan tinggi, maka data tersebut berskala interval. 3 Skala Interval
Data berskala interval berupa data kuantitatif yang memiliki jarak sama antar tiap-tiap tingkatan nilai tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Data menunjukkan klasifikasi
dan kedudukan subjek yang satu lebih baik dari yang lain, dan jarak antara nilai yang satu dengan yang lain sama. Data berskala interval dapat diubah menjadi skala ordinal
dengan membuat kategori-kategori. Misal kategori nilai A, B, C, D ditetapkan berdasarkan rentang nilai tertentu yang kemungkinan tidak memiliki jarak yang sama.
Misalnya: Tabel 3. Contoh Konversi Data Berskala Interval menjadi Ordinal
Rentang Nilai dari Skala Interval
KATEGORI dikonversi menjadi ordinal
80 A = Sangat baik, skor 4
66-80 B = Baik, skor 3
56-65 C = Cukup, skor 2
56 D = Kurang, skor 1
4 Skala Rasio Skala rasio merupakan skala paling tinggi dalam pengukuran. Data berskala
rasio hampir sama dengan data berskala interval, yakni data kuantitatif yang memiliki jarak sama antar tiap-tiap tingkatan nilai. Perbedaan skala rasio dan interval terdapat
pada nilai nol mutlak. Data berskala rasio memiliki nilai nol mutlak sedangkan data skala interval tidak memiliki nilai mutlak.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk menilai item dengan nilai 4, 3, 2 dan 1 dalam tiap indikator kreativitas
mencipta desain busana dan skala interval untuk pengkategorian nilai kreativitas
63 mencipta desain busana siswa dengan kategori sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif dan
kurang kreatif.
c. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati Sugiyono, 2009:148. Sedangkan menurut
Suharsimi 2002:136 instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa instrument harus
dibuat sebagai alat untuk mengukur fenomena alam maupun social. Selain itu dapat mempermudah dalam mengumpulkan data sehingga hasilnya lebih baik dan mudah
diolah.
1 Validitas Instrumen
Menurut Djemari Marpadi 2008:16 validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes.
Kesahihan isi dilihat dari kisi-kisi tes, yaitu matrik yang menunjukkan bahan tes serta tingkat berpikir yang terlibat dalam mengerjakan tes. “Valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”Sugiyono, 2010: 173. Suatu instrument memiliki validitas internal bila kriteria yang ada dalam
instrument secara rasional atau teoritis telah mencerminkan apa yang diukur. Sugiyono 2007: 352-354 mengemukakan bahwa validitas instrument
terbagi menjadi tiga, antara lain :
64 a Pengujian Validitas Konstruk Construct Validity
Validitas konstruk adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct. Untuk menguji validitas
konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli judgment experts. Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Mungkin para ahli akan memberi pendapat: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombak total. b Pengujian Validitas Isi Content Validity
Pengujian validitas isi untuk Instrumen yang berbentuk tes, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Untuk instrument yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang
seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
c Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan untuk
mencari kesamaan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta- fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila telah terdapat kesamaan antara kreteria dalam
instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.