25 yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hasil belajar IPS dalam
penelitian ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS setelah mengikuti proses pembelajaran IPS.
6. Pengukuran Hasil Belajar IPS di SD
Hasil belajar merupakan ukuran untuk mengukur seberapa jauh siswa menguasai bahan yang telah diajarkan. Untuk itu perlu adanya
penilaian hasil belajar, yakni proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar IPS dalam
penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada ranah kognitif. Purwanto 2011: 44 menjelaskan bahwa untuk mengaktualisasikan
hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Alat ukur yang digunakan dalam
mengukur hasil belajar ini adalah berupa tes. Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi
yang diajarkan oleh guru atau dipelajari siswa Purwanto 2011: 66. Tes disusun berdasarkan kisi – kisi yang dikembangkan dari indikator materi
pembelajaran yang telah disampaikan. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa adalah tes.
C. Karakteristik Siswa Kelas V
Piaget Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 35 menguraikan empat tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensomotor lahir-18 bulan, tahap
praoperasional 18 bulan-6 tahun, tahap operasional konkret 6 tahun-12
26 tahun, dan tahap operasional formal 12 tahun atau lebih. Menurut tahapan
tersebut, siswa SD berada pada fase operasional konkret. Pada masa ini anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang
aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas
pada situasi sekarang Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106. Menurut Syamsu Yusuf LN. 2014: 178, ciri-ciri perilaku anak pada
masa operasional konkret yaitu sudah dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kemampuan kognitif
seperti: membaca, menulis, dan menghitung. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan baru, yaitu mengklasifikasi, menyusun, atau mengasosiasikan
menghubungkan atau menghitung bilangan. Anak sudah mampu melakukan operasi menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu,
pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah problem solving yang sederhana.
Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca anak mencapai puncaknya. Materi bacaan juga sudah semakin luas. Pada umumnya anak laki-laki
menyukai hal-hal yang bersifat menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah petualangan. Sedangkan anak perempuan cenderung menyenangi cerita
kehidupan seputar rumah tangga Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 109. Pada masa ini anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata Abin Syamsudin M, 1991
dalam Syamsu Yusuf LN., 2014: 179. Lebih lanjut lagi Rita Eka Izzaty, dkk. mengemukakan bahwa anak SD
termasuk dalam masa anak-anak akhir. Masa anak-anak akhir ini dibagi menjadi 2 fase yaitu:
27 1 masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 67 tahun-910 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan 2 masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 910 tahun-1213 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar. Sesuai kategori tersebut, siswa kelas V termasuk dalam fase kelas
tinggi. Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 116 adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu,
ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama serta membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
D. Penelitian yang Relevan