2.7 Pengelolaan Sampah
Peran utama rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah memberikan kesembuhan kepada pasien. Sebagai hasil
samping kegiatannya, rumah sakit menghasilkan beberapa bahan buangan berupa limbah padat medis dan limbah padat non medis Djaya, 1993.
Menurut Azwar dalam Keman 2006 pengelolaan sampah medis dan non medis rumah sakit sangat dibutuhkan bagi kenyamanan dan kebersihan rumah
sakit karena dapat memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular, terutama infeksi nosokomial.
Proses pengelolaan sampah yang dilakukan di rumah sakit harus benar dan efektif serta memenuhi persyaratan sanitasi. Pengelolaan sampah ini bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam pengelolaan sampah rumah
sakit, harus disesuaikan dengan kondisi sampah dan kemampuan rumah sakit dalam hal mengelolanya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyuluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 2004 pengelolaan limbah medis
yaitu rangkaian kegiatan mencakup pemisahan, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis
2.7.1 Limbah medis padat
a. Minimisasi limbah
Universitas Sumatera Utara
Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan
kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle dan recovery. Minimisasi limbah merupakam pengurangan jumlah
limbah yang berasal dari instansi layanan kesehatan dan sarana penelitian dapat didukung melalui penerapan beberapa kebijakan dan praktik tertentu. Konsep
minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku
pengelolaan bahan dan modifikasi bahan, perubahan teknologi modifikasi proses dan teknologi bersih, praktek operasi yang baik housekeeping, segregasi
limbah, preventive maintenance, dan perubahan produk yang tidak berbahaya. Pengelolaan limbah medis dengan minimisasi limbah dapat dilakukan dengan :
1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi. 4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang 1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.
Universitas Sumatera Utara
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi.
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai
disposible, limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.
Tabel 2.3 Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali Metode sterilisasi
Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas - Sterilisasi kering dalam oven
- “poupinel” - Sterilisasi basah dalam autoclave
160
o
C 170
o
C 121
o
C 120 Menit
60 Menit 30 Menit
Sterilisasi dengan bahan kimia - Ethylene Oxide gas
- Glutaraldehyde 50-60
o
C 3-8 Jam
30 enit 7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategori No
Kategori Warna
kontainerkantong plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif
Merah Kantong boks
timbal dengan simbol
radioaktif 2.
Sangat Infeksius
Kuning Kantong
plastik kuat, anti bocor, atau
kontainer yang dapat di
sterilisasi dengan otoklaf
3. Limbah
Infeksius, Patologi dan
Anatomi Kuning
Plastik kuat dan antibocor
atau container 4.
Sitotoksis Ungu
Plastik kuat dan anti bocor
atau container
5. Limbah
Kimia dan Farmasi
Coklat -
Kontainer plastik kuat
dan anti bocor Sumber : Kepmenkes 1204MenkesSKX2004
8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
c. Pengumpulan, Pengangkutan dan Penyimpanan limbah medis padat 1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup. 2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis, yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat. 2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan
khusus. e. Pengolahan dan Pemusnahan
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator.
2.7.2 Limbah Padat Non Medis