2. Perkembangan intelegensi anak tunarungu, sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa sehingga hambatan perkembangan bahasa pada
anak tunarungu menghambat perkembangan intelegensinya. Kerendahan tingkat intelegensi bukan berasal dari kemampuan intelektuilnya yang
rendah, tetapi pada umumnya disebabkan karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang;
3. Perkembangan emosi anak tunarungu, keterbatasan kecakapan berbahasa mengakibatkan
kesukaran dalam
berkomunikasi, dan
akhirnya menghambat perkembangan emosi. Emosi berkembang karena
pengalaman dalam komunikasi seorang anak dengan anak yang lain, orangtuanya dan orangorang lain disekitarnya. Selain sebab kemiskinan
bahasa anak tunarungu, yang mengakibatkan kedangkalan emosinya, juga sikap masyarakat dan kegagalankegagalan dalam banyak hal
mengakibatkan emosi anak tunarungu menjadi tidak stabil; 4. Perkembangan kepribadian anak tunarungu, perkembangan kepribadian
terjadi dalam pergaulan, atau perluasan pengalaman pada umumnya dan diarahkan oleh faktor-faktor anak sendiri. Pertemuan antara faktor-faktor
dalam diri anak tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan
keterbatasan intelegensi, dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya menghambat perkembangan pribadinya
.
2.3.3 Spiritual
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan yang selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan dan interaksi
Universitas Sumatera Utara
dengan lingkungan serta menciptakan hubungan antara manusia secara serasi. Manusia sebagai manusia yang holistik merupakan pendekatan yang bersifat
menyeluruh terhadap individu dalam kontak biopsikososial, spiritual dan kultural dimana sebagai mahluk hidup dengan dasar spiritual, manusia memiliki keyakinan
dan kepercayaan serta menyembah Tuhan atau sembahyang Christina dkk, 2003. Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Kata “spiritual” sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Berdasarkan
etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang. Anak
merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman, perilaku didapatkan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat antara lain adanya
pengalaman dari interaksi dengan orang lain keyakinan dan kepercayaan yang dianut. Pada saat ini, anakremaja belum mempunyai pemahaman salah atau benar.
Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain. Pada masa ini mereka biasanya sudah mulai bertanya tentang
pencipta, arti doa, dan mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan. Peran orangtua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual mereka. Hal terpenting bukan apa
yang diajarkan orangtua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang mereka pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku mereka Sulistiyanto dkk,
2013. Upt pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lansia pematang siantar
memberikan bimbingan agama kepada warga binaan tuna rungu wicara melalui bimbingan agama yang diadakan yaitu bimbingan agama kristen dan katolik, islam.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu banyak kegiatan yang dilakukan untuk meningkat spritualitas warga binaan seperti perayaan hari besar agama dan kegiatan rutin agama masing-masing.
2.4 Efektivitas Program Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara 2.4.1 Efektivitas
Efektivitas diartikan sebagai sesuatu yang ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, dapat membawa hasil, berhasil guna tindakan serta dapat pula
berarti mulai
berlaku tentang
undang-undangperaturan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993. Selanjutnya bahasa inggris, kata efektif
yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan
Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu
mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas menurut Hidayat
2006 yang menjelaskan bahwa : “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Dimana makin besar
persentase target
yang dicapai,
makin tinggi
efektivitasnya http:repository.unhas.ac.id
. Dilihat dari perspektif efektivitas organisasi, Gaertner dan Ramnarayan
mengatakan, efektivitas dalam suatu organisasi bukan suatu benda, atau suatu tujuan, atau suatu karakteristik dari output atau perilaku organisasi, tetapi cukup suatu
pernyataan dari relasi-relasi di dalam dan di antara jumlah yang relevan dari
Universitas Sumatera Utara