masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas. Berdasarkan
hal di atas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata yang menyangkut
kesejahteraan warga masyarakat. Oleh karena itu dua terminologi ini sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya inseparable dan seringkali digunakan secara tukar-
menukar interchangeably. Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial
seharusnya merupakan upaya yang konkret nyata baik ia bersifat langsung direct services
ataupun tidak langsung indirect services, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah
ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi
organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar
mengekspresikan penampilan diri person dalam suatu lembaga Adi, 1994. Efektivitas pelayanan sosial tuna rungu wicara adalah sejauh mana
pencapaian pelayanan yang sudah ditetapkan berdasarkan makna dari pelayanan sosial itu sendiri, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang
benar-benar ditujukan untuk menangani masalah kebutuhan biospsikososial spritual bagi perkembangan remaja tuna rungu wicara.
2.5 Kerangka Pemikiran
Remaja dengan kecacatan rungu wicara merupakan realitas sosial yang tidak terelakkan keberadaannya di masyarakat. Pada dasarnya remaja tuna rungu wicara
memiliki hak yang sama dengan semua remaja yang lainnya. Remaja tuna rungu
Universitas Sumatera Utara
wicara berhak atas kesejahteraan, perawatan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan tumbuh kembang dengan baik.
Keterbatasan yang dimiliki karena ketunarunguan menyebabkan kesulitan berkomunikasi. Keberadaan remaja tuna rungu wicara di dalam masyarakat menjadi
kelompok yang direndahkan sehingga menyebabkan masalah yang kompleks bagi perkembangan remaja tuna rungu wicara baik masalah biologi, psikologi, sosial dan
spiritual. Masalah biologi yang dialami oleh remaja tuna rungu wicara di dalam
masyarakat disebabkan kurangnya pertahatian dari orang-orang di sekitarnya sehingga kebutuhan fisiknya jarang dipenuhi, kesehatannya sering diabaikan.
Akibatnya mereka mengalami kesenjangan dalam pertumbuhan biologi. Masalah lainnya yang dialami yaitu masalah psikososial, mental dan sosial remaja tuna rungu
wicara dalam masyarakat cenderung mengalami krisis. Hal ini disebabkan oleh tekanan sosial, stigma sosial yang dihadapi oleh remaja tuna rungu akibat
keterbatasan yang dimiliki, sehingga dalam lingkungan sosial remaja tuna rungu wicara cenderung bersifat egosentris yang hanya berfokus pada diri sendiri, selalu
menyendiri dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Begitu juga dengan masalah perkembangan spiritual remaja tuna rungu wicara yang mengalami
kesenjangan akibat keterbatasan dalam memahami nilai-nilai agama sehingga kurang memiliki motivasi diri yang baik.
Berdasarkan masalah yang dialami oleh remaja tuna rungu wicara tersebut maka Upt pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lansia pematang siantar berdiri
memberikan penanganan pelayanan sosial terhadap masalah tuna rungu wicara dan lansia. Sistem pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh upt pelayanan
sosial tuna rungu wicara dan lansia pematang siantar adalah suatu bentuk perwujudan
Universitas Sumatera Utara
dari tanggungjawab dan kewajiban pemerintah. UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia memberikan pelayanan sosial kepada remaja tuna rungu wicara
berupa bimbingan biologis, bimbingan psikologi mental, bimbingan sosial, bimbingan spiritual. Bimbingan biologis meliputi sandang, papan, kesehatan, obat-
obatan, bimbingan psikologi dan sosial meliputi bimbingan mental dengan psikolog dan bimbingan sosial terhadap warga binaan tuna rungu wicara sedangkan
bimbingan spritual meliputi kegiatan bimbingan agama, perayaan hari besar agama, serta rutinitas kegiatan agama sesuai dengan kepercayaan warga binaan tuna rungu
wicara. Pelayanan sosial ini diberikan kepada warna binaan dengan kriteria sasaran
yang telah ditetapkan oleh upt pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lansia pematang siantar meliputi kriteria usia dalam batas 15-35 tahun, sehat dan tidak
memiliki penyakit menular, dalam keadaan belum menikah, selama menjadi warga binaan bersedia untuk diasramakan, membawa surat pengantar dari pemerintah
setempat. Pelayanan sosial yang diberikan kepada remaja tuna rungu ditujukan untuk
meningkatkan perkembangan aspek biopsikososial spiritual sehingga meningkatkan keberfungsian sosial dan kemandirian remaja tuna rungu wicara. Dalam pelaksanaan
pelayanan sosial dalam menunjang perkembangan biopsikososial dan spritual tuna rungu wicara perlu dipantau untuk memastikan program biopsikososial menunjang
perkembangan remaja tuna rungu wicara sehingga memiliki perubahan yang lebih baik dalam aspek biologi, psikologi, sosial serta spritual.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 BAGAN ALIR PEMIKIRAN
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional