Komponen Pendapatan Nasional Konsep Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional 111 4 Ekspor neto X–M, meliputi keseluruhan jumlah barang dan jasa yang diekspor dan diimpor. Jika ekspor lebih besar dari impor, maka ekspor neto bertanda positif +. Sebaliknya bila ekspor lebih kecil dari impor, maka ekspor neto bertanda negatif –. Bila komponen-komponen tersebut dituliskan dalam bentuk persamaan, maka akan tampak sebagai berikut. GNP = C + I + G + X – M Keterangan: GNP = Gross National Product atau Pendapatan Nasional Bruto PNB C = pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa I = pengeluaran untuk investasi G = pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa X = nilai barang ekspor M = nilai barang impor X – M = ekspor neto Berikut ini tabel contoh penghitungan pendapatan nasional dari sisi pengeluaran. c. Komponen Pendapatan Nasional dari Sisi Pendapatan Dari sisi pendapatan, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi, yang terdiri atas sewa, upah dan gaji, bunga, dan laba. Gambar 5.2 Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu komponen pendapatan nasional dari sisi pengeluaran. Sumber: The Indonesia Interprise. Konsumsi rumah tangga Rp 7.000.000.000,00 66,0 Investasi bruto Rp 1.600.000.000,00 15,1 Pengeluaran pemerintah Rp 2.200.000.000,00 20,8 Ekspor Rp 1.200.000.000,00 11,3 Impor Rp 1.400.000.000,00 13,2 No. Jenis Pengeluaran Nilai Pengeluaran Persentase 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah pendapatan nasional Rp 10.600.000.000,00 100 112 Ekonomi SMA dan MA Kelas X Jadi, komponen pendapatan nasional dari sisi pendapatan adalah: 1 sewa rent income atau disingkat r, 2 upah dan gaji wage and salary income atau disingkat w, 3 bunga interest income atau disingkat i, dan 4 laba usaha profit income atau disingkat p. Dalam bentuk persamaan dapat dirumuskan sebagai berikut. PN = r + w + i + p Berikut ini tabel contoh penghitungan pendapatan nasional dari sisi pendapatan. si d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Nasional Setiap komponen pendapatan nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pihak pembeli dan pihak penjual. 1 Pihak pembeli atau konsumen, artinya pendapatan yang diterima oleh setiap konsumen dikeluarkan kembali untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaanprodusen. Pengeluaran untuk pembelian tersebut dinamakan pengeluaran konsumsi C = consumption, dan pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi dinamakan tabungan S = saving. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa: Y = C + S Keterangan: Y = Tingkat pendapatan C = Tingkat konsumsi S = Tingkat tabungan 2 Pihak penjual atau produsen, artinya barang-barang yang dihasilkan oleh produsen terdiri atas barang-barang konsumsi atau consumption C dan barang-barang modal atau investasi I. Barang modal yang dimaksud di antaranya gedung, pabrik, jalan, alat angkut, mesin, dan barang konsumsi persediaan. Upah untuk pekerja Rp 6.000.000.000,00 71,4 Pendapatan sewa Rp 800.000.000,00 9,5 Pendapatan bunga Rp 600.000.000,00 7,2 Keuntunganlaba Rp 1.000.000.000,00 11,9 No. Jenis Pendapatan Nilai Pendapatan Persentase 1. 2. 3. 4. Jumlah pendapatan nasional Rp 8.400.000.000,00 100 Pendapatan Nasional 113 Dengan demikian pendapatan nasional dari pihak produsen dapat dirumuskan sebagai berikut. Y = C + I Keterangan: Y = tingkat pendapatan C = tingkat konsumsi I = tingkat investasi Dari kedua rumus tersebut dapat dianalisis, apabila nilai Y tetap dan terjadi peningkatan nilai C, maka hal ini berarti menurunkan nilai S sebesar kenaikan C. Sementara itu apabila I meningkat dan C tetap, maka dapat dipastikan Y nilainya naik. Dengan demikian S nilainya juga meningkat, masing- masing sebesar kenaikan I. Jadi, dapat disimpulkan bahwa besarnya I selalu diikuti oleh besarnya S, atau dapat dikatakan besarnya S sama dengan besarnya I. Bila ditulis akan didapat rumus berikut ini. Y = C + S Y = C + I sehingga I = S

3. Cara Penghitungan Pendapatan Nasional

Dalam penghitungan pendapatan nasional suatu negara dikenal beberapa konsep pendapatan nasional, di antaranya sebagai berikut. a. Gross Domestic Product GDP atau Produk Domestik Bruto PDB adalah jumlah seluruh produksi yang dihasilkan masyarakat, baik masyarakat asing yang berada di dalam negeri, maupun masyarakat nasional dalam waktu satu tahun. b. Gross National Product GNP atau Produk Nasional Bruto PNB adalah jumlah seluruh produk yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara tanpa menghitung produk yang dihasilkan oleh masyarakat asing di dalam negeri dalam waktu satu tahun. c. Nett National Product NNP atau Produk Nasional Bersih adalah GNP setelah dengan penyusutan dan perbaikan barang modal. d. Net National Income NNI atau Pendapatan Nasional Bersih adalah NNP setelah dikurangi pajak tidak langsung, yang merupakan pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan balas jasa yang diterima para pemilik faktor produksi. Tugas Mandiri Jelaskan hubungan antara pendapatan, konsumsi, dan investasi Gambar 5.3 Grafik investasi dalam negeri Indonesia tahun 2001–2005. Sumber: Tempo, 14 Agustus 2006 114 Ekonomi SMA dan MA Kelas X e. Personal Income PI atau pendapatan perseorangan adalah NNI dikurangi dengan dana sosial, pajak perusahaan, laba yang ditahan dan ditambah transfer payment pemerintah. Transfer payment pembayaran tambahan yang merupakan pendapatan yang diterima oleh masyarakat atau rumah tangga. f. Disposible Income DI atau pendapatan yang siap dibelanjakan adalah pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat dan siap untuk dibelanjakan. DI dipergunakan untuk dua sektor, yaitu: - saving tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi, - consumption konsumsi adalah pendapatan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau seseorang. Besar DI yaitu PI dikurangi pajak langsungpajak personal pajak perseorangan. Untuk memberikan gambaran tentang penghitungan pendapatan nasional, di bawah ini diberikan contoh cara menghitung pendapatan nasional pada suatu negara. Angka berikut hanya merupakan contoh saja, agar memudahkan cara berpikir. Dalam miliar rupiah a. GDP Rp 156.000,00 Produk yang dihasilkan masyarakat asing di dalam negeri Rp 26.000,00 – Rp 130.000,00 Produk yang dihasilkan masyarakat nasional di luar negeri Rp 10.000,00 + b. GNP Rp 140.000,00 Penyusutan dan penggantian barang modal Rp 15.000,00 – c. NNP Rp 125.000,00 Pajak tidak langsung Rp 22.000,00 – d. NNI atau NI Rp 103.000,00 Dana sosial Rp 3.000,00 Laba yang ditahan Rp 6.000,00 Pajak perusahaanperseroan Rp 12.000,00 + Rp 21.000,00 – Rp 82.000,00 Transfer payment Rp 8.000,00 + e. PI Rp 90.000,00 Pajak langsung Rp 4.000,00 – f. DI Rp 86.000,00 Tabungan saving Rp 15.000,00 – g. Pengeluaran konsumsi perseorangan Rp 71.000,00 Pendapatan Nasional 115 Untuk lebih memperjelas gambaran tentang besarnya PDB negara Indonesia, berikut ini disajikan data pertumbuhan PDB dari tahun 1999 sampai dengan 2004.

4. Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Produk Domestik Regional Bruto merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat yang berada di daerahregional tertentu dalam kurun waktu 1 tahun. Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang memuat berbagai instrumen ekonomi yang di dalamnya terlihat dengan jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan per kapita, dan berbagai instrumen lainnya. Dengan adanya data-data tersebut akan sangat membantu pengambil kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan tidak salah arah. Angka PDRB sangat dibutuhkan dan perlu disajikan, karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisis perencanaan pembangunan juga merupakan barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang Produk Domestik Regional Bruto, berikut ini disajikan PDRB untuk Kota Semarang.

5. Distribusi Pendapatan Nasional

Distribusi pendapatan nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara. Distribusi pendapatan yang merata Tabel 5.2 Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 1993 menurut lapangan usaha tahun 1999–2004 persen. Sumber: BPS, Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2004 data diolah dalam persen. Catatan: Angka sementara. Angka sangat sementara. Pertanian, peternakan, kehutanan 2.16 1.88 1.68 2.01 2.48 4,10 perikanan Pertambangan dan penggalian -1.62 5.51 1.30 2.25 0.46 -4,60 Industri pengolahan 3.92 5.98 3.13 3.43 3.50 6,20 Listrik, gas, dan air bersih 8.27 7.56 8.17 6.00 6.82 5,90 Bangunan -1.91 5.64 4.42 4.86 6.70 8,20 Perdagangan, hotel restoran -0.06 5.67 3.66 3.81 3.74 5,80 Pengangkutan dan komunikasi -0.75 8.59 7.80 8.03 10.69 12,70 Keuangan, persewaan, dan jasa -7.19 4.59 5.40 5.73 6.28 7,72 perusahaan Jasa-jasa 1.94 2.33 3.14 2.13 3.44 4,91 Produk Domestik Bruto 0.79 4.92 3.45 3.69 4.10 5,13 Produk Domestik Bruto tanpa migas 1.00 5.31 4.20 4.09 4.60 6,17 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. No. Lapangan Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 2004 116 Ekonomi SMA dan MA Kelas X kepada masyarakat akan mampu menciptakan perubahan dan perbaikan, seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan sebagainya. Sebaliknya distribusi pendapatan yang tidak merata perubahan atau perbaikan suatu negara tidak akan tercapai. Hal seperti inilah yang akan menunjukkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan. Berikut adalah data penduduk miskin perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Gambar 5.5 Kurva Lorenz. Penghitungan distribusi pen- dapatan dan indeks Gini di Indo- nesia dilakukan dengan meng- gunakan data pengeluaran. Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek penting ber- kaitan dengan kemiskinan. Wawasan Ekonomi Untuk mengetahui tingkat pemerataan distribusi pendapatan suatu negara dapat diketahui dari grafik yang dinamakan Kurva Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah penduduk dengan distribusi pendapatan. Sedangkan indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan adalah Koefisien Gini atau Indeks Gini. Semakin tinggi atau besar indeks Gini, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya distribusi pendapatannya tidak merata. Begitu pula bila semakin kecil indeks Gini semakin rendah tingkat ketidakmerataannya distribusi pendapatannya semakin merata. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Kurva Lorenz pada Gambar 5.5. Sumbu tegak vertikal pada Kurva Lorenz menunjukkan persentase jumlah pendapatan dan sumbu mendatar horizontal menunjukkan persentase jumlah penduduk. Kurva Lorenz ditunjukkan oleh garis lengkung OA. Garis diagonal OA merupakan garis kemerataan sempurna artinya persentase jumlah penduduk sama dengan persentase penerimaan pendapatan. Semakin jauh jarak garis Kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi ketimpangannya dan semakin dekat garis Kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatan. Adapun kriteria nilai indeks Gini atau koefisien Gini dapat kamu lihat pada tabel berikut. Gambar 5.4 Grafik tentang data penduduk miskin kota desa tahun 1996–2005. Sumber: Susenas