1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi, baik secara lisan maupun tulisan. Melalui bahasa
seseorang dapat mengutarakan ide atau gagasan menggunakan bahasa ibu bahasa pertama B1, bahasa kedua B2 maupun bahasa asing BA Chaer, 2009: 37.
Di era globalisasi ini, bahasa berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia merupakan negara berkembang yang sering
bekerjasama dengan negara lain seperti negara maju, terutama pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa negara yang sering bekerjasama dengan
Indonesia adalah Jepang, Jerman, Cina dan sebagainya. Bahasa asing yang sering digunakan untuk berkomunikasi antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Mandarin.
Oleh sebab itu, bahasa asing sangat berguna untuk bertukar informasi, sehingga seseorang harus mampu menguasai bahasa asing selain bahasa Inggris. Banyak
sekali orang yang memiliki ide atau gagasan yang bagus, namun untuk menyampaikan dalam bahasa asing masih sulit dikarenakan penguasaan bahasa
asing yang belum optimal. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2004, dalam dunia
pendidikan di Indonesia, bahasa Jerman merupakan bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris dan bahasa Jerman di pelajari di sekolah- sekolah. Salah
satu tujuan pembelajaran bahasa Jerman adalah agar peserta didik mampu
2
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa Jerman, sehingga peserta didik berani bersaing di dunia internasional. Selain bahasa
Jerman, bahasa asing yang berkembang di Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Madraah Aliya MA adalah bahasa
Jepang, Perancis dan Mandarin. Di negara maju atau negara berkembang seperti Indonesia penyebaran
informasi berkembang
pesat melalui
media cetak
dan elektronik.
Perkembangannya semakin hari semakin maju dan selalu mendapat perhatian dari masyarakat, baik dari kalangan intelektual maupun masyarakat biasa. Melalui
media tersebut, banyak sekali kelengkapan informasi yang disajikan sehingga mau tidak mau secara tidak langsung kita sudah mendapatkan tambahan ilmu dan
informasi. Dari media cetak banyak sekali informasi terperinci dan jelas, sehingga peranan membaca sangat diperlukan, agar peserta didik mampu membaca dari
media cetak bahasa asing. Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh
peserta didik, karena dengan membaca peserta didik akan memiliki wawasan yang luas dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini sangat penting karena
pemerolehan ilmu pengetahuan banyak dilakukan melalui aktivitas membaca. Dengan demikian, peserta didik diharapkan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran di kelas, peserta didik mampu membaca nyaring dengan lafal dan intonasi dengan tepat, menentukan arti kata rujukan, menentukan informasi umum
dan rinci serta dapat memahami isi teks atau wacana yang sesuai dengan tema yang diberikan oleh pendidik, dan peserta didik diharapkan dapat menentukan ide
pokok dalam teks atau wacana. Apabila semua itu dapat dikuasai oleh peserta didik, maka peserta didik dikatakan dapat menguasai keterampilan membaca
bahasa Jerman dengan baik. Dalam mempelajari bahasa Jerman, diharapkan peserta didik mampu berkomunikasi dan bersaing dengan dunia luar.
Pembelajaran bahasa Jerman disekolah menjadi mata pelajaran tambahan yang selalu ada di Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan
SMK dan Madraah Aliya MA, karena dengan adanya pembelajaran bahasa Jerman di tingkat sekolah atas, maka peserta didik akan lebih banyak
mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dari proses pembelajaran. Metode atau teknik sangat berkaitan erat untuk mendukung proses belajar mengajar. Apabila
pendidik saat proses belajar mengajar PBM menyampaikan materi bahasa Jerman kepada peserta didik dengan menggunakan metode yang menyenangkan,
tepat dan bervariasi, maka hasil dari pembelajaran yang diperoleh dapat maksimal.
Pada proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman, peserta didik diharapkan dapat menguasai empat keterampilan berbahasa sesuai
dengan GBPP 1996: 3, yaitu 1
Hörverstehen
„keterampilan mendengarkan’, 2
Sprechfertigkeit
„keterampilan berbicara’, 3
Leseverstehen
„keterampilan membaca
’ dan 4
Schreibfertigkeit
„keterampilan menulis’. Keempat keterampilan ini saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Selain
empat keterampilan tersebut peserta didik juga harus menguasai
Strukturen und Wortschatz
„gramatika dan kosakata’. Semua keterampilan tersebut harus dipelajari oleh peserta didik secara terpadu.
4
Berdasarkan observasi penelitian di SMA Negeri 1 Jetis Bantul, bahasa Jerman hanya diajarkan di kelas XI dan XII. Kemampuan membaca peserta didik
belum optimal, sehingga kesulitan- kesulitan itu muncul. Kesulitan- kesulitan peserta didik dalam keterampilan membaca bahasa Jerman antara lain dikarenakan
1 Pembelajaran bahasa Jerman di kelas masih belum optimal dan peserta didik kesulitan dalam membaca menggunakan bahasa Jerman, hal ini terlihat dari
sulitnya peserta didik memahami ide atau gagasan dari teks atau wacana yang diberikan oleh pendidik dan peserta didik belum mampu memahami teks yang
dibacanya, peserta didik juga belum mampu menangkap isi bacaan secara keseluruhan, peserta didik belum mampu menjawab pertanyaan mengenai isi
teks dan belum mampu menggunakan materi sebagai alat komunikasi. Hal tersebut mengakibatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran membaca di
kelas cenderung pasif dan menjadikan peserta didik kurang berani dalam bertanya, menjawab maupun mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Peserta didik
kurang antusias, terlihat saat peserta didik kurang merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh pendidik. Peserta didik juga kurang bersemangat menanggapi
teks yang sedang dibahas serta permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan saat pembelajaran membaca, 2 Penguasaan kosa kata peserta didik kurang, hal
tersebut terlihat saat proses pembelajaran bahasa Jerman, peserta didik selalu meminta bantuan guru untuk mengartikan kosa kata bahasa Jerman, 3 Pendidik
menggunakan metode yang belum bervariatif, sehingga keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran masih kurang. Metode yang digunakan pendidik saat
pembelajaran masih menggunakan metode yang belum bervariatif dan pendidik
selalu menggunakan metode ceramah dalam pembalajaran. Biasanya dengan lembaran kertas dari buku dan papan tulis untuk menjelaskan materi dalam proses
proses belajar mengajar PBM. Hal tersebut membuat peserta didik dalam belajar bahasa Jerman mengalami kebosanan dengan materi bacaan yang
diberikan oleh pendidik, sehingga mengakibatkan turunnya motivasi dan minat belajar, 4 Terdapat peserta didik yang masih memiliki minat dan motivasi
rendah untuk belajar bahasa Jerman. Hal tersebut terlihat kurang antusiasnya peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Saat pembelajaran di kelas banyak
peserta didik yang ramai sendiri dan bermain
handphone
, sehingga pendidik jarang diperhatikan saat proses belajar mengajar PMB, dan 5 Belum
diterapkannya metode
everyone is a teacher here
di SMA Negeri 1 Jetis Bantul. Metode
everyone is a teacher here
belum pernah digunakan dalam pembelajaran membaca bahasa Jerman, sehingga peneliti ingin menawarkan metode ini untuk
perubahan peserta didik ke arah yang lebih baik. Ada beberapa metode pendukung untuk pembelajaran bahasa Jerman.
Salah satu metode yang relevan untuk keterampilan membaca bahasa Jerman adalah metode
everyone is a teacher here.
Metode ini menawarkan peserta didik berperan sebagai “pendidik” bagi peserta didik lain, sehingga mengakibatkan
keaktifan pembelajaran berpusat pada peserta didik dan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator di kelas. Manfaat dari penggunaan metode ini meliputi 1
meningkatkan semangat belajar peserta didik, 2 peserta didik diajarkan untuk berani mengemukakan pendapatnya dari pemahaman sesuai dengan materi yang
mereka pelajari, 3 semua peserta didik terlibat aktif, karena masing- masing dari
6
peserta didik akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi pendidik bagi teman- temannya, 4 memunculkan kesadaran peserta didik untuk berinteraksi dengan
orang lain, 5 membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif. Metode ini juga menawarkan kepada peserta didik untuk menjadi tutor sebaya dalam proses
belajar mengajar, peserta didik lebih berani dan percaya diri serta selalu aktif menanyakan semua materi yang belum dimengerti. Kemampuan belajar yang
tinggi yang dimiliki oleh peserta didik dapat membimbing teman yang lain dalam memahami materi pembelajaran.
Penggunaan metode
everyone is a teacher here
belum pernah diterapkan dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman pada kelas XI SMA
Negeri 1 Jetis Bantul. Dengan menggunakan metode
everyone is a teacher here
dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman, diharapkan keaktifan dan prestasi peserta didik dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa
Jerman meningkat. Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah “Upaya
Peningkatan Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Jetis Bantul melalui metode
everyone is a teacher here
” dengan tujuan membantu mengatasi masalah yang terdapat pada peserta didik khususnya
masalah peserta didik dalam mempelajari keterampilan membaca bahasa Jerman.
B. Identifikasi Masalah