Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa di SMP Negeri 2

79 Menurut data yang diperoleh dari guru SMP Negeri 4 Depok, sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa Jawa cukup banyak dan harganya relatif mahal, karena keterbatasan kemampuan dan keuangan sekolah maka sarana prasarana belum bisa diberikan secara maksimal. Disetiap semester guru menyusun silabus, para guru mendapat pengarahan dari musyawarah guru muatan lokal bahasa Jawa dan mendapat buku panduan, tetapi masih mengalami kesulitan dalam menyusunnya karena harus merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tetapi mereka terus berusaha untuk belajar menyelesaikan silabus di setiap semester karena menurut mereka silabus penting dan berfungsi untuk mengarahkan tujuan pembelajaran, memotivasi guru untuk mengajar lebih baik dan memotivasi siswa untuk mencapai sesuai tujuan pembelajaran. Beliau kemudian menunjukkan contoh silabus. terlampir Sarana prasarana selalu direncanakan di setiap awal semester, walaupun penggunaanya masih terbatas karena kemampuan pengajar yang kurang menguasai ilmu tekhnologi. Berdasarkan pengamatan peneliti, ruang kelas sudah tertata rapi dan media pembelajaran pun sudah tersedia seperti media cetak berupa buku dan majalah, media elektronik seperti TV, Video dan kaset, alat peraga wayang juga tersedia. Evaluasi rencana kurikulum dan rencana pembelajaran dilakukan secara bersama-sama dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP Bahasa Jawa. 80

b. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa di SMP Negeri 4

Depok Sleman Bedasarkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 4 Depok Sleman, kepala sekolah mengawasi proses belajar mengajar ketika ada jadwal supervisi. Setelah supervisi selesai dilaksanakan, kemudian dilakukan pembahasan hasil supervisi, apabila hasilnya kurang memuaskan maka disampaikan kritik dan saran begitupun sebaliknya, apabila hasilnya sudah cukup atau sudah memuaskan maka diberikan pujian atau hadiah. Diawal semester sekolah mengadakan worshop untuk membantu guru menyusun silabus. Sarana prasarana penunjang pembelajaran bahasa Jawa belum bisa dimanfaatkan secara optimal karena guru yang besangkutan kurang menguasai IT dan kurang menguasai multimedia sebagai alat bantu pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, tempat belajar yang digunakan untuk proses belajar mengajar cukup nyaman sehingga siswa belajar dengan nyaman dan materi yang disampaikan beragam sesuai karakter siswa seperti ketika peneliti mengamati para siswa di kelas IX A dengan materi olahrogo anggenjot sepeda, Mereka cukup antusias ketika membaca bacaan tentang olahraga bersepeda dengan bahasa Jawa, mereka tertawa-tawa karena ada beberapa siswa yang salah mengucapkan dialek bahasa Jawa karena bukan asli suku Jawa. Kemudian mereka diminta menceritakan pengalaman mereka ketika bersepeda. Strategi pembelajaran yang digunakan dan disukai siswa yaitu melalui tatap muka dan pengalaman belajar. Mereka menjadi lebih faham karena mereka belajar dari pengalaman yang mereka alami, misalnya pada materi olahraga sepeda mereka diminta menceritakan pengalaman mereka ketika bersepeda dan mereka 81 juga diminta menceritakan pengalaman mereka ketika menghadiri upacara pernikahan, gotong-royong membangun rumah, ruwatan dan lain-lain. Siswa juga merasakan pembelajaran bahasa Jawa lebih menyenangkan karena siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa, misalnya ketika ada penugasan untuk berpidato dan menggunakan pakaian Jawa mereka di minta untuk menanggapi materi yang disampaikan ketika teman mereka selesai menyampaikan pidatonya. Mereka juga mendapatkan tugas membuat karya sastra seperti cerpen, membuat karangan berbahasa Jawa tentang pengalamanya melihat upacara pengantin, sekaten dan upacara adat lainya. Mereka diperbolehkan bertanya pada saudara, orang tua dan tetangganya ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah terkait bahasa, adat dan budaya Jawa. Menurut data yang diperoleh dari SMP Negeri 4 Depok, evaluasi pembelajaran dilakukan ketika ada jadwal supervisi dan dilakukan secara berkelanjutan maksudnya dari hasil evaluasi pembelajaran yang diperoleh kemudian ditindak lanjuti. Misalnya evaluasi hasil pembelajaran pada semester ganjil mengalami penurunan maka tindak lanjutnya adalah guru memilih strategi belajar yang lain yang lebih tepat kemudian sekolah mengadakan dan memberdayakan fasilitas pendukung pembelajaran yang tepat. Tindak lanjut tersebut dilaksanakan setelah supervisi selesai dilaksanakan kemudian dilakukan musyawarah guru dan kepala sekolah. Menurut kepala sekolah, laporan penilaian disampaikan pada siswa, orang tua, sekolah dan masyarakat. Laporan untuk siswa dan orang tua berupa buku