Gambar 4.3. Grafik hubungan panjang berat ikan bilih Berdasarkan persamaan koefisien determinasi R
2
di atas diketahui bahwa panjang ikan bilih sebagai variabel X merupakan faktor utama yang mempengaruhi
berat ikan bilih variabel Y sebesar 93,9, sedangkan sisanya 6,1 adalah faktor- faktor lain yang mempengaruhi berat ikan bilih yang berada di luar persamaan
model. Faktor-faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu temperatur, penetrasi cahaya, DO, BOD, COD dan pH.
4.3. PERBANDINGAN JENIS KELAMIN SEX RATIO
Berdasarkan hasil analisa perbandingan jenis kelamin, maka diketahui bahwa pada keramba jaring apung KJA ikan jantan lebih dominan yaitu 78,74 jantan dan
21,26 betina. Pada muara sungai ikan betina lebih dominan yaitu 32,34 jantan dan 67,66 betina. Hasil perbandingan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Perbandingan Jenis Kelamin Ikan Bilih di Lokasi Penelitian
Lokasi Jantan
Betina Total
Rasio Kelamin
Keramba Jaring Apung 78,74
21,26 100
3,71 Muara Sungai
32,34 67,66
100 0,48
Penyimpangan dari kondisi ideal jantan : betina = 1 : 1 disebabkan oleh faktor tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya.
Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian
menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina.
Jika berkaitan dengan masa periode pemijahan, maka hasil perbandingan jenis kelamin ikan bilih di KJA menjelaskan bahwa sampel ikan diperoleh pada saat ikan
betina melakukan ruaya pemijahan. Sedangkan perbandinga jenis kelamin di muara sungai menjelaskan bahwa sampel ikan diperoleh pada saat pemijahan. Ikan bilih
melakukan reproduksi atau pemijahan dengan cara berenang menuju muara sungai Kartamihardja dan Sarnita, 2008.
4.4. TINGKAT KEMATANGAN GONAD TKG BETINA
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad TKG betina dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat Effendie, 2002. Berdasarkan hasil analisa tingkat kematangan gonad betina diketahui bahwa
pada keramba jaring apung KJA dan muara sungai TKG betina tertinggi ditemukan pada TKG V yaitu 34,00 dan 41,84. TKG V merupakan fase dimana ikan bilih
telah melepaskan sebagian telurnya dalam satu kali periode pemijahan Kartamihardja dan Sarnita, 2008. Hasil analisa TKG betina dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Tingkat Kematangan Gonad TKG betina
Lokasi
Tingkat Kematangan Gonad TKG Betina I II III IV V
Total Keramba Jaring Apung
0,00 20,13
21,25 24,61
34,00 100
Muara Sungai 0,00
16,31 18,44
23,40 41,84
100 Habitat pemijahan ikan bilih adalah perairan sungai yang jernih, dengan suhu
relatif rendah, berkisar antara 24-26°C, dan dasar sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir Kartamihardja, 2008. Lokasi pemijahan ikan bilih di beberapa keramba
jaring KJA terdapat di sungai-sungai kecil di dekat keramba jaring apung KJA. Sedangkan lokasi pemijahan ikan bilih di muara sungai terdapat di sungai
Haborsahan Ajibata. Jika TKG dikaitkan dengan panjang dan berat maka diperoleh hasil sebagai
berikut: Tabel 4.7 Tingkat Kematangan Gonad TKG betina berdasarkan panjang berat
Lokasi TKG
Panjang Berat
Panjang mm
Rata-rata mm Berat g
Rata-rata g I
0,00 0,00
Keramba Jaring
Apung II
75 – 185 121
3,5 – 55,0 17,91
III 76 – 160
119 4,0 – 45,7
17,59 IV
81 – 172 130
5,8 – 52,3 22,77
V 86 – 175
112 6,0 – 65,1
23,22 I
0.00 0,00
Muara Sungai
II 84 – 115
103 6,4 – 11,7
9,00 III
80 – 140 102
5,6 – 24,9 10,49
IV 95 – 130
111 7,9 – 23,6
12,83 V
95 – 155 120
7,8 – 30,5 16,31
Dari Tabel di atas diketahui bahwa pada keramba jaring apung KJA ikan yang matang gonad memiliki panjang rata-rata 112 mm, berat rata-rata 23,22 g. Pada
muara sungai ikan yang matang gonad memiliki panjang rata-rata 120 mm, berat rata- rata 16,31 g.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan panjang dan berat rata-rata ikan bilih matang gonad di keramba jaring apung KJA dan muara sungai adalah
Universitas Sumatera Utara
ketersediaan makanan. Ketersediaan makanan yang lebih banyak di sekitar keramba jaring apung KJA menyebabkan ukuran panjang dan berat ikan bilih lebih besar
daripada ikan bilih di muara sungai. Berdasarkan data-data kandungan protein pada ikan bilih yang terdapat di
keramba jaring apung KJA, diketahui bahwa kadar protein ikan bilih sebesar 48,8 Bruijne, 2009 dan 48,6 Situmorang, 2010. Tingginya kandungan protein pada
tubuh ikan bilih diperoleh karena makanan tinggi protein yang dikonsumsi oleh ikan bilih. Berdasarkan analisa pakan buatan pelet pada KJA diketahui bahwa pelet
memiliki kandungan protein 36 dan lemak7 Situmorang, 2010.
4.5. FAKTOR KONDISI