b Belajar melalui pengalaman. c Melibatkan interaksi social.
d Kepahaman. Pendekatan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengalaman itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
14
Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam suatu proses belajar-mengajar dimana
peserta didik aktif secara mental membangun pengetahuan yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator
dan penyedia pembelajaran. Penekanan tentang belajar-mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman peserta didik.
Eksporasi bisa dilakukan dengan tes atau diskusi menyelidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik tentang suatu masalah.
14
Paul Suparno, Filsafat Konsrtuktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, h. 70.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis constructivist theories of learning. Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan payah dengan ide-ide.
15
Teori yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa pendidik tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik.
Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Pendidik dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan
kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
16
Pendidik dapat memberikan peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
15
Trianto, Op.Cit, h. 13.
16
Ibid.
Sehubungan dengan hal di atas Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut :
a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstrusian secara
bermakna. c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu:
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik.
b. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki oleh peserta didik.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan
pengonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Oleh karena itu. Untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
17
Belajar matematika menurut paham konstruktivisme, para ahli konstruktivisme mengatakan bahwa ketika peserta didik mencoba
17
Ahmad Fauzan,Modul proses pembelajaran matematika, Padang: Panitia sertifikasi guru rayon UNP, 2008, h. 14.