Peran Nabi Kongzi Dalam Sejarah Kelenteng

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri 121 Ada orang berkata, “Siapa berkata anak negeri Co itu mengerti kesusilaan? Masuk ke dalam Miao segenap hal ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah Kesusilaan” Lunyu. III: 15.

2. Peran Nabi Kongzi Dalam Sejarah Kelenteng

Nabi Kongzi mempunyai kesan yang mendalam terhadap Kelenteng. Beliau mempunyai ide untuk menjadikan Kelenteng itu sebagai media belajar bagi rakyat di luar istana. Nabi Kongzi menyadari bahwa di dalam masyarakat ada orang yangpunya banyak waktu untuk belajar dan membaca buku, yaitu para pejabat negara dan para guru. Namun ada orang di dalam masyarakat yang jumlahnya lebih banyak tidak punya waktu untuk membaca buku karena sibuk bekerja, mereka itu adalah pekerja profesional, para ahli yang kerja di bidang produksi barang, para pedagang yang sibuk bekerja di pasar, para petani dan pekerja lainnya, dan kelompok pengusaha. Kelompok pekerja sibuk ini juga memerlukan pembinaan rohani dan juga perlu belajar meskipun dalam waktu singkat. Pemikiran ini mendorong Nabi Kongzi menjadikan Kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya.’ Nabi Kongzi menata Kelenteng dengan bentuk luarnya yang indah dan menarik, dan juga menata altar para Shen Ming serta menaruh altar Tian Gong di bagian depan. Semua orang yang bersembahyang di Kelenteng wajib bersembahyang kepada Tian Gong Tuhan terlebih dahulu. Setelah bersembahyang kepada Tian Gong baru sembahyang kepada para Shen Ming. Dengan adanya altar Tian Gong, Nabi Kongzi memasukkan unsur Ketuhanan dalam Kelenteng, yang saat di jamannya hanya raja lah yang boleh bersembahyang kepada Tuhan Tian. Menjadi jelas bahwa Kelenteng sudah ada jauh sebelum jaman Nabi Kongzi. Bukti sejarah menyatakan peninggalan Dinasti Shang 1766 SM – 1122 SM. sudah ada Kelenteng. Sementara Kong Miao sebagai tempat ibadah dan penghormatan kepada Nabi Kongzi yang pertama dibangun tahun 478 SM. satu tahun setelah wafat Nabi Kongzi. Hal penting lain adalah bahwa jauh sebelum maraknya pembangunan Kelenteng di masa Dinasti Tang 618 – 905, pembangunan Kong Miao sudah hampir merata di seluruh kota di daratan China. Kong Miao bersama-sama dengan Kong Fu tempat tinggal keturunan Nabi Kongzi dan Kong Lin taman makam Nabi Kongzi dan keturunannya dikenal dengan ‘Tiga Kong, dan merupakan warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Di dalam ‘Tiga Kong, tersebut terdapat 460 balariung, aula, altar dan pavilion, 54 buah pintu gapura dan 1.200 pohon berusia ribuan tahun serta prasasti tulis bersejarah sebanyak lebih dari 2.000 buah. Kelenteng sengaja dibangun di dekat pasar dan di bukit-bukit agar masyarakat mudah menemukannya. Orang-orang yang bertempat tinggal dekat pasar atau tempat ramai mudah menemukan Kelenteng. Para petani khonghucu 8 buku guru 2 april senggol dikit.indd 121 4142014 7:19:04 PM Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri 122 Buku Guru kelas VIII SMP yang bertempat tinggal di pedesaan juga mudah menemukan Kelenteng, mereka bisa beribadah dan belajar di Kelenteng. Para penjaga Kelenteng seharusnya orang yang berpengetahuan luas dan mendalam sehingga dapat membantu umat agama yang beribadah di Kelenteng sehingga pelaksanaan ibadah atau sembahyang dapat berjalan dengan khusuk. • Hikmah Cerita Tradisi Yang Mengikuti Sembahyang Qing Ming 1. Membersihkan Makam Berkaitan dengan sembahyang Qing Ming ini umat membersihkan makam leluhur dan ada beberapa tradisi yang menyertainya, yang hingga sekarang masih dilakukan, yakni memberi tanda pada makam yang telah diziarahi dengan kertas “tek” berupa kertas merah berukuran panjang, ditindih dengan batu. Kebiasaaan memberi tanda pada makam yang telah diziarahi dengan kertas tersebut dimulai sejak berdirinya Dinasti Ming di Tiongkok 1368 Masehi. Sebelum berdirinya Dinasti Ming, Tiongkok dalam kekuasaan pemerintahan Dinasti Goan Mongol tahun 1279-1368. Menjealang keruntuhan Dinasti ini, kelaparan terjadi dimana-mana, sehingga timbul perlawanan rakyat di Tiongkok. Seorang Jendral Zhu Yan Zhang, akhirnya berhasil menumbangkannya dan membangun Dinasti Ming, menjadi Kaisar dan bergelar Ming Tai Zong. Pada masa kalut ketika beliau memimpin perlawanan rakyat terhadap kekuasaan mongol, beliau telah kehilangan dan tidak dapat mengenali makam kedua orang tuanya. Maka setelah beliau menjadi kaisar, dimaklumatkanlah kepada seluruh rakyatnya yang akan berziarah ke makam leluhurnya pada Hari Qing Ming untuk memberi tanda berupa kertas-kertas ”tek” di atas makam yang telah diziarahi. Setelah seluruh rakyat selesai melaksanakan kewajiban ziarahnya, ada dua makam yang tidak diberi ketas tek, dengan cara itulah kaisar Ming Tai Zong menemukan kembali makam orang tuanya. Demikianlah kemudian berlangsung kebiasaan memberikan kertas tek di atas makam yang telah diziarahi, dan sampai saat ini masih tetap dilakukan oleh sebagian besar umat Khonghucu.

2. Hari Raya Makan Dingin