d.  Hasil Post-test Kelompok Eksperimen
Setelah siswa kelompok eksperimen mendapat pembelajaran berbicara bahasa  Prancis  dengan  menggunakan  metode  drill,  skor  tes  akhir  siswa  pada
pembelajaran  berbicara  bahasa  Prancis  mengalami  banyak  peningkatan. Siswa mampu melafalkan jawaban-jawaban dari tes wawancara dengan benar,
siswa memahami cara berbicara dalam bahasa Prancis . Perbedaan  pembelajaran  berbicara  bahasa  Prancis  antara  kelompok
eksperimen  dengan  menggunakan  metode  drill  dan  kelompok  kontrol  tanpa menggunakan metode drill diketahui dengan rumus uji-t. Analisis Uji-t untuk
mengetahui perbedaan kemampuan berbicara bahasa Prancis antara kelompok eksperimen  dengan  menggunakan  metode  drill  dan  kelompok  kontrol  tanpa
menggunakan  metode  drill  dilakukan  tiga  kali.  Setelah  siswa  kelompok eksperimen  mendapat  pembelajaran  berbicara  bahasa  Prancis  dengan
menggunakan metode drill , skor tes akhir siswa pada pembelajaran berbicara bahasa  Prancis  mengalami  peningkatan,  sedangkan  kelompok  kontrol  yang
tidak  menggunakan  metode  drill  mengalami  peningkatan  yang  kecil.  Rerata tes  awal  pre-test  kelompok  eksperimen  sebesar  14,63  dan  rerata  tes  akhir
post-test  sebesar  15,51.  Sementara  itu,  pada  kelompok  kontrol  diketahui bahwa skor rerata   tes  awal  pre-test sebesar  14,29 dan  skor  rerata tes akhir
post-test  sebesar  14,63.  Dari  hasil  tersebut,  dapat  diketahui  bahwa  hasil  tes yang  mengalami  peningkatan  yaitu  kelompok  eksperimen  yaitu  kelas  yang
diajar dengan menggunakan metode drill.
Setelah diberi perlakuan dengan metode drill, perbedaan yang diamati ialah  siswa  kelompok  eksperimen  lebih  mudah  dalam  berbicara  bahasa
Prancis. Mereka tidak lagi kebingungan dalam membedakan pelafalan dengan penulisan  dalam  bahasa  Prancis.  Hal  itu  dikarenakan  siswa  kelompok
eksperimen  sudah  diberikan  metode  drill  lebih  dahulu  dalam  pembelajaran sebelumnya.  Adanya  metode  drill  tersebut  memudahkan  siswa  untuk
meningkatkan  kemampuan  berbicara  dalam  bahasa  Prancis  setelah  siswa mengulang-ulang  cara  pengucapan  dalam  bahasa  Prancis  tersebut  sehingga
pada  saat  kegiatan  post-test  siswa  lebih  mudah  dalam  menjawab  pertanyaan. Hal  ini  berbeda  dengan  kelas  kontrol  yang  tidak  memperoleh  pembelajaran
berbicara  bahasa  Prancis  menggunakan  metode  drill.  Pada  kelompok  kontrol siswa  cenderung  pasif  dan  kebingungan  dalam  berbicara  bahasa  Prancis.
Siswa hanya diam dan terlihat malas untuk berbicara dalam bahasa Prancis. Perbedaan  antara  kelompok  kontrol  dan  kelompok  eksperimen  antara
lain  juga  terletak  pada  keaktifan  siswa  menjawab  pertanyaan  di  kelas.  Pada kelompok  kontrol,  siswa  sebagian  besar  masih  pasif  sedangkan  pada
kelompok  eksperimen,  siswa  cukup  aktif  bertanya  seputaran  cara  berbicara bahasa Prancis dengan baik.
Hal ini membuktikan adanya perbedaan  kemampuan berbicara bahasa Prancis  pada  siswa  yang  diajar  dengan  menggunakan  metode  drill  dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan metode drill. Dengan demikian, adanya perbedaan  tersebut  menunjukkan  bahwa  metode  drill  berpengaruh  terhadap
pembelajaran  berbicara  bahasa  Prancis  pada  siswa  kelas  X  SMA  Negeri  2