1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1
Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial
ekonomi dan lingkungan. 2
Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek finansial.
3 Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya
organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi : 1.
Perusahaan Wahana Cory, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan bisnisnya, yaitu mengembangkan usaha buah srikaya organik.
2. Penulis, kajian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan
dan wawasan dengan menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada secara nyata.
3. Pihak-pihak terkait yang membutuhkan, diharapkan dapat berguna sebagai
tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di perusahaan pertanian organik Wahana Cory, mengkaji aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Kriteria evaluasi aspek finansial yang digunakan adalah Net Present Value NPV,
Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PBP.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Organik 2.1.1. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan, dan produktivitas agroekosistem
secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi
pertanaman yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang
mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan
berkembang peradaban manusia, terutama di daratan Cina Sutanto 2002. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Jadi pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan
lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek
bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal Winarno 2002.
Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam
sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida
organik Andoko 2002. Sedangkan menurut Pracaya 2006, pertanian organik merupakan sistem pertanian dalam hal bercocok tanam yang tidak
mempergunakan bahan kimia dapat berupa pupuk, pestisida, dan hormon pertumbuhan tetapi menggunakan bahan organik.
2.1.2. Tujuan Pertanian Organik
Menurut Pracaya 2006, tujuan utama yang hendak dicapai oleh pertanian organik adalah untuk menjaga kesehatan manusia dan menjaga kelestarian dan
keseimbangan lingkungan alam sekitar. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan pertanian organik antara lain:
1 Menghasilkan pangan yang aman dan berkualitas sehingga meningkatan
kesehatan masyarakat. 2
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani. 3
Meminimalkan polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. 4
Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
5 Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan
sumber daya dan adanya daya saing produk agribisnis.
2.1.3. Prinsip Pertanian Organik
Salah satu prinsip pertanian organik adalah penggunaan lahan, lahan untuk dibudidayakan organik harus bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan
pestisida. Lahan dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka atau lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama
masa konversi bergantung pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman. Prinsip lainnya adalah bahwa benih atau bibit bukan berasal dari bibit
hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism GMO. Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. Penggunaan pupuk organik sebagai
pengganti pupuk sintesis. Pupuk organik tersebut berasal dari sisa-sisa tanaman, pupuk alam dan rotasi tanaman legume. Pengendalian hama dan penyakit pada
pertanian organik dilakukan secara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi tanaman. Pengendalian hama diarahkan secara terpadu dengan mengutamakan
keseimbangan ekosistem
9
. International Federation of Organik Agriculture Movements IFOAM
memberlakukan prinsip-prinsip pertanian organik
10
, yaitu : 1
Prinsip Kesehatan Peran pertanian organik, baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan
9
www.pustaka-deptan.go.idpublikasiwr273054.pdf . 22 Desember 2008
10
www.ifoam.orgabout_ifoampdfsPOA_folder_indonesian.pdf . Prinsip-prinsip Pertanian
Organik. 22 Desember 2008.
ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
2 Prinsip Ekologi
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses
dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh, tanaman
membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan, dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
3 Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya
keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang, dan konsumen. Sumber daya alam dan
lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya. 4
Prinsip Perlindungan Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan
hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa
pertanian organik bersifat menyehatkan, aman, dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman
praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan
menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika genetic engineering.
Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari
semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses- proses yang transparan dan partisipatif.
2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi
Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat
itu dicanangkan untuk mencapai Go Organic 2010. Selanjutnya untuk mencapai Go Organic 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan.
Diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 432KptsOT.13092003 dan pembentukan
Task Force Organic. Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar, dan workshop untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada
masyarakat dan stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang pertanian organik saat itu
11
. Departemen pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di
Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistem pertanian organik menganut pada paham organik proses, artinya semua proses sistem pertanian organik
dimulai dari penyiapan lahan hingga pascapanen memenuhi budidaya organik. SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang
nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui Pusat Standarisasi dan Akrreditasi
12
.
2.2. Buah Srikaya
Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda
dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Terdapat
beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia. Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Sedangkan di Australia
terdapat varietas pink mammoth, srikaya merah, dan African pride
13
. Sedangkan
11
http:www.biotama.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=54Itemid=1.22 Desember 2008.
12
www.pustaka-deptan.go.idpublikasiwr273054.pdf . 22 Desember 2008
13
Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413
di Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng Sunarjono 2005. Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat
pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae Ordo
: Ranales Famili
: Annonaceae Genus
: Annona Spesies
: Annona squamosa L
Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya
No Zat Gizi
Kandungan 1
Kalori Kal 101
2 Protein g
1,7 3
Lemak g 0,6
4 Karbohidrat g
25,2 5
Kalsium mg 27
6 Fosfor mg
20 7
Besi mg 0,8
8 Vitamin A SI
- 9
Vitamin B mg 0,08
10 Vitamin C mg
22 11
Air g 71,5
Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya 2005
2.2.1 Sifat Botani Srikaya
Tanaman srikaya berbentuk perdu atau pohon yang tingginya dapat mencapai 6 m dengan umur hingga 20 tahun. Tanaman srikaya sangat tahan
terhadap kekeringan. Namun untuk perkembangan buahnya, srikaya perlu cukup air.
1 Akar
Akar srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah
percabangan akarnya tidak banyak. 2
Batang Batang srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak
sesuai untuk tanaman pelindung. Kayunya keras tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk kayu bakar.
3 Daun
Bentuk daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna daun hijau tua. Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat
daun menonjol. Lebar daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya
2 – 3 kali lebarnya atau sekitar 7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga
sedikit berbulu. 4
Bunga Ukuran bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing.
Letak bunga tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun. Daun mahkota bagian luar panjang berjumlah tiga helai panjangnya
mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau. Sementara warna pangkal daun mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek sekali sehingga
hampir tampak tidak jelas. Dalam penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae
atau sejenis lebah madu. Pada saat kepala kantong sari membuka atau pecah maka tepung sari telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan
adanya bunga yang mekar. 5
Buah Bakal buah srikaya berbentuk bulat telur seperti ginjal. Buah tersebut terdiri
dari beberapa segmen yang bersatu yang membentuk buah semu. Permukaan kulit buah benjol-benjol dengan warna kuning kehijauan yang
bertepung putih. Jumlah bijinya banyak sekali dan biji tersebut berwarna hitam kecoklatan. Adapun ciri-ciri buah matang diantaranya benjolan
merenggang, bedak tampak tebal, warna agak kekuningan, dan aroma harum
muncul. Bila terlambat dipanen dan kondisi tanah basah, buah sering retak, dan busuk.
Buah yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki perbedaan. Buah srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah,
daging buah putih, rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar, dan penuh. Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia
sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah dengan berat rata-rata 100 g per buah, dan daging buah berwarna putih, rasanya halus dan kenyal,
bijinya kering dan gepeng. Sedangkan srikaya pink mammoth memiliki bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah, tekstur
daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit dengan berat rata-rata 0,5
– 2 kg per buah Radi 1997.
2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya
Penyebaran tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun
rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis
tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat. Srikaya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah
yang paling baik adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat tumbuh baik pada derajat keasaman tanah pH antara 6
– 6,5 dengan ketinggian tempat antara 100
– 1.000 m dpl di atas permukaan laut. Pada ketinggian di atas 1.000 m dpl atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat
dan enggan berbuah. Iklim yang dibutuhkan tanaman srikaya harus sesuai. Komponen iklim
meliputi curah hujan, suhu udara dan angin. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman srikaya antara 20
– 25 ° C dan curah hujan yang dibutuhkan tanaman srikaya antara 1.500
– 3.000 mmtahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun. Walaupun tanaman srikaya tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk
pertumbuhan bunga sampai buah matang perlu kelembaban yang cukup di sekitar sistem perakarannya. Tanaman srikaya menyukai tempat yang ada naungan agak
teduh karena tanaman srikaya tidak menyukai daerah yang terbuka dan banyak
angin kencang. Adanya angin kencang dapat dihambat dengan penanaman mahagoni, cemara atau bambu di sekeliling kebun.
2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara pembibitan srikaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan
generatif dan perbanyakan vegetatif. Pemilihan pohon induk pembibitan berdasarkan pada tanaman srikaya varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu
buah tinggi , tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas srikaya yang digemari konsumen.
Biji buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan sumber bibit. Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk
digunakan sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal induk tanaman tunggal. Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya
srikaya merupakan tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak dengan biji, kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena
itu biji srikaya tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung. Kini perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti
okulasi, sambungan, dan cangkok. Biji hanya di tanam sebagai pembentuk populasi dalam perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan
vegetatif.
2.2.4. Budidaya Tanaman
1 Pemilihan Bibit
Bibit dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit yang dibeli harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin
keunggulannya. 2
Persiapan Lahan Budidaya Lahan yang sesuai untuk melakukan usaha budidaya srikaya adalah tanah
yang mengandung pasir. Dilakukan pengolahan tanah pada lahan yang akan ditanami srikaya. Setelah diolah, lahan dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm
x 50 cm dengan jarak tanam 3 m x 5 m atau 4 m x 4 m sehingga populasinya sekitar 620
– 660 tanamanha.
3 Penanaman
Setelah lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka penanaman bibit dapat segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70
– 100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan
sekitar 10 cm di atas permukaan tanah atau 10 cm masuk dalam lubang. Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas sambil ditekan agar
tidak ada rongga-rongga di sekitar akar. 4
Pemeliharaan Pemeliharann tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar
hingga dapat berbuah lebat. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi pemupukan,
pemangkasan, penyiraman,
penyerbukan bunga,
dan penjarangan buah. Pada budidaya srikaya organik, pupuk yang digunakan
berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kompos. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan yaitu 10
– 20 kg per lubang tanam. Pemberian pupuk kandang sebanyak 10
– 20 kgtanaman dilakukan 1 tahun sekali.
Pemangkasan cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Sebaiknya, setelah pemangkasan berat atau pemangkasan untuk
mempermuda tanaman, tanaman diberi pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg per pohon agar berbuah lebat. Dalam pemangkasan cabang pada tanaman
srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan mempermudakan tanaman kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang lemah akibat
kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang sehat dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga
dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan daunnya. Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama
pembungaan sampai buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur dan tetap sebanyak 2
– 3 liter per pohon. Penyerbukan pada tanaman srikaya secara alamiah kurang sempurna.
Penyebabnya, sifat bunga yang proterogyme, yakni masaknya putik lebih dulu dari tepung sarinya. Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna.
Agar buah lebat dan normal, diperlukan penyerbukan buatan.
Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah yang
terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu
buah harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi. 5
Panen dan Hasil Tanaman srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4
– 5 tahun. Panen pada srikaya harus dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan
pemasaran dan penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah dipanen sebelum matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama
pengangkutan atau pengiriman. Biasanya srikaya dipanen pada kematangan mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya yang siap panen adalah benjolan
buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium aromanya. Panen raya buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September. Produksi tanaman
srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 tonhatahun dengan berat sekitar
100 – 300 gram per buah.
Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya
meliputi kegiatan pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta pengemasan. Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak
terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan
selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala kotoran terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan
kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat
menyebabkan busuk buah. 2.2.5. Hama dan Penyakit
Srikaya seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama srikaya yang menyerang srikaya yaitu : 1 Hama penggerek
buah Annonaepestis bengalella dan lalat buah Batocera dorsalis atau Dacus dorsalis. Larva lalat ini setelah menetas langsung masuk ke dalam buah srikaya
yang masih kecil dan dapat merusak daging buah, 2 Kutu dompol atau kutu
putih Planococcus lepelleyi. Kutu dopol sering menyerang bunga dan buah yang masih kecil, dan 3 Hama kutu putih yaitu kutu lilin. Kutu ini tidak
membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat penampilan buah menjadi tidak menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah serta mengisap cairan bunga
dan daun muda. Selain itu, kutu putih yang berkerumun pada bunga dapat menyebabkan bunga berguguran karena cairan dihisapnya.
Penyakit yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi lingkungan yang lembab, yaitu: 1 Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh
cendawan Phomopis sp. dan antraknosa Colletotrichum sp, 2 Penyakit cendawan upas, yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin
dan lembab, 3 Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani, 4 Penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum yang
menyerang akar dan leher batang srikaya.
2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu HPT merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi
organism pengganggu tanaman OPT, sekaligus mengurangi biaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Sistem PHT
memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara
ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan agribisnis dengan
usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain diarahkan pada teknik- teknik budidaya, serta mekanikfisik, cara biologis, cara kimiawi dari penggunaan
tumbuhannabati sehingga dapat menekan populasi hama sampai batas ambang ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun pestisida merupakan
alternatif yang perlu disebarluaskan. Pengendalian hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005 : 1
Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama melainkan mengendalikan hingga populasi di bawah ambang ekonomi.
2 Tujuan utama dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan
kuantitas produksi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup. 3
Penggunaan teknik-teknik pengendalian hama dengan memadukan semua teknik pengendalian sebagai berikut :
a Menggunakan varietas yang tahan atau toleran terhadap hama penyakit
b Sistem budidaya yang memperhatikan siklus hama, seperti rotasi
tanaman, tumpangsari, waktu tanam dan penggunaan mulsa. c
Pengendalian cara biologis dengan menyebarkan atau memperhatikan kehidupan musuh alami dari hama.
d Pengendalian cara mekanik atau fisik merupakan pengendalian hama
dengan cara ditangkap, dibunuh, dijerat dan pemberian umpan beracun.
e Pengendalian pestisida sebagai alternatif terakhir dan penggunaannya
harus berdaya bunuh selektif dan dikategorikan aman bagi lingkungan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Siti Nur Laila R 1999 melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran buah srikaya segar dan kelayakan finansial perkebunan srikaya tumpang sari
dengan kedelai di Kabupaten Dati II Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis peluang buah srikaya untuk
memenuhi konsumsi buah bagi masyarakat di lokasi penelitian, menganalisis saluran pemasaran dan marjin pemasaran di lokasi penelitian, dan menganalisis
kelayakan finansial dari perkebunan srikaya. Dari hasil penelitian diketahui tiap tahun akan terjadi kenaikan konsumsi buah srikaya per kapita sebesar 47,9 persen
di Kabupaten Dati II Bima, sehingga pengembangan produksi srikaya memiliki peluang yang baik. Namun berdasarkan hasil penelitian, sistem pemasaran
srikaya masih belum efisien. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial untuk perkebunan srikaya
modern dengan skala 2 hektar menggunakan sistem pengairan pipa selama kisaran waktu umur ekonomis proyek yaitu 12 tahun, diperoleh nilai NPV sebesar
Rp 8.386.749, nilai IRR sebesar 25,5 persen, nilai Net BC sebesar 1,3 dan payback period yaitu 5,5 tahun. Dengan demikian dari aspek finansial, usaha
budidaya srikaya layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan
menguji perubahan pada penurunan harga jual buah srikaya sebesar 10 persen dan kenaikan biaya 10 persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha
budidaya srikaya layak untuk diusahakan. Dedeh Suryani A 2007 melakukan penelitian mengenai analisis
kelayakan pengusahaan sayuran organik di Matahari Farm, Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi pengusahaan
sayuran organik dalam greenhouse dilihat dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan jika terjadi perubahan
dalam komponen manfaat dan biaya. Dari aspek pasar, teknik, sosial dan lingkungan, proyek ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial yang dilakukan dengan skenario 1, yaitu jika diasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dengan umur
ekonomis proyek 10 tahun, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 430.587.215,00, nilai IRR sebesar 797 persen, nilai Net BC sebesar 1,89 dan PBP yaitu 3 tahun 6
bulan. Pada skenario 2, yang mengasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 14 persen, menunjukkan
nilai NPV sebesar Rp 77.739.717,00, nilai IRR sebesar 36 persen, nilai Net BC sebesar 1,23 dan PBP yaitu 9 tahun 5 bulan. Sedangkan pada skenario 3 dengan
asumsi perbandingan 50 persen dari modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 12 persen, menunjukan nilai NPV sebesar
Rp 241.985.717,00, nilai IRR sebesar 135 persen, nilai Net BC sebesar 1,51 dan PBP yaitu 5 tahun 2 bulan.
Iswanti Noor Rustiana 2008 melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga, baik dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis
kepekaan kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah puree mangga yang dihasilkan, penurunan tingkat harga puree mangga dan peningkatan biaya
pembelian buah mangga dengan umur ekonomis proyek 10 tahun. Dari aspek pasar, teknik, manajemen dan sosial lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522,00, nilai IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net BC sebesar 6,14 dan nilai payback period
yaitu 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian, dari aspek finansial, usaha pengolahan puree mangga layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value
menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan
maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun 15,08644 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,
896 persen. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat persamaan dan
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu, menganalisis tentang kelayakan investasi suatu usaha dilihat dari aspek non-
finansial dan finansial. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan alat analisis kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value NPV, Internal
Rate of Return IRR, Net Benefit-Cost Ratio Net BC, dan Payback Period PBP, serta digunakan pula analisis pengganti Switching Value. sedangkan
perbedaannya adalah analisis kelayakan usaha dilakukan pada perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan Wahana Cory. Pada penelitian terdahulu komoditi yang
diteliti adalah buah srikaya yang dibudidayakan secara an-organik di daerah Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu sentra produksi srikaya, sedangkan
pada penelitian ini komoditi yang diteliti adalah srikaya organik yang diusahakan pada wilayah yang tidak termasuk sentra produksi srikaya. Terdapat beberapa
perbedaan pengusahaan srikaya organik dan an-organik, diantaranya teknik budidaya yang diterapkan, biaya yang digunakan, tingkat resiko yang dihadapi,
perbedaan harga jual dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada srikaya organik.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Usaha