Spageti Penelitian Terdahulu Analisis kelayakan usaha death by chocolate (DBC) & spageti restaurant kota Bogor Jawa Barat.

2.3. Spageti

Spageti adalah mie ala Italia yang berbentuk panjang seperti lidi. Pada umumnya spageti dimasak selama 9-12 menit didalam air mendidih hingga al dente . Al dente artinya tidak lengket di gigi, tidak terlalu mentah atau terlalu matang. Cara memakannya bervariasi tetapi yang sangat dikenal adalah spaghetti alla bolognese yaitu dengan saus daging cincang lalu di taburi keju parmesan parut. Spageti merupakan salah satu jenis pasta yang dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Spageti terbuat dari tepung yang dihasilkan oleh mereka pada saat itu lalu di olah dengan sedikit air dan telur menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Setelah itu, pasta di giling tipis menjadi lembaran-lembaran, yang merupakan induk pasta yang dikenal sebagai Lasagna. Saat ini telah berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne, Tagliatelle. Frittata yaitu menu lain dari spageti, merupakan salah satu menu yang di sajikan atau di tawarkan di Death By Chocolate Spageti Restaurant. Berbahan dasar spageti di campur dengan daging, sayuran, keju dan susu yang kemudian di bakar. Menu frittata ini lebih di kenal dengan sebutan spageti bakar. Itu yang membedakan antara frittata dengan spageti pada umumnya.

2.4. Penelitian Terdahulu

Purihito 2005 Analisis Pengembangan Usahatani Sayuran di Sentul Farm bertujuan untuk menganalisis usahatani sayuran dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net BC dan Payback Period. Berdasarkan kriteria analisia kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto sebesar 16 persen diperoleh bahwa pengusahaan sayuran kyuri, horenso, caisim, pakcoy, dan selada keriting hijau di Sentul Farm layak untuk diusahakan. Nilai NPV yang dihasilkan adalah positif sebesar Rp 24.977.446,89. nilai IRR sebesar 49 persen. Nilai Net BC Ratio yang dihasilkan sebesar 1.76 berdasarkan payback period pengusahaan sayuran akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat proyek telah berumur dua tahun satu bulan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji perubahan pada penurunan produksi sayuran sebesar 20 persen. Kenaikan harga input produksi mencapai 7.7 persen dan penurunan harga jual output sebesar 30 persen. Dari hasil analisis sensitivitas maka proyek layak untuk dilaksanakan hanya pada saat terjadi kenaikan harga input produksi 7.7 persen sedangkan pada dua kondisi yang lainnya proyek tidak layak dilakukan. Hendratno 2006 dalam penelitiannya mengenai Kelayakan Finansial Pengembangan usahatani Salak lokal menjadi salak pondoh, menyimpulkan bahwa investasi pengusahaan pengembangan usahatani salak pondoh menunjukan bahwa salak pondoh tidaklah layak untuk dikembangkan di Waringinkurung. Hal ini ditunjukan dengan nilai NPV, IRR, dan Net BC secara berturut-turut adalah Rp 43.818.375,00. 15.72 persen dan 1.7566. Melihat dari hasil analisis tersebut pengembangan usahatani salak pondoh di Waringinkurung dapat menutupi biaya investasi tetapi selama kurun waktu sepuluh tahun, sehingga dirasa tidak layak dilaksanakan. Dari hasil penggembangan yang telah dilakukan dilihat nilai kelayakan finansial menunjukan bahwa proyek ini tidak memberikan keuntungan seperti salak yang telah ada, sehingga ada baiknya salak lokal lebih dioptimalkan kembali dalam pengusahaanya. Proyek ini dapat dilanjutkan bila prasarana pendukung telah tersedia terutama pasar dan harga input yang bersaing. Tresnawati 2005 dalam penelitiannya tentang Analisis Kelayakan Usaha Industri Kerajinan Sepatu Sandal pada CV Semart Bogor, bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha industri kerajinan sepatu sandal CV Semart dari aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Selain itu dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net BC, payback period dan analisis sensitivitas jika terjadi perubahan biaya bahan baku. Berdasarkan uji kelayakan, kegiatan pembuatan sepatu sandal pada perusahaan pengrajin sepatu sandal CV Semart masih layak untuk dilaksanakan pada tingkat diskonto 10 persen dengan nilai NPV sebesar Rp 478.099.157,9. IRR sebesar 62.68 persen nilai Net BC yang diperoleh sebesar 3.25 sedangkan periode pengembalian usaha pembuatan sepatu sandal CV Semart adalah satu tahun sembilan bulan. Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukan bahwa pada umumnya usaha pembuatan sepatu sandal CV Semart layak dilaksanakan apabila terjadi peningkatan harga bahan baku sebesar 16 persen. Abriyanti 2007 mengenai Analisis Kelayakan Pengusahaan Sayuran Organik dengan Membuka Lahan Baru untuk Menambah Greenhouse kasus di Matahari Farm, Kecamatan Cisarua. Kabupaten Bogor. Bertujuan menganalisis rencana biaya investasi yang besar sehingga matahari farm mengahadapi pilihan dalam penggunaan modal sendiri atau dari luar Bank dan perorangan dengan menghitung besarnya nilai NPV, IRR, Net BC dan payback period. Penelitian yang dilakukan menggunakan tiga skenario modal untuk investasi. Skenario pertama yaitu dengan modal yang digunakan sendiri, kedua modal yang berasal dari pinjaman bank dan skenario ketiga kombinasi antara skenario pertama dan kedua dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman. Berdasarkan kriteria analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto 9,75 persen pada skenario pertama dengan modal sendiri, maka pengusahaan sayuran organik caisim, pakcoy, kalian dan kangkung kasus di matahari farm, kecamatan cisarua. Kab Bogor layak untuk diusahakan. Melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 430.587.215,00. nilai Gross benefit cost- ratio Net BC diperoleh sebesar 1.89 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 797 persen. Nilai payback period PBP lebih kecil dari umur proyek yaitu tiga tahun enam bulan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto suku bunga 14 persen pada skenario kedua berasal dari pinjaman bank, layak untuk diusahakan melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 77.739.717,00. nilai Gross benefit cost-ratio Net BC diperoleh sebesar 1.23 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 36 persen. Nilai payback period PBP lebih kecil dari umur proyek yaitu sembilan tahun lima bulan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan tingkat diskonto suku bunga 12 persen pada skenario ketiga berasal dari dengan asumsi perbandingan 50 persen untuk modal sendiri dan 50 persen untuk modal pinjaman layak untuk diusahakan, melihat nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 241.985.717,00 nilai Gross benefit cost-ratio Net BC diperoleh sebesar 1.51 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 135 persen. Nilai payback period PBP lebih kecil dari umur proyek yaitu lima tahun dua bulan. Maka dapat disimpulkan dengan melihat ketiga skenario yang dianalisis maka usaha ini layak untuk dijalankan. Widianthi 2007 mengenai Analisis Kelayakan Finansial penambahan Mesin Vacuum Frying Usaha Pengolahan Kacang pada PD. Barokah Cikijing. Majalengka, Jawa barat. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi jika terjadi penambahan mesin vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial. Secara finansial kelayakan usaha mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali dinyatakan layak, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pada tingkat diskonto suku bunga 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.405.678.570,00. Gross benefit cost-ratio Net BC diperoleh sebesar 1.98 nilai IRR yang diperoleh sebesar 32.22 persen dan nilai payback period PBP yaitu tiga tahun sepuluh bulan. Aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha yang dimulai dari nol dan belum memiliki asset sama sekali, hal ini dapat dilihat dengan nilai NPV yaitu sebesar Rp 553.843.037,00. Gross benefit cost- ratio Net BC diperoleh sebesar 2.76 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 47.70 persen. Nilai payback period PBP yaitu dua tahun enam bulan.

2.5. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya