diperoleh sebesar 135 persen. Nilai payback period PBP lebih kecil dari umur proyek yaitu lima tahun dua bulan. Maka dapat disimpulkan dengan melihat
ketiga skenario yang dianalisis maka usaha ini layak untuk dijalankan. Widianthi 2007 mengenai Analisis Kelayakan Finansial penambahan
Mesin Vacuum Frying Usaha Pengolahan Kacang pada PD. Barokah Cikijing. Majalengka, Jawa barat. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan
finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi jika terjadi penambahan mesin vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial.
Secara finansial kelayakan usaha mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali dinyatakan layak, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan
analisis kelayakan finansial usaha pada tingkat diskonto suku bunga 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.405.678.570,00. Gross benefit cost-ratio Net
BC diperoleh sebesar 1.98 nilai IRR yang diperoleh sebesar 32.22 persen dan
nilai payback period PBP yaitu tiga tahun sepuluh bulan. Aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying
menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha yang dimulai dari nol dan belum memiliki asset sama sekali, hal ini dapat
dilihat dengan nilai NPV yaitu sebesar Rp 553.843.037,00. Gross benefit cost- ratio Net BC
diperoleh sebesar 2.76 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 47.70 persen. Nilai payback period PBP yaitu dua tahun enam bulan.
2.5. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis
kelayakan usaha yaitu menggunakan alat analisis data yang serupa seperti metode NPV, IRR, Gross BC, Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi dan
analisis sensitivitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil
topik yang berbeda mengenai analisis kelayakan usaha Death by Chocolate Spageti Restaurant
kota Bogor, Jawa Barat. Selain itu, perusahaan yang diteliti merupakan restoran produk olahan cokelat. Data diolah dengan Software
Microsoft Excel dan interprestasi data secara deskriptif untuk melihat apakah
usaha ini nantinya akan layak untuk terus dijalankan atau tidak.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Biaya Manfaat
Kebutuhan biaya, adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada
awal pelaksanaan suatu usaha. Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah
sesuatu yang membantu tujuan Gittinger, 1986. Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh
terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal
kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, berupa pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya
untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa
periode tahun yang akan datang. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama
umur proyek Gittinger , 1986.
1 Biaya Cost
Biaya proyek adalah apa saja yang mengurai persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan
dengan proyek, biaya yang dimasukan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar sedangkan biaya operasional adalah biaya yang
rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya variabel
variabel cost. Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume
kegiatan tertentu, meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya. Sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung dan sebagainya.
2 Manfaat atau penerimaan Benefit
Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar
yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu Sukirno, 2003. Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits,
dan Intangible benefits. Direct benefits berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan
kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan
di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek. Sedangkan Intangible benefits
yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan
distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.
3.1.2. Studi Kelayakan Proyek
Menurut Gittinger 1986, proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan
secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam
perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap- tahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi.
Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil
Husnan dan Suwarsono. Menurut Nitisumito dalam Permatasuri 2004, evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan feasible study, karena di antara keduanya
terdapat faktor kesamaan pokok yaitu bertujuan untuk menilai kelayakan suatu
gagasan usaha atau proyek. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau
proyek dapat diteruskan diterima atau dihentikan ditolak. Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan di antara keduanya, terdapat faktor-faktor
ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain: 1.
Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu suatu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada
waktu atau setelah selesainya suatu proyek. 2.
Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan
pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek
tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari suatu proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat
lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. 3.
Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode
evaluasi dalam studi kelyakan. Evaluasi dalam studi kelaykan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek
ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.
3.1.3. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari
suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger 1986, aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek
pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Sedangkan menurut Husnan dan Suwarno 2000, aspek-aspek studi kelayakan terdiri dari aspek-aspek pasar,
teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Namun tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka tekadang juga
ditambah studi tentang dampak sosial.
3.1.3.1 Analisis Aspek Pasar
Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan.
Analisis aspek pasar dilakukan dengan mengamati kecenderungan permintaan suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka luas.
Analisis pemasaran dari suatu usaha adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk
kelangsungan dan pelaksanaan usaha Gittinger, 1986. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan nilai. Kegunaan kegiatan pemasaran adalah selalu
mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan Kottler, 1997.
3.1.3.2 Analisis Aspek Teknis
Gittinger 1986, analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa. Analisis ini
sangat penting, oleh karena itu kerangka kerja suatu usaha harus dibuat dengan jelas agar analisis secara teknis dapat dilaksanakan secara teliti.
Menurut Husnan dan Suwarsono 1994, hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek teknis antara lain 1 lokasi proyek, 2 besar skala operasi luas
produksi, 3 kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama, 4 proses produksi dan lay-out tempat yang dipilih, 5 jenis teknologi, termasuk didalamnya
pertimbangan variabel sosial. Aspek teknis disini teknis yang akan di analisis disini adalah kesesuaian tempat usaha ini dilaksanakan.
3.1.3.3 Analisis Aspek Manajemen
Menurut Gitinger 1986, analisis aspek institusional-organisasi-manajerial ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai
sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial, budaya, lembaga yang akan dilayani proyek di masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan
prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk
mengelola proyek. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat
berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan
tenaga kerja yang dibutuhkan Husnan dan Muhammad, 2000. Menurut Kadariah et.al, 1999, menyatakan bahwa keahlian manajemen
hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan
keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.
3.1.3.4 Analisis Aspek Sosial
Analisis aspek ini perlu dilakukan, karena sebuah proyek harus mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh
proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat.
Pertimbangan analisis ini, dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan proyek, sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat
dengan lingkungan Gittinger, 1986. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan mengenai penciptaan lapangan kerja, kualitas masyarakat,
kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.
3.1.3.5 Analisis Aspek Finansial
Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Maksud layak atau tidak
layak disini adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan Umar, 1997.
Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat benefit atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan
uang dengan harapan mendapatkan hasil return dimasa yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dapat dilaksananakan sebagai satu unit
Kadariah at al., 1976.
Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka
waktu umur ekonomis yang panjang. Oleh karena itu, studi kelayakan proyek bertujuan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dan
menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya
yang dibutuhkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar.
Menurut Gittinger 1986, rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap
identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan
dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak.
Metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh di masa yang akan
datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya pada masa sekarang” Gittinger, 1986. Ada beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penilaian kelayakan suatu proyek,
yaitu :
1. NPV Net Present Value
NPV atau Net Present Value manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang menunjukan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan
merupakan jmlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari
selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka waktu tertentu Gray et al., 1978.
Suatu proyek atau usaha dinilai layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan jika NPV 0. Jika nilai NPV 0 berarti suatu proyek
atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan dinilai tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta
tidak menimbulkan kerugian bagi suatu proyek atau usaha, apabila suatu
perusahaan memperoleh NPV = 0 maka proyek tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mengurangi efisiensi serta efektifitas perusahaan karena tidak adanya
keuntungan yang diperoleh, apabila perusahaan tidak menjalankan proyek ini maka perusahaan tidak akan memperoleh kerugian.
2. IRR Internal Rate of Return
IRR atau Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentase
keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain IRR adalah tingkat rata-
rata keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen Gittinger, 1986. IRR adalah nilai Discount rate
suku bunga yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai IRR-nya lebih besar dari
tingkat discount rate yang ditentukan, sebalikya jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate
maka proyek yang dijalankan tidak layak untuk diusahakan.
3. Net BC Net benefit Cost-Ratio
Net BC atau Net benefit Cost-Ratio adalah setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek dan mampu menghasilkan satuan manfaat bersih
maka Net BC merupakan hasil bagi dari penjualan nilai sekarang, terdiri dari manfaat bersih yang bernilai positif dan negatif Gray et al., 1978. Perhitungan
ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang telah dikeluarkan.
Net BC 1 berarti suatu proyek dapat menghasilkan manfaat bersih yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, dan dinilai
layak untuk dilaksanakan. Jika Net BC 1 berarti suatu proyek dinilai tidak layak untuk dilaksanakan karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar
dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Jika Net BC = 0 maka usaha tersebut dapat dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan karena besarnya manfaat
yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.
4. PBP Payback Period
PBP Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi MPI merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali seluruh investasi yang
dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Dalam hal ini biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan
dipilih adalah suatu proyek yang dapat dengan cepat mengembalikan biaya investasi tersebut. Makin cepat pengembaliannya makin baik dan kemungkinan
besar akan dipilih Gittinger, 1986. Pada awal pelaksanaan proyek, umumnya pendapatan yang diterima oleh
pelaksana proyek masih menunjukan nilai yang negatif, karena pada awal pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan investasi yang memerlukan biaya
yang cukup besar. Maka perlu dilakukan suatu analisis untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal
proyek dijalankan.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis Sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.
Tujuan dari Analisis Sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan
datang. Umumya suatu proyek akan sangat sensitif terhadap perubahan seperti : 1. Harga harga jual output yang berpengaruh terhadap manfaat, manfaat
sekarang netto, tingkat penjualan secara finansial maupun ekonomi. 2. Keterlambatan Pelaksanaan, karena tidak dapat mengikuti petunjuk atau
metode-metode baru secepat yang diharapkan, adanya keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan baru. Hal ini akan mempengaruhi biaya
maupun manfaat yang akhirnya akan mempengaruhi manfaat netto. 3. Kenaikan Biaya-biaya, proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan
biaya kontruksi karena biaya-biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan. Hal ini akan mempengaruhi biaya dan manfaat netto.
4. Hasil produksi yang dihasilkan yang akan mempengaruhi manfaat dan manfaat netto.
Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap untuk setiap tahunnya. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel
tersebut dapat berubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis sensitivitas
dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu
dari layak menjadi tidak layakdilaksanakan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha dibidang restoran sangat berpotensial dan menunjukan peluang pasar yang cukup besar, Minat masyarakat untuk makan di restoran semakin
meningkat, hal
ini dimanfaatkan
oleh restoran-restoran
untuk terus
mengembangkan usahanya dan memasarkan produknya. Suatu usaha yang berhasil tidak akan terlepas dari peran pemasaran, untuk dapat terus bertahan
dalam lingkungan industrinya dan mampu mengungguli pesaingnya. Akibat dari penjualan DBC yang mengalami permasalahan perusahaan
yang belum memenuhi target penjualan yang maksimal semenjak usaha ini berdiri. Penelitian ini diarahkan kepada bagaimana kelayakan usaha finansial yang
dijalankan oleh DBC Spageti Restaurant yang sudah berjalan dua tahun dengan keadaan yang sekarang apakah layak untuk diteruskan.
Penilaian usaha ini berarti memulai usaha dari tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali. Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap produksi
dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, seperti penurunan penjualan, penurunan produksi dan peningkatan
biaya input. Selain itu diperlukan suatu analisis kelayakan pengusahaan yang dilakukan dilihat dari beberapa aspek dalam studi kelayakan proyek seperti aspek
pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan finansial. Hasil dari studi kelayakan akan menjadi pedoman bagi DBC Spageti
Restaurant untuk melakukan pengusahaan pengembangan selanjutnya. Apabila
hasil analisis kelayakan investasi menunjukan bahwa pengusahaan ini layak dilakukan maka akan dilanjutkan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan
finansial tidak layak maka tidak akan dilakukan dan akan menjadi bahan evaluasi bagi DBC Spageti Restaurant.
Selain itu dilakukan pula tingkat kepekaan sensitivitas untuk melihat sejauh mana usaha-usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan dengan adanya
perubahan pada harga input dan output. Berdasarkan uraian diatas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha DBC Spageti Restaurant
• Aspek pasar
• Aspek teknis
• Aspek manajemen
• Aspek sosial
• Bagaimana Rugi-laba perusahaan • Belum memenuhi target penjualan perusahaan
• Adanya persaingan dengan usaha sejenis • Apakah usaha DBC Spageti Restaurant layak untuk
dilanjutkan
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial •
NPV •
Net BC •
IRR •
Payback Period •
Analisis Sensitivitas
Layak Tidak Layak
Rekomendasi Analisis
Rugi- Laba
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian