diperoleh  sebesar  135  persen.  Nilai  payback  period  PBP  lebih  kecil  dari  umur proyek  yaitu  lima  tahun  dua  bulan.  Maka  dapat  disimpulkan  dengan  melihat
ketiga skenario yang dianalisis maka usaha ini layak untuk dijalankan. Widianthi  2007  mengenai  Analisis  Kelayakan  Finansial  penambahan
Mesin  Vacuum  Frying  Usaha  Pengolahan  Kacang  pada  PD.  Barokah  Cikijing. Majalengka,  Jawa  barat.  Penelitian  ini  diarahkan  untuk  mengetahui  kelayakan
finansial  kelayakan  usaha  dan  aspek  finansial  kelayakan  investasi  jika  terjadi penambahan mesin vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial.
Secara finansial  kelayakan  usaha  mulai  tahun  ke  nol  dan  belum memiliki asset  sama  sekali  dinyatakan  layak,  hal  ini  dibuktikan  dengan  hasil  perhitungan
analisis  kelayakan  finansial  usaha  pada  tingkat  diskonto  suku  bunga  12  persen diperoleh  nilai  NPV  sebesar  Rp  1.405.678.570,00.  Gross  benefit  cost-ratio  Net
BC diperoleh  sebesar  1.98  nilai  IRR  yang  diperoleh  sebesar  32.22  persen  dan
nilai payback period PBP yaitu tiga tahun sepuluh bulan. Aspek  finansial  kelayakan  investasi  penambahan  mesin  vacuum  frying
menunjukan  bahwa  usaha  lebih  layak  lagi  jika  dibandingkan  analisa  kelayakan usaha  yang  dimulai  dari nol  dan  belum  memiliki asset  sama  sekali,  hal  ini  dapat
dilihat  dengan  nilai  NPV  yaitu  sebesar  Rp  553.843.037,00.  Gross  benefit  cost- ratio Net BC
diperoleh sebesar 2.76 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 47.70 persen. Nilai payback period PBP yaitu dua tahun enam bulan.
2.5. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan  hasil  penelitian  sebelumnya,  persamaan  penelitian  yang dilakukan  dengan  penelitian  sebelumnya  yaitu  terletak  pada  kriteria  analisis
kelayakan usaha yaitu menggunakan alat analisis data yang serupa seperti metode NPV,  IRR,  Gross  BC,  Payback  Period  atau  Masa  Pengembalian  Investasi  dan
analisis sensitivitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil
topik  yang  berbeda  mengenai  analisis  kelayakan  usaha  Death  by  Chocolate Spageti  Restaurant
kota  Bogor,  Jawa  Barat.  Selain  itu,  perusahaan  yang  diteliti merupakan  restoran  produk  olahan  cokelat.  Data  diolah  dengan  Software
Microsoft  Excel dan  interprestasi  data  secara  deskriptif  untuk  melihat  apakah
usaha ini nantinya akan layak untuk terus dijalankan atau tidak.
III  KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.    Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1.  Analisis Biaya Manfaat
Kebutuhan  biaya,  adalah  besarnya  biaya  yang  akan  dikeluarkan  suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada
awal  pelaksanaan  suatu usaha.  Tujuan analisis  dalam  suatu  proyek  harus disertai dengan  definisi  mengenai  biaya  dan  manfaat.  Secara  sederhana  biaya  adalah
sesuatu  yang  membantu  tujuan  Gittinger,  1986.  Biaya  yang  umumnya dimasukan  dalam analisis  proyek  adalah  biaya-biaya  yang  langsung  berpengaruh
terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya  investasi  adalah  biaya  yang  pada  umumya  dikeluarkan  pada  awal
kegiatan  proyek  dalam  jumlah  yang  cukup  besar,  berupa  pengeluaran  untuk pembangunan,  kendaraan  operasional,  pembelian  mesin,  peralatan  dan  biaya
untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital  yang  dapat  menghasilkan  keuntungan  atau  manfaat  setelah  beberapa
periode  tahun  yang  akan  datang.  Biaya  operasional  merupakan  biaya  yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama
umur proyek Gittinger , 1986.
1 Biaya Cost
Biaya  proyek  adalah  apa  saja  yang  mengurai  persediaan  barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan
dengan  proyek,  biaya  yang  dimasukan  dalam  perhitungan  umumnya  biaya-biaya yang  dapat  dikuantifikasi.  Biaya  proyek  terdiri  dari  biaya  investasi  dan  biaya
operasional.  Biaya  investasi  umumnya  dikeluarkan  pada  awal  kegiatan  proyek dalam  jumlah  yang  cukup  besar  sedangkan  biaya  operasional  adalah  biaya  yang
rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek. Biaya  operasional  terdiri  dari  biaya  tetap  fixed  cost  dan  biaya  variabel
variabel  cost.  Biaya  tetap  adalah  banyaknya  biaya  yang  dikeluarkan  dalam kegiatan  produksi  yang  jumlah  totalnya  tidak  berubah  atau  tetap  pada  volume
kegiatan  tertentu,  meliputi  sewa,  penyusutan,  pajak  dan  sebagainya.  Sedangkan
biaya  variabel  adalah  biaya  yang  dikeluarkan  cenderung  berubah  sesuai  dengan bertambahnya  volume  produksi,  meliputi  biaya-biaya  bahan  baku,  tenaga  kerja
langsung dan sebagainya.
2 Manfaat atau penerimaan Benefit
Secara  ekonomis,  manfaat  atau  benefit  diartikan  sebagai  hasil  kali  total kualitas  output  dari  suatu  proses  produksi  dengan  harga  yang  dibentuk  di  pasar
yang  dinyatakan  dalam  satuan  mata  uang  tertentu  Sukirno,  2003.  Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits,
dan  Intangible  benefits.  Direct  benefits  berupa  kenaikan  dalam  output  fisik  atau kenaikan  nilai  output  yang  disebabkan  diantaranya  oleh  adanya  perbaikan
kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan
di  luar  proyek  karena  adanya  realisasi  suatu  proyek.  Sedangkan  Intangible benefits
yaitu  benefit  yang  sulit  dinilai  dengan  uang,  diantaranya  adalah  seperti perbaikan  hidup,  perbaikan  pemandangan  karena  adanya  suatu  taman,  perbaikan
distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.
3.1.2.  Studi Kelayakan Proyek
Menurut  Gittinger  1986,  proyek  merupakan  suatu  kegiatan  yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan
secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan  dan  pelaksanaan  dalam  satu  unit.  Rangkaian  dasar  dalam
perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap- tahap  identifikasi,  persiapan  dan  analisis  penelitian,  pelaksanaan  dan  evaluasi.
Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.
Studi  kelayakan  proyek  adalah  penelitian  tentang  dapat  tidaknya  suatu proyek  biasanya  merupakan  proyek  investasi  dilaksanakan  dengan  berhasil
Husnan dan Suwarsono. Menurut Nitisumito dalam Permatasuri 2004, evaluasi proyek identik dengan studi kelayakan feasible study, karena di antara keduanya
terdapat  faktor  kesamaan  pokok  yaitu  bertujuan  untuk  menilai  kelayakan  suatu
gagasan  usaha  atau  proyek.  Evaluasi  tersebut  kemudian  dijadikan  bahan pertimbangan  untuk  mengambil  keputusan  apakah  suatu  gagasan  usaha  atau
proyek  dapat  diteruskan  diterima  atau  dihentikan  ditolak.  Namun  demikian, selain  memiliki  faktor  kesamaan  di  antara  keduanya,  terdapat  faktor-faktor
ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain: 1.
Studi  kelayakan  dilaksanakan  pada  waktu  suatu  gagasan  usaha  belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada
waktu atau setelah selesainya suatu proyek. 2.
Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan
pada  kelayakan  suatu  gagasan  usaha  dilihat  dari  segi  kacamata  pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek
tidak  hanya  dilihat  dari  kacamata  individu-individu  yang  terkena  akibat langsung  dari  suatu  proyek,  tetapi  juga  dilihat  dari  kacamata    masyarakat
lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. 3.
Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka  metode  evaluasi  yang  digunakan  umumnya  lebih  rumit  dari  metode
evaluasi  dalam  studi  kelyakan.  Evaluasi  dalam  studi  kelaykan  menekankan aspek  finansial,  sedangkan  pada  evaluasi  proyek  menekankan  aspek
ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.
3.1.3.  Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara  bersama-sama  menentukan  bagaimana  keuntungan  yang  diperoleh  dari
suatu  penanaman  investasi  tertentu.  Menurut  Gittinger  1986,  aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek
pasar,  aspek  finansial,  dan  aspek  ekonomi.  Sedangkan  menurut  Husnan  dan Suwarno  2000,  aspek-aspek  studi  kelayakan  terdiri  dari  aspek-aspek  pasar,
teknis,  keuangan,  hukum,  dan  ekonomi  negara.  Namun  tergantung  pada  besar kecilnya  dana  yang  tertanam  dalam  investasi  tersebut,  maka  tekadang  juga
ditambah studi tentang dampak sosial.
3.1.3.1 Analisis Aspek Pasar
Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat  suatu  permintaan  yang  efektif  pada  suatu  harga  yang  menguntungkan.
Analisis  aspek  pasar  dilakukan  dengan  mengamati  kecenderungan  permintaan suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka luas.
Analisis  pemasaran  dari  suatu  usaha  adalah  rencana  pemasaran  output yang dihasilkan oleh usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk
kelangsungan  dan  pelaksanaan  usaha  Gittinger, 1986.  Pemasaran adalah  proses sosial  dan  manajerial  yang  mana  individu  dan  kelompok  memperoleh  apa  yang
mereka  butuhkan  dan  inginkan  melalui  proses  penciptaan,  penawaran  dan pertukaran  produk  dan  nilai.  Kegunaan  kegiatan  pemasaran  adalah  selalu
mengusahakan  tersedianya  komoditas  dalam  bentuk  yang  diinginkan, menyuguhkan tepat pada lokasi dan saat yang dibutuhkan Kottler, 1997.
3.1.3.2 Analisis Aspek Teknis
Gittinger  1986,  analisis  secara  teknis  berhubungan  dengan  input proyek penyediaan  dan  produksi  berupa  barang-barang  nyata  dan  jasa.  Analisis  ini
sangat  penting,  oleh  karena  itu  kerangka  kerja  suatu  usaha  harus  dibuat  dengan jelas agar analisis secara teknis dapat dilaksanakan secara teliti.
Menurut  Husnan  dan  Suwarsono  1994,  hal-hal  yang  harus  diperhatikan dalam  aspek  teknis  antara  lain  1  lokasi  proyek,  2  besar  skala  operasi  luas
produksi,  3  kriteria  pemilihan  mesin  dan  peralatan  utama,  4  proses  produksi dan  lay-out  tempat  yang  dipilih,  5  jenis  teknologi,  termasuk  didalamnya
pertimbangan  variabel  sosial.  Aspek  teknis  disini  teknis  yang  akan  di  analisis disini adalah kesesuaian tempat usaha ini dilaksanakan.
3.1.3.3 Analisis Aspek Manajemen
Menurut Gitinger 1986, analisis aspek institusional-organisasi-manajerial ini  berkaitan  dengan  hal-hal  yang  berkenaan  dengan  pertimbangan  mengenai
sesuai  tidaknya  proyek  dengan  pola  sosial,  budaya,  lembaga  yang  akan  dilayani proyek  di  masyarakat  setempat,  susunan  organisasi  proyek  agar  sesuai  dengan
prosedur  organisasi  setempat,  kesanggupan  atau  keahlian  staf  yang  ada  untuk
mengelola  proyek.  Aspek  manajemen  yang  perlu  diperhatikan  adalah  bentuk badan  usaha  yang  digunakan,  jenis  pekerjaan  yang  diperlukan  agar  usaha  dapat
berjalan  dengan  lancar,  persyaratan-persyaratan  yang  diperlukan  untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan
tenaga kerja yang dibutuhkan Husnan dan Muhammad, 2000. Menurut  Kadariah  et.al,  1999,  menyatakan  bahwa  keahlian  manajemen
hanya  dapat  dievaluasi  secara  subjektif,  meskipun  demikian  jika  hal  ini  tidak mendapat  perhatian  yang  khusus,  ada  banyak  kemungkinan  terjadi  pengambilan
keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.
3.1.3.4 Analisis Aspek Sosial
Analisis  aspek  ini  perlu  dilakukan,  karena  sebuah  proyek  harus mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh
proyek.  Beberapa  pertanyaan  yang  biasa  dijadikan  masalah  adalah  mengenai penciptaan  kesempatan  kerja  atau  bagaimana  kualitas  hidup  masyarakat.
Pertimbangan  analisis  ini,  dalam  analisis  proyek  penting  untuk  kelangsungan proyek,  sebab  tidak  ada  proyek  yang  akan  bertahan  lama  bila  tidak  bersahabat
dengan  lingkungan  Gittinger,  1986.  Beberapa  pertanyaan  yang  menjadi permasalahan  mengenai  penciptaan  lapangan  kerja,  kualitas  masyarakat,
kontribusi  proyek  dan  dampak  lingkungan  yang  merugikan  dari  keberadaan proyek.
3.1.3.5 Analisis Aspek Finansial
Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Maksud layak atau tidak
layak  disini  adalah  perkiraan  bahwa  proyek  akan  dapat  atau  tidak  dapat menghasilkan  keuntungan  yang  layak  bila  telah  dioperasionalkan  Umar,  1997.
Proyek  adalah  suatu  keseluruhan  aktivitas  yang  menggunakan  sumber-sumber untuk  mendapatkan  manfaat  benefit  atau  suatu  aktivitas  dimana  dikeluarkan
uang  dengan  harapan  mendapatkan  hasil  return  dimasa  yang  akan  datang  dan dapat  direncanakan,  dibiayai  dan  dapat  dilaksananakan  sebagai  satu  unit
Kadariah at al., 1976.
Proyek  investasi  merupakan  gabungan  suatu  aktivitas  yang  memerlukan penggunaan  sumberdana  dan  modal  yang  cukup  besar  dan  mempunyai  jangka
waktu  umur  ekonomis  yang  panjang.  Oleh  karena  itu,  studi  kelayakan  proyek bertujuan  agar  modal  yang  sudah  ditanamkan  dapat  dimanfaatkan  dan
menghindari  penanaman  modal  yang  terlalu  besar  untuk  kegiatan  yang  ternyata tidak  menguntungkan.  Studi  kelayakan  proyek  memerlukan  biaya,  tetapi  biaya
yang  dibutuhkan  relatif  lebih  kecil  bila  dibandingkan  dengan  resiko  kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar.
Menurut  Gittinger  1986,  rangkaian  dasar  dalam  perencanaan  dan pelaksanaan  proyek  adalah  siklus  proyek.  Siklus  proyek  terdiri  dari  tahap-tahap
identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi adalah  alat  yang  paling  penting  dalam  suatu  proyek  yang  sedang  berjalan  dan
dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat menilai apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak.
Metode  arus  tunai  terpotong  atau  discount  cash  flow,  merupakan  suatu teknik  yang  dapat  “menurunkan”  manfaat  yang  diperoleh  di  masa  yang  akan
datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya pada masa sekarang” Gittinger, 1986. Ada  beberapa  kriteria  yang  dibutuhkan  dalam  penilaian  kelayakan  suatu  proyek,
yaitu :
1. NPV Net Present Value
NPV  atau  Net  Present  Value  manfaat  bersih  atau  nilai  bersih  sekarang yang  menunjukan  keuntungan  yang  diperoleh  selama  umur  investasi  dan
merupakan  jmlah  nilai  penerimaan  arus  tunai  dikurangi  dengan  biaya  yang dikeluarkan  selama  periode  tertentu,  atau  nilai  sekarang  yang  diperoleh  dari
selisih  antara  penerimaan  total  dengan  biaya  total  dari  suatu  proyek  atau  usaha pada jangka waktu tertentu Gray et al., 1978.
Suatu  proyek  atau  usaha  dinilai  layak  untuk  diusahakan  dan  dapat menghasilkan keuntungan jika NPV  0. Jika nilai NPV  0 berarti suatu proyek
atau  usaha  dapat  menimbulkan  kerugian,  dan  dinilai  tidak  layak  untuk dilaksanakan. NPV = 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta
tidak  menimbulkan  kerugian  bagi  suatu  proyek  atau  usaha,  apabila  suatu
perusahaan memperoleh NPV = 0 maka proyek tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mengurangi efisiensi serta efektifitas perusahaan karena tidak adanya
keuntungan  yang  diperoleh,  apabila  perusahaan  tidak  menjalankan  proyek  ini maka perusahaan tidak akan memperoleh kerugian.
2. IRR Internal Rate of Return
IRR atau Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi  selama  umur  proyek  yang  bertujuan  untuk  mengetahui  persentase
keuntungan  dari  suatu  proyek  tiap  tahun  dan  menunjukan  kemampuan  proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain IRR adalah tingkat rata-
rata  keuangan  intern  tahunan  bagi  perusahaan  yang  melakukan  investasi  dan dinyatakan dalam satuan persen Gittinger, 1986. IRR adalah nilai Discount rate
suku bunga yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Suatu  proyek  dinyatakan  layak  apabila  nilai  IRR-nya  lebih  besar  dari
tingkat discount rate yang ditentukan, sebalikya  jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate
maka proyek yang dijalankan tidak layak untuk diusahakan.
3. Net BC Net benefit Cost-Ratio
Net BC atau Net benefit Cost-Ratio adalah setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek dan mampu menghasilkan satuan manfaat bersih
maka  Net  BC  merupakan  hasil  bagi  dari  penjualan  nilai  sekarang,  terdiri  dari manfaat  bersih  yang  bernilai  positif  dan  negatif  Gray  et  al.,  1978.  Perhitungan
ini  digunakan  untuk    melihat  berapa  kali  lipat  manfaat  yang  akan  diperoleh  dari biaya yang telah dikeluarkan.
Net BC  1 berarti suatu proyek dapat menghasilkan manfaat bersih yang nilainya  lebih  besar  dibandingkan  dengan  biaya  yang  dikeluarkan,  dan  dinilai
layak  untuk  dilaksanakan.  Jika  Net  BC    1  berarti  suatu  proyek  dinilai  tidak layak  untuk  dilaksanakan  karena  biaya  yang  dikeluarkan  jauh  lebih  besar
dibandingkan  dengan  manfaat  yang  diperoleh.  Jika  Net  BC  =  0  maka  usaha tersebut dapat dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan karena besarnya manfaat
yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.
4. PBP Payback Period
PBP Payback Period atau Masa Pengembalian Investasi MPI merupakan jangka  waktu  yang  diperoleh  untuk  membayar  kembali  seluruh  investasi  yang
dikeluarkan melalui keuntungan  yang diperoleh dari suatu proyek. Dalam hal ini biasanya  yang  digunakan  pedoman  untuk  menentukan  suatu  proyek  yang  akan
dipilih  adalah  suatu  proyek  yang  dapat  dengan  cepat  mengembalikan  biaya investasi  tersebut.  Makin  cepat  pengembaliannya  makin  baik  dan  kemungkinan
besar akan dipilih Gittinger, 1986. Pada  awal  pelaksanaan  proyek,  umumnya  pendapatan  yang  diterima  oleh
pelaksana  proyek  masih  menunjukan  nilai  yang  negatif,  karena  pada  awal pelaksanaan  suatu  proyek  biasanya  dilakukan  investasi  yang  memerlukan  biaya
yang  cukup  besar.  Maka  perlu  dilakukan  suatu  analisis  untuk  melihat  jangka waktu  dalam  pelaksanaan  proyek  yang  dapat  menutupi  nilai  negatif  pada  awal
proyek dijalankan.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis  Sensitivitas  merupakan  suatu  analisis  kembali  untuk  dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.
Tujuan  dari  Analisis  Sensitivitas  adalah  untuk  melihat  apa  yang  akan  terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan  biaya  atau  manfaat,  didasarkan  kepada  proyeksi-proyeksi  yang mengandung  unsur  ketidakpastian  tentang  apa  yang  terjadi  di  waktu  yang  akan
datang. Umumya suatu proyek akan sangat sensitif terhadap perubahan seperti : 1.  Harga  harga  jual  output  yang  berpengaruh  terhadap  manfaat,  manfaat
sekarang netto, tingkat penjualan secara finansial maupun ekonomi. 2.  Keterlambatan  Pelaksanaan,  karena  tidak  dapat  mengikuti  petunjuk  atau
metode-metode  baru  secepat  yang  diharapkan,  adanya  keterlambatan  dalam pemesanan dan penerimaan peralatan baru. Hal ini akan mempengaruhi biaya
maupun manfaat yang akhirnya akan mempengaruhi manfaat netto. 3.  Kenaikan  Biaya-biaya,  proyek  cenderung  sangat  sensitif  terhadap  kenaikan
biaya  kontruksi  karena  biaya-biaya  seringkali  diperkirakan  sebelum  proyek dilaksanakan. Hal ini akan mempengaruhi biaya dan manfaat netto.
4.  Hasil  produksi  yang  dihasilkan  yang  akan  mempengaruhi  manfaat  dan manfaat netto.
Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap  untuk  setiap  tahunnya.  Walaupun  dalam  keadaan  nyata  kedua  variabel
tersebut dapat berubah sejalan dengan pertambahan waktu.  Analisis sensitivitas
dilakukan  untuk  melihat  sampai  berapa  persen  penurunan  harga  atau  kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu
dari layak menjadi tidak layakdilaksanakan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha  dibidang  restoran  sangat  berpotensial  dan  menunjukan  peluang pasar  yang  cukup  besar,  Minat  masyarakat  untuk  makan  di  restoran  semakin
meningkat, hal
ini dimanfaatkan
oleh restoran-restoran
untuk terus
mengembangkan  usahanya  dan  memasarkan  produknya.  Suatu  usaha  yang berhasil  tidak  akan  terlepas  dari  peran  pemasaran,  untuk  dapat  terus  bertahan
dalam lingkungan industrinya dan mampu mengungguli pesaingnya. Akibat  dari  penjualan  DBC  yang  mengalami  permasalahan  perusahaan
yang  belum  memenuhi  target  penjualan  yang  maksimal  semenjak  usaha  ini berdiri. Penelitian ini diarahkan kepada bagaimana kelayakan usaha finansial yang
dijalankan oleh DBC  Spageti Restaurant yang sudah berjalan dua tahun dengan keadaan yang sekarang apakah layak untuk diteruskan.
Penilaian  usaha  ini  berarti  memulai  usaha  dari  tahun  ke  nol  dan  belum memiliki  asset  sama  sekali.  Perubahan-perubahan  yang  terjadi  terhadap produksi
dan  harga  input  perlu  diperhatikan  terhadap  manfaat  dan  keuntungan  yang  akan diperoleh,  seperti  penurunan  penjualan,  penurunan  produksi  dan  peningkatan
biaya  input.  Selain  itu  diperlukan  suatu  analisis  kelayakan  pengusahaan  yang dilakukan dilihat dari beberapa aspek dalam studi kelayakan proyek seperti aspek
pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan finansial. Hasil  dari  studi  kelayakan  akan  menjadi  pedoman  bagi  DBC    Spageti
Restaurant untuk  melakukan  pengusahaan  pengembangan  selanjutnya.  Apabila
hasil  analisis  kelayakan  investasi  menunjukan  bahwa  pengusahaan  ini  layak dilakukan maka akan dilanjutkan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan
finansial tidak layak maka tidak akan dilakukan dan akan menjadi bahan evaluasi bagi DBC  Spageti Restaurant.
Selain  itu  dilakukan  pula  tingkat  kepekaan  sensitivitas  untuk  melihat sejauh  mana  usaha-usaha  tersebut  tidak  layak  untuk  diusahakan  dengan  adanya
perubahan pada harga input dan output. Berdasarkan uraian diatas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.  Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha DBC  Spageti Restaurant
• Aspek pasar
• Aspek teknis
• Aspek manajemen
• Aspek sosial
• Bagaimana Rugi-laba perusahaan • Belum memenuhi target penjualan perusahaan
• Adanya persaingan dengan usaha sejenis •  Apakah  usaha  DBC    Spageti  Restaurant  layak  untuk
dilanjutkan
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial •
NPV •
Net BC •
IRR •
Payback Period •
Analisis Sensitivitas
Layak Tidak Layak
Rekomendasi Analisis
Rugi- Laba
IV  METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian