UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2 Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik. Sesuai dengan ICH International Conference on Harmanization, presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:
keterulangan repeatibility, presisi antara intermediate precision dan ketertiruan reproducibility.
a. Keterulangan yaitu ketepatan precision pada kondisi percobaan yang sama berulang baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.
b. Presisi antara yaitu ketepatan precision pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.
c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain. Dari ketiga kategori di atas, yang wajib dilakukan adalah repeatibilitas
Indrayanto Yuwono, 2003. Dokumentasi presisi seharusnya mencakup: simpangan baku, simpangan baku relatif RSD atau koefisien variasi CV, dan
kisaran kepercayaan. Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding antar laboratorium. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau
standar deviasi relatif RSD dari serangkaian data. Data untuk menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagian kajiankajian lain yang berkaitan dengan
presisi seperti linearitas atau akurasi. Biasanya replikasi 6-15 dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap-tiap konsentrasi. Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2 atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang
diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis
Harmita, 2004. Menurut AOAC 1998, kriteria penerimaan uji presisi ditunjukkan pada Tabel 2.2.